Jujur saya rasakan bahwa seolah negara ini baru merdeka, rasa itu ada karena saya bukan dari bagian kemapaman yang pernah ada. Kalaupun sekarang saya hidup diatas rata-rata, hal itu ada karena saya tidak pernah lelah berusaha. Selama 42 tahun kita dicengkram pemerintah model lintah, praktis Presiden ke 2 dan ke 6 yang membuat kita nyaris lumpuh sekujur tubuh.
Presiden ke 3, 4 dan 5 praktis tidak bisa berbuat banyak. Selain baru lepas dari gejolak , sekaligus masih bereforia dan mencari bentuk pasca reformasi.
Zaman Orba 32 tahun kita disamun, era santrinya Orba, 10 tahun kita cuma disuruh ngelamun, dianya tetap jadi penyamun. Lepas dari cengkeraman ekonomi yang dimonopoli oleh para kroni, oligopoli, dan persaingan keji, sisanyapun hampir tak dibagi.
Tabiat kita dibentuk dengan mental subsidi, kita lupa yang besar mereka curi, kita kebagian ujung ekor ikan teri. Harta mereka ditumpuk 7 keturunan, anak kita cuma bisa keluyuran di pinggir jalan, tak bisa sekolah dan sakit-sakitan. Hal itu pernah saya rasakan sampai era tahun 70an, SMA saya tak selesai, diusir dari kelas karena 3 bulan SPP tak lunas.
Jokowi membawa harapan, sayang dia harus menyusun ulang negara yang hampir hilang, kita dihadang orang yang pernah dididik pada kurikulum orba. Selama 10 thn dipimpinnya kita masuk Orba jilid 2, untung Tuhan tidak membiarkan dia lama berkuasa walau sempat menumpuk harta dan kaya raya, sampai rumahnya diberi sebutan Puri segala, dengan undang-undang dia harus turun tahta, andai tidak dia mungkin mau berkuasa selama nafasnya ada.
Jokowi hadir atas izin dan hadiah dari Tuhan, 4 tahun dia mulai memberesi negeri di tengah gencarnya caci maki dan penghadangan keji. Jokowi mau dihabisi, bukan mereka tak mengerti. Mereka sengaja menutup hati walau sadar di depan matanya terhampar hasil kerja Jokowi, karena niatnya mengambil kembali lahan luas yang bisa dibagi-bagi dengan cara mencuri yang tak henti.
Gebrakan dan tindakan tanpa urat takut Jokowi, membuat mereka makin tak bernyali, bukan saja koloni para pencuri, tetangga di kanan kiri negeripun ikut ngeri. Petral dibuat bubar, BUMN dijadikan mesin pembangunan, Freeport dikecilkan sahamnya, pintu-pintu gerbang perbatasan dibuat menjadi kebanggaan, puluhan bendungan dibangun untuk ketahanan pangan, ribuan km jalan untuk kelancaran distribusi barang dan kebutuhan, kesehatan diperhatikan, diawal priode kedua nanti sudah dicanangkan SDM akan dinaikkan kualitasnya demi masa depan.
Sebuah harapan dihamparkan, sebuah cahaya kemajuan sudah kelihatan. Indonesia bermasa depan, lepas dari kegelapan dan cengkeraman kaum bertabiat setan.
Tiga bulan ke depan mata hati kita jangan kelilipan, Jokowi harus dilanjutkan dengan tanpa alasan. Kalau ada teman-teman yang masih kesurupan biarkan saja sementara demikian. Nanti kalau sudah selesai hitungan baru kita kasi minum air kemenyan agar mereka siuman dan merasakan Indonesia masih ada.
Menikmati hasil pembangunan yang pernah mereka cerca. Kita juga berterima kasih kepada mereka kaum bermuka kuda, karena tanpa mereka mungkin kita terlena dan kurang waspada.
Kaum sengkuni yang sudah lama terus mengada-ada telah lama juga dimaklumi Jokowi, manusia rendah hati dan tinggi budi ini telah teruji makan asam garam ditengah caci maki. Kita harus belajar dengan tulus, dan bersyukur, bahwa kita pernah bersama pemimpin yang sepanjang usianya patut ditauladani.
Mari kita jaga negeri indah ini bersama-sama, dan bersamanya, kalau kita tidak ingin kembali menerima cara seperti zaman Orba, dan kita masuk cengkeraman yg lebih mencekam. Orba Jilid 3.
Semoga Tuhan menjauhkan ini semua, kita tidak ingin bencana yang ke 3 kali.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews