Ketika dalam pesta demokrasi ada yang memanfaatkan sebagai momentum masuknya tujuan lain, maka harus dicurigai bahwa Pemilu 2019 bukan sekedar Kontestasi Pilpres. Itu artinya dalam Pilpres 2019 bukan cuma hanya ada 2 kubu.
Kubu ketiga yang menyusup dengan memanfaatkan momentum Pilpres, haruslah diwaspadai oleh 2 kubu yang akan bertarung.
Kita tidak bisa menutup mata, bahwa memang ada kelompok yang mempunyai kepentingan lain dalam Kontestasi Pilpres 2019. Bisa jadi dugaan saya salah, namun mewaspadi masuknya kepentingan lain dengan membonceng momentum Pilpres harus diwaspadai bersama.
Kelompok pengusung khilafah jelas tidak berpuas diri kalau ruang gerak mereka semakin dipersempit, namun gerakan mereka secara bergrilya memasuki sendi-sendi Politik, untuk menghancurkan demokrasi yang mereka anggap sebagi Thogut, tidak bisa dianggap remeh.
Seperti yang dilansir Tribunews.com, bahwa Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Pemuda (GP) Anshor Yaqut Cholil menyatakan beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pejabat perusahaan BUMN, mendukung didirikannya NKRI bersyariat.
Informasi tersebut pun disampaikan Yaqut kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
"Di ASN sudah banyak kelompok pengusung khilafah yang ingin negara lain, selain Indonesia masuk ke sana, pejabat teras di BUMN juga banyak," ujar Yaqut.
Saya sangat yakin baik kubu Prabowo maupun kubu Jokowi sangat menyadari hal ini. Prabowo secara jelas pernah menyatakan Tidak mendukung khilafah, begitu juga Jokowi. Kita semua tahu, kemana kubu ketiga ini merapat, dengan segala misi dan tujuannya.
Bahwa Pilpres 2019 bukanlah cuma pertarungan 2 kubu, itu adalah sesuatu yang kasat Mata, dan sangat nyata. Sebagai kelompok pengusung khilafah, jelas mereka tidak mendapat tempat dalam sebuah pertarungan yang jelas dan terbuka, tapi mereka memanfaatkan momentum pertarungan tersebut untuk memasukkan kepentingan mereka.
Kita bisa saja bilang secara De jure HTI memang sudah tidak ada, tapi secara De facto HTI masih ada. Akar Organisasi ini sangat kuat, karena pembiaran terhadap tumbuh kembangnya selama puluhan tahun, membuat populasi pengikut Organisasi ini semakin berkembang dinegara ini.
Mereka masuk pada ruang-ruang kosong yang tidak diisi oleh NU dan Muhamadyah. Sama perkembangannya PKS dengan Ikhwanul Musliminnya, mereka juga mengakar dalam lahan-lahan kosong yang tidak tersentuh oleh NU dan Muhamadyah.
Setiap ada pergesekan diantara keduanya kubu yang akan bertarung pada Pilpres 2019, sangat menguntungkan kubu ketiga untuk mengambil kesempatan. Bisa saja gesekan pertarungan tersebut menjadi besar akibat dimanfaatkan kubu ketiga.
Tentunya hal seperti ini tidaklah kita harapkan. Sejarah perpecahan di Timur Tengah haruslah menjadi pelajaran bagi kita bersama. Bagaimana kelompok penyusup mengambil kesempatan untuk memecah belah, hanya demi kepentingan pendirian negara khilafah.
Kelompok ini tidak bisa dipandang remeh, mereka tetap ada, dan jumlahnya Juga besar. Yang jelas mereka nyaman membonceng kubu 02, karena saling membutuhkan.
Kubu 02 membutuhkan kaum radikalis tersebut, karena jumlah massanya sangat bisa dimanfaatkan untuk membangun Politik pengerahan Massa, begitu juga sebaliknya, kelompok tersebut memanfaatkan kubu 02 sebagai tempat naungan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews