Beberapa hari ini kasus Covid-19 di Indonesia sedang menurun. Namun masyarakat diingatkan agar tidak terjebak dalam euforia, karena kenyataannya kita masih berada di dalam masa pandemi. Tetaplah disiplin dalam menaati protokol kesehatan dan tidak boleh melepas masker sembarangan.
Pandemi yang telah dilalui hampir 2 tahun ini bagaikan mimpi buruk yang tak berkesudahan, tetapi dalam beberapa ini ada progress positif sehingga kita optimis bisa bebas Corona secepatnya. Pasalnya, jumlah pasien Covid turun drastis. Jika bulan lalu masih 30.000-an pasien per hari maka belakangan turun menjadi ‘hanya’ 4.000 pasien per harinya.
Turunnya pasien Corona amat disyukuri karena bisa ditekan hingga hampir 10% saja dari jumlah awal. Namun Presiden Jokowi berpesan agar kita tidak terlena, karena saat ini masih masa pandemi.
Jangan lengah terhadap penyebaran Corona, meski kasus Covid sedang melandai karena PPKM dan program vaksinasi nasional.
Presiden Jokowi menambahkan, meski ada tren positif pada kasus Covid dan jumlah pasien yang sembuh meningkat, jangan memiliki rasa optimis yang berlebihan dan berpuas diri. Penyebabnya karena upaya untuk menekan kasus aktif Corona harus terus dilakukan. Jadi semuanya harus tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
Euforia harus ditiadakan karena jangan sampai lengah sedikitpun. Ketika kasus Covid menurun bukan berarti bisa lepas masker dan melanggar berbagai poin dalam protokol kesehatan, karena bisa saja virus menyebar saat Anda tak pakai masker. Apalagi yang beredar saat ini adalah Corona varian delta yang bis menular saat berdekat-dekatan dengan OTG. Sehingga prokes harus ditaati dengan disiplin.
Protokol kesehatan memang terus dipromosikan dan disempurnakan oleh pemerintah, tak hanya 3M atau 5M tetapi 10M. Paling utama adalah memakai masker dan sayangnya belakangan mulai ada sebagian masyarakat yang ogah-ogahan mengenakannya, dengan berbagai alasan. Ada pula yang memakainya tetapi sering dilepas atau posisinya kurang pas (tidak menutupi hidung).
Padahal pemakaian masker yang kurang pas tidak efektif sama sekali untuk mencegah masuknya droplet yang membawa virus Covid-19. Sehingga kita masih wajib pakai masker, meskipun hanya membeli gula ke warung tetangga. Malah WHO menyarankan untuk mengenakan masker ganda (masker medis dan masker kain) untuk memaksimalkan filtrasi dan mencegah masuknya droplet ke organ pernafasan.
Selain memakai masker, poin lain dalam protokol kesehatan yang sering dilanggar adalah menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Apalagi di bulan yang ramai untuk pesta pernikahan, seperti habis lebaran, habis idul adha, dan akhir tahun.
Menikah tidak dilarang tetapi yang tidak boleh adalah resepsi besar-besaran, karena maksimal tamunya 35 orang saja. Itupun harus taat prokes seperti pakai masker dan hidangan diberikan untuk dibawa pulang.
Poin lain dalam prokes yang masih saja dilanggar adalah mengurangi mobilitas. Masih ada saja yang nekat bepergian dan menerabas penyekatan, dan mereka memakai trik khusus. Yakni bepergian di perbatasan saat petugas sedang ganti shift atau sebelum subuh. Ketika pulang dari traveling lalu kena Corona, apakah tidak menangis karena menyesal?
Oleh karena itu kita tetap harus mengingat pesan dari Presiden Jokowi agar waspada dan tidak larut dalam euforia. Saat ini masih pandemi dan jangan menyepelekan protokol kesehatan. Penyebabnya karena hanya dengan prokes dan vaksinasi, kita bisa selamat dari ancaman Corona.
Ingatlah bahwa protokol kesehatan bukanlah belenggu, melainkan cara agar kita semua tidak tertular virus Covid—19. Tetaplah menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan sehat dan rajin olahraga walau di rumah saja. Jangan lengah dan melepas masker sembarangan. (Agung Wicaksono)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews