Bermain Akrobat dalam Angka Survey

Sabtu, 22 Desember 2018 | 22:04 WIB
0
187
Bermain Akrobat dalam Angka Survey
Pasangan Capres-Cawapres (Foto: Tribunnews.com)

Sekitar seminggu yang lalu, saya membaca sebuah hasil survey elektabilitas dua pasang Capres dan Cawapres yang dikeluarkan oleh lembaga survey Median. Begitu saya lihat, pasangan petahana dengan kandidat wakilnya yang baru ada di posisi kedua perolehan elektabilitas setelah pasangan Prabowo-Sandiaga.

Menurut Rico Marbun, Direktur Eksekutif Median, melalui polling di Twitter, Prabowo-Sandiaga unggul dengan angka 59,2 persen dan Jokowi-Ma'ruf di angka 29,5 persen. Di Instagram, polling keduanya 48,9 persen untuk pasangan nomer 02 dan 39,1 untuk pasangan nomer 01. Dan di facebook

Jokowi-Ma'ruf Amin ada di angka 42,4 persen sementara Prabowo-Sandiaga di angka 42,9 persen.

Wah, ini sebuah hasil survey yang berbeda dari hasil survey yang pernah saya ikuti sebelumnya.

Saya pun tertarik menyoroti pola pengambilan sampel dari lembaga Median ini. Rico Marbun menjelaskan, survei dilakukan pada periode 4-16 November 2018 terhadap 1.200 responden. Populasinya seluruh warga yang memiliki hak pilih. Survei dilakukan dengan metode pengambilan sampel secara acak atau multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Margin of error survei +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Bicara media sosial, saya pernah mencoba mengklik survey semacam ini di Facebook. Lucunya, hari itu baru hari pengumuman pasangan capres dan cawapres versi partai pengusung (belum resmi di KPU). Saat itu sekitar jam 22 lebih 5 menit, pasangan Prabowo Sandi baru beberapa menit mengumumkan bahwa mereka akan berduet di Pilpres sementara itu pasangan Jokowi Ma'ruf sudah lebih dulu mengumumkan diri maju ke pilpres 2019 pada siang harinya.

Dalam 1 menit saja, polling survey menunjukkan kenaikan angka yang fantastis, sekitar 60 persen dengan angka 300an pemilih pada kolom pemilih Prabowo Sandi dan pada kolom Jokowi Ma'ruf angka masih stagnan di kisaran belasan persen di sekitar 60an pemilih. Saya takjub sekaligus ragu... Secepat itukah polling terisi? 

Saya pernah mencoba polling yang serupa di link media sosial lainnya dan kejadiannya mirip seperti itu. Saya jadi bertanya apakah pemilih di media sosial adalah murni pemilih dengam akunnya sendiri atau ada sistem yang sedemikian cepatnya bisa mengisi polling survey?

Di sebuah situs saya pernah membaca bahwa lembaga Survey Median ada kedekatan dengan salah satu kubu capres yaitu Prabowo. Dari situ saya membaca bahwa Rico Marbun adalah seorang mantan ketua BEM UI yang dari catatan tulisan-tulisannya punya kedekatan dengan PKS. Bukan hanya dari tulisan, saya telusuri memang beliau pernah mengelola survey untuk PKS. Sungguh sebuah kedekatan di mana sebuah lembaga survey mensurvey elektabilitas capres dari afiliasinya sendiri.

Sementara itu, dalam minggu ini saya membaca dari hasil survey 6 lembaga survey, Jokowi Ma'ruf masih di posisi pemenang dibandingkan pasangan Prabowo Sandiaga. Keenam lembaga survey itu salah satunya juga lembaga Median. Lima lembaga lainnya yaitu LSI-Denny JA, Alvara, Litbang Kompas, SMRC dan lembaga survey Indikator.

Jika pada survey di media sosial pasangan Prabowo Sandiaga lebih banyak pemilih tapi pada survey konvensional Jokowi Ma'ruf memimpin bisa jadi pendukung Jokowi Ma'ruf lebih banyak bergerak di dunia nyata lewat aksi-aksi dukungannya.

Jika lembaga survey yang punya kedekatan dengan afiliasi Prabowo Sandiaga Uno menyebutkan angka unggul bagi pasangan Jokowi Ma'ruf bisa jadi itu hasil yang objektif. 

Meskipun di lebih banyak lembaga survey pasangan Jokowi Ma'ruf unggul, tim kampanye nasional tak bisa serta merta bernafas lega atau kerja santai karena akrobat angka-angka hasil survey masih bisa terbolak balik seiring gejolak politik.yang terjadi.

Kubu Jokowi juga harus mewaspadai hasil survey yang "asal bapak senang" padahal datanya tidak akurat.

Responden itu terbagi dua macam yaitu responden milenial dan senior. Kaum milenial lebih banyak aktif di media sosial dan yang senior banyak di pergerakan langsung.

Kubu Prabowo juga belum tentu kalah atau pesimis karena angka hasil masih fluktuatif, apalagi ada pengaruh gerakan 212 yang indikasinya bisa mendongkrak suara Prabowo Sandi.

Yang jangan terjadi adalah korban harapan palsu lembaga survey pada Quick Count hasil pilpres 2014 lalu dimana hasil sempat membuat Prabowo melakukan jumpa pers pernyataan kemenangan yang diiringi sujud syukur. Padahal, dari hasil surat suara sebenarnya Prabowo-Hatta jelas takluk pada perolehan suara Jokowi-JK.

Perlu dicamkan juga bahwa sebaik-baiknya pendekatan kepada pemilih adalah yang humanis dan tidak dibuat-buat. 

Ayo para tim kampanye, berlombalah menarik simpati pemilih di dunia nyata lewat aksi nyata bukan sekedar retorika...!

***