Jika Prabowo Lebih Dekat dengan Puteranya, Ia Akan Lebih Paham Ini

Senin, 4 Maret 2019 | 05:30 WIB
0
1111
Jika Prabowo Lebih Dekat dengan Puteranya, Ia Akan Lebih Paham Ini
Sumber foto: detik.com

 

Senuah pertanyaan sempat membuat Prabowo gagap dalam debat. "Yang Bapak maksud Unicorn? Yang online-online itu ya?" ucapnya menanggapi pertanyaan Joko Widodo mengenai infrastruktur apa yang akan dibangun Prabowo untuk mendukung perkembangan startup Unicorn Indonesia.

Itu sebuah jawaban yang cukup mengecewakan untuk ekspektasi yang tinggi terhadap Prabowo Subianto. Prabowo sebetulnya tidak memahami dengan jelas apa itu "Unicorn" tetapi ia tetap melanjutkan jawaban yang, menurut saya, cukup dipaksakan. Padahal belum lama ini terjadi peristiwa yang disorot media soal salah satu unicorn di Indonesia. Prabowo kurang menyimak rupanya...

Pemilu 2019 tidak bisa dilepaskan dari perkembangan industri digital 4.0 dan keterikatannya dengan kaum milenial. Generasi milenial menurut para pakar adalah generasi Y atau mereka yang terlahir di tahun 1980 hingga 1990an. 

Mereka adalah generasi yang hidup dengan teknologi serba digital dan segala sesuatu yang praktis. Pola pikir milenial juga tidak serumit generasi sebelumnya. Kaum milenial terbiasa gamblang menunjukkan ekspresi mereka akan berbagai hal.

Kita dalam tahap pergeseran pola industri yang Mau tidak mau, suka tidak suka masyarakat dituntut untuk mengenal segala istilah di seputar teknologi ini. 

Industri digital memang saat ini lebih akrab dengan kaum milenial. Bagaimana tidak, aktifitas milenial yang semakin kompleks membutuhkan segala sesuatu yang serba cepat dan praktis. Sekarang bukan hanya belanja berbagai keperluan yang bisa memanfaatkan aplikasi startup. 

Jasa cuci baju, asisten rumah tangga, guru privat sampai cari jodoh pun bisa dilakukan secara online dengan industri ini. Bahkan, semua akses informasi bisa dibuka cukup dengan gawai dan aplikasi startup. Kepentingan bisnis, pertemanan, dan eksistensi diri semua terkoneksi dengan industri digital.

Memahami unicorn, startup dan semua teknologi digital tidak bisa seperti anak sekolah yang menjelang ujian baru membaca segala sesuatunya lalu menghafal. Untuk memajukan industri digital ini kita perlu memahami prinsip kerjanya, sasarannya, aturan main, izin, pajak dan banyak hal tentangnya. 

Seorang Prabowo harus menceburkan diri dalam dunia digital bukan melulu berkutat pada retorika politik dengan jargon lagi-lagi cuma mengembalikan kesejahteraan rakyat kecil. Menjadi kepala negara harus siap dengan pemahaman akan semua industri yang berkembang. Tak ada batasan usia untuk memahami semua yang ada di lingkungan kita, toh?

Merangkul kaum milenial di era ini apalagi dengan kepentingan meraup suara rakyat adalah hal yang wajib. Lebih dari 50 persen pemilih terdaftar masuk kategori usia kaum milenial.

Sebenarnya, mudah saja buat Prabowo. Ia mempunyai seorang anak yang hidup dalam lingkup industri kreatif milenial yang pastinya tak lepas dari industri digital. 

Didiet Hediprasetyo, putra semata wayangnya dengan Titiek Soeharto kini tinggal di ibukota Prancis setelah lama menetap dan dibesarkan di Amerika Serikat. 

Didiet adalah seorang perancang adibusana profesional yang sudah punya nama di industri perancang busana internasional. Didiet jauh dari hiruk pikuk dunia politik karena memilih fokus dengan profesinya. Ia juga jadi salah satu ikon milenial seperti halnya anak-anak Jokowi yang menggeluti bidang usaha. Memahami dunia milenial dan segala industri akan lebih mudah bagi Prabowo jika memahami figur milenial itu sendiri.

Jokowi punya ketertarikan besar terhadap industri digital dan milenial karena ketertarikan dari diri sendiri dan  dunia milenial anak-anaknya yang kebetulan bergerak di industri yang ditopang oleh teknologi digital. 

Istilah 'Unicorn' bagi Kaesang misalnya, bukanlah hal yang asing. Dalam menjual produk nugget pisang dari usahanya, ia bekerjasama dengan beberapa Unicorn. Begitu juga dengan Gibran yang sudah lebih dulu bergerak di dunia jasa catering.

Didiet Prabowo selama ini terbiasa tinggal di luar negeri dan terpisah dari kedua orang tuanya. Kemungkinan Prabowo tidak memiliki banyak waktu berkualitas dengan anak semata wayangnya ini dalam bertukar pikiran. Didiet tumbuh besar di Boston, Amerika Serikat, yang cukup kuat budaya individualisnya. 

Di tengah arus budaya pop, kaum muda di Amerika Serikat terbiasa tumbuh tanpa kekangan tradisi keluarga ataupun adat istiadat. Tidak diketahui bagaimana intensitas pertemuan antara ayah dan anak antara Prabowo dengan Didiet tapi secara kasat mata saja kedekatan batin antara keduanya kurang terlihat dalam beberapa kesempatan tampil bersama di depan publik. Jarang sekali mereka saling berkomentar atau saling mengomentari apa yang terjadi di antara keduanya.

Prabowo harus belajar dari Jokowi. Keharmonisan keluarga adalah salah satu pendorong seseorang mewujudkan mimpi dan cita-citanya. Kedekatan batin antara Prabowo dengan putranya adalah cara terbaik baginya memahami kaum muda yang dinamis. Pola pikir tertinggal dengan kepentingan politik yang berjejal di kepala memang seringkali membuat tensi emosi seseorang tidak stabil.

Supaya tidak terjadi hal-hal yang memalukan seperti yang terjadi dalam debat lalu, Prabowo harus belajar banyak dari putranya. Tapi belajar ini lain, bukan atas nama proyek ambisi tapi atas nama kasih sayang ayah kepada anak. Saya yakin segala sesuatunya akan terasa lebih bermakna dan indah buat Prabowo. 

Saya jadi teringat sebuah film televisi yang belum lama ini dirilis ulang ke dalam film layar lebar ya itu film 'Keluarga Cemara'. Saya ingat lirik lagu pengantarnya yaitu "Harta yang paling berharga adalah keluarga, puisi yang paling indah adalah keluarga." 

Semoga komunikasi yang hangat dengan keluarga membuat Prabowo lebih cair menghadapi kontestasi pilpres yang cukup membuat kepala berasap. Dan, keluarga membuat kita ikhlas menghadapi setiap kegagalan yang mungkin terjadi.