Ucapan Prabowo tentang ibu pertiwi diperkosa sebenarnya menggambarkan kondisi Prabowo yang "diperkosa" oleh kepentingan kelompok intoleran di negeri ini.
Tak ada yang meragukan patriotisme Prabowo sebagai seorang purnawirawan TNI. Tetapi, tidak akan ada yang mau bahkan rela jika negaranya digadaikan demi kepentingan sekelompok orang yang sudah terang benderang punya gagasan dan rencana untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan sistem Khilafah.
Itulah sebabnya HTI dibubarkan karena berbahaya bagi negara dan keutuhan NKRI. Itulah sebabnya Presiden Jokowi berani membubarkan HTI karena tujuannya sudah jelas ingin menggeser ideologi Pancasila dengan sistem Khilafah.
Orang-orang yang menyerukan Khilafah inilah seolah-olah lupa ingatan. Mereka dengan segala cara dan tipu daya muslihat mengakui pancasila demi tujuan politik, mengakui di dalam dada mereka ada garuda.
Tapi, ucapan tetaplah sekadar ucapan. Jejak digital tidak bisa dihapuskan dan inilah yang menjadi bukti bahwa mereka, golongan intoleran ini, hanya berkedok pancasilais demi merebut kekuasaan.
Bukti yang tidak bisa dielakkan lagi adalah video Bachtiar Nasir yang menyerukan revolusi dan mengagungkan khilafah. Bahkan hal tersebut dilakukan di masjid. Bukti bahwa tempat ibadah memang selama ini dijadikan tempat bagi mereka untuk menggalang kekuatan sekaligus melemahkan lawan melalui seruan-seruan dan ceramah-ceramah keagamaan.
Mereka menyusup menjadi pengurus masjid, mengganti takmir-takmir masjid yang dirasa kolot dan tidak mau diajak kerjasama mengusung khilafah.
Pola rekrutmen mereka dengan menginvasi salah satu masjid dan menjadikannya sebagai markas sehingga masyarakat umum yang tinggal di sekitarnya pun enggan untuk berada di masjid. Barulah mengajak golongan-golongan yang sepaham. Membentuk kajian dan memberikan doktrin tentang faham HTI.
Cara ini pun sangat efektif dilakukan baik dengan cara yang halus. Lewat ustad-ustad yang terlihat alim, soleh, dengan penampilan yang amat meyakinkan, tetapi berpaham HTI.
Semula kondisi tersebut menjadi salah satu keresahan yang dialami ormas seperti Muhammadiyah dan NU sebagai ormas terbesar di Indonesia yang aktif menjadi anak panah da'wah Islam di Nusantara. Namun, demi menjaga ukhuwah kadang mereka lupa hingga alpa bahwa golongan intoleran ini membawa misi tersembunyi dengan tujuan yang lebih besar lagi yaitu mengganti Demokrasi Pancasila di bumi NKRI.
Kondisi porak poranda di Timur Tengah bukan isapan jempol bisa saja terjadi di Indonesia. Bukti-bukti menunjukkan ada pengiriman dana kepada kaum pemberontak di Suriah bahkan pemberangkatan orang-orang yang berjuang atas nama Khilafah. Kemudian setelah kalah, mereka kini mengais dan mengemis untuk kembali ke pelukan ibu pertiwi tercinta.
Relakah negara ini jatuh kepada golongan intoleran seperti itu?
Sebagai seorang Negarawan, Prabowo seharusnya sadar bahwa dirinya sekarang hanya dimanfaatkan, hanya dijadikan tameng khilafah. Pada waktunya nanti jika yang paling buruk terjadi, semua sendi-sendi negara akan diganti sesuai dengan rencana awal mereka.
Inilah yang saat ini sedang kita saksikan di tengah gegap gempita kampanye Akbar Prabowo Sandi di Gelora Bung Karno (7/4). Bahkan, teman koalisinya sendiri, SBY, merasa tak nyaman dengan pola kampanye yang dilakukan oleh Prabowo. Kampanye yang tidak lazim menggambarkan Bhineka Tunggal Ika.
Tak ada lagi kompromi terhadap gagasan khilafah di Indonesia, apalagi bagi mereka yang berusaha untuk merebut kekuasaan politik dengan tujuan mengganti ideologi Pancasila.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews