Patriotisme Prabowo "Diperkosa" Khilafah

Tak ada kompromi terhadap gagasan khilafah, apalagi bagi mereka yang berusaha untuk merebut kekuasaan politik dengan tujuan mengganti ideologi Pancasila.

Sabtu, 13 April 2019 | 20:34 WIB
0
257
Patriotisme Prabowo "Diperkosa" Khilafah
Prabowo Subianto (Foto: Bisnis.com)

Ucapan Prabowo tentang ibu pertiwi diperkosa sebenarnya menggambarkan kondisi Prabowo yang "diperkosa" oleh kepentingan kelompok intoleran di negeri ini.

Tak ada yang meragukan patriotisme Prabowo sebagai seorang purnawirawan TNI. Tetapi, tidak akan ada yang mau bahkan rela jika negaranya digadaikan demi kepentingan sekelompok orang yang sudah terang benderang punya gagasan dan rencana untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan sistem Khilafah.

Itulah sebabnya HTI dibubarkan karena berbahaya bagi negara dan keutuhan NKRI. Itulah sebabnya Presiden Jokowi berani membubarkan HTI karena tujuannya sudah jelas ingin menggeser ideologi Pancasila dengan sistem Khilafah.

Orang-orang yang menyerukan Khilafah inilah seolah-olah lupa ingatan. Mereka dengan segala cara dan tipu daya muslihat mengakui pancasila demi tujuan politik, mengakui di dalam dada mereka ada garuda. 

Tapi, ucapan tetaplah sekadar ucapan. Jejak digital tidak bisa dihapuskan dan inilah yang menjadi bukti bahwa mereka, golongan intoleran ini, hanya berkedok pancasilais demi merebut kekuasaan.

Bukti yang tidak bisa dielakkan lagi adalah video Bachtiar Nasir yang menyerukan revolusi dan mengagungkan khilafah. Bahkan hal tersebut dilakukan di masjid. Bukti bahwa tempat ibadah memang selama ini dijadikan tempat bagi mereka untuk menggalang kekuatan sekaligus melemahkan lawan melalui seruan-seruan dan ceramah-ceramah keagamaan.

Mereka menyusup menjadi pengurus masjid, mengganti takmir-takmir masjid yang dirasa kolot dan tidak mau diajak kerjasama mengusung khilafah.

Pola rekrutmen mereka dengan menginvasi salah satu masjid dan menjadikannya sebagai markas sehingga masyarakat umum yang tinggal di sekitarnya pun enggan untuk berada di masjid. Barulah mengajak golongan-golongan yang sepaham. Membentuk kajian dan memberikan doktrin tentang faham HTI. 

Cara ini pun sangat efektif dilakukan baik dengan cara yang halus. Lewat ustad-ustad yang terlihat alim, soleh, dengan penampilan yang amat meyakinkan, tetapi berpaham HTI.

Semula kondisi tersebut menjadi salah satu keresahan yang dialami ormas seperti Muhammadiyah dan NU sebagai ormas terbesar di Indonesia yang aktif menjadi anak panah da'wah Islam di Nusantara. Namun, demi menjaga ukhuwah kadang mereka lupa hingga alpa bahwa golongan intoleran ini membawa misi tersembunyi dengan tujuan yang lebih besar lagi yaitu mengganti Demokrasi Pancasila di bumi NKRI.

Kondisi porak poranda di Timur Tengah bukan isapan jempol bisa saja terjadi di Indonesia. Bukti-bukti menunjukkan ada pengiriman dana kepada kaum pemberontak di Suriah bahkan pemberangkatan orang-orang yang berjuang atas nama Khilafah. Kemudian setelah kalah, mereka kini mengais dan mengemis untuk kembali ke pelukan ibu pertiwi tercinta. 

Relakah negara ini jatuh kepada golongan intoleran seperti itu?    

Sebagai seorang Negarawan, Prabowo seharusnya sadar bahwa dirinya sekarang hanya dimanfaatkan, hanya dijadikan tameng khilafah. Pada waktunya nanti jika yang paling buruk terjadi, semua sendi-sendi negara akan diganti sesuai dengan rencana awal mereka. 

Inilah yang saat ini sedang kita saksikan di tengah gegap gempita kampanye Akbar Prabowo Sandi di Gelora Bung Karno (7/4). Bahkan, teman koalisinya sendiri, SBY, merasa tak nyaman dengan pola kampanye yang dilakukan oleh Prabowo. Kampanye yang tidak lazim menggambarkan Bhineka Tunggal Ika. 

Tak ada lagi kompromi terhadap gagasan khilafah di Indonesia, apalagi bagi mereka yang berusaha untuk merebut kekuasaan politik dengan tujuan mengganti ideologi Pancasila.

***