Hadapi Wabah Corona, Indonesia Beruntung Punya Orang-orang Ini

Dengan strategi awal social distancing dan PSBB yang tidak membangkrutkan, namun menenangkan rakyat Indonesia.

Minggu, 10 Mei 2020 | 20:20 WIB
0
306
Hadapi Wabah Corona, Indonesia Beruntung Punya Orang-orang Ini
Presiden Joko Widodo (Foto: bharatanews.id)

Menghadapi wabah Covid-19 bukan perkara gampang. Kata Bima Arya Walikota Bogor wabah Corona adalah tentang ujian kepemimpinan. Tanpa kepemimpinan yang mumpuni tentu akan porak-poranda. Keberuntungan Indonesia pertama adalah Indonesia dipimpin oleh Jokowi.

Jokowi menghitung berbagai aspek. Politik dan bukan politik. Sosial dan ekonomi. Faktor politik menjadi pertimbangan yang paling berat. Kenapa? Karena Jokowi sudah tidak maju lagi di 2024. Maka tak mengherankan seolah Jokowi berjalan sendiri. Para parpol di DPR seakan membiarkan Jokowi berjalan sendirian.

Untungnya Jokowi mengikuti instink politik hebat, sebelum virus merebak. Saat pendukung dan penentang Jokowi ingin menjauhkan rekonsiliasi politik. Jokowi tetap menginginkan Prabowo menjadi bagian dari pemerintahan.

Lewat Kepala BIN Budi Gunawan, Mas Pram, Budi Karya, akhirnya Prabowo masuk ke pemerintahan. Dengan perjuangan alot – termasuk revival of Perjanjian Batutulis. Prabowo-Puan. Itu urusan politik yang menjadi blessing in-disguise.

Tanpa Prabowo di pemerintahan, yang suka tak suka masih cukup berpengaruh di militer dan purnawirawan, saat ini akan sangat sulit bagi Jokowi untuk menyeimbangkan kepentingan kompleks: politik dan kepentingan.

Hiruk-pikuk internal TNI yang didiamkan oleh Jokowi ternyata kini menjadi berkat kuat. Bagi Jokowi. Bagi Indonesia. Jokowi mengangkat Jenderal (Purn.) Terawan Agus Putranto sebagai Menkes. Tak terbayangkan jika posisi ini tidak di bawah tentara. Pertimbangan kebijakan Menkes memberikan data konkrit tentang lockdown kepada Jokowi membuat Jokowi menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Bukan lockdown.

Lockdown di Wuhan Provinsi Hubei dengan penduduk 58 juta (4% penduduk China) dikabarkan telah menghabiskan dana US$180 milyar. Kalau Indonesia menerapkan lockdown – artinya seluruh kebutuhan masyarakat dipenuhi negara – hanya dalam dua minggu Indonesia akan bangkrut.

Strategi isolasi dan penetapan rumah sakit Covid-19 yang didukung oleh TNI, c.q. KASAD Jenderal Andika Perkasa memimpin pemanfaatan RSPAD dan RSAD di berbagai daerah.

Doni Monardo didukung oleh Menkes Terawan menerapkan fungsi rumah sakit pemerintah dan swasta sebagai garda depan penanganan Covid-19, dengan subsidi khusus. Itupun Menkes baru menggunakan tak lebih dari Rp25 triliun dari dana Rp70 triliun.

Dan, membangun tempat isolasi Covid di Wisma Atlet dan pulau galang: jadi murah, karena bukan di rumah sakit. Untung ada Basoeki Hadimoeljono yang sigap membangun fasilitas kesehatan.

(Ini yang menyebabkan Daeng M. Faqih dari IDI berteriak tak karuan karena justru penanganan Covid-19 menjauhkan peran para mafia kesehatan. Berisik tidak karuan padahal dia bukan Jubir Covid-19. Akhirnya kini dia diam.)

Baca Juga: Presiden Minta Kita Berdamai dengan Virus Corona?

Jokowi pun didukung penuh Luhut Binsar Pandjaitan yang senior Prabowo. Ditambah soliditas BIN di bawah pimpinan Budi Gunawan yang mendapat dukungan penuh dari Guru Intelijen Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, menjadikan fungsi intelijen sepenuhnya di tangan Jokowi.

Keputusan Jokowi memberhentikan dan mengangkat Tito Karnavian juga sangat tepat. Instink yang luar biasa. Di bawah Tito, kepala daerah cenderung diam. Sistem kerja strategis Satgas meredam kegilaan dan kengawuran para kepada daerah. Yang bandel jadi bulan-bulanan media sosial.

Rekan Tito Karnavian, Jenderal Idham Aziz dipilih sendiri oleh Jokowi. Hasilnya? Penyeimbangan kekuatan di Polri. Komjen Listyo Sigit Prabowo pun dipasang di Bareskrim. Dari Korlantas Polri pun Irjen Istiono muncul mengamankan kebijakan. Tak berhenti di situ, ada Firli Bahuri Ketua KPK yang menghindari kegaduhan. Pasokan kebutuhan makanan dipegang oleh Budi Waseso.

Puan Maharani dan Bambang Soesatyo pun menjaga di DPR/MPR. Tenang. Tidak berisik. Ditambah dengan keberuntungan mengangkat Erick Thohir di BUMN yang berani melawan mafia. Tingkat kebijkan energi untuk rakyat ada di Pertamina dan PLN juga aman. Ada Ahok di Pertamina dan Darmawan Prasodjo di PLN sebagai pelapis kebijakan.

Untuk meredam berisik dua gubernur cari sensasi Jabar dan DKI Jakarta – tidak usah sebut nama ikuti gerakan Lockdown dia di media – ada Ganjar Pranowo, Risma, Khofifah. Gubernur Jatim mengirimkan bantuan sampai ke Kepulauan Kangean yang posisinya kalau ditarik garis lurus di utara Karangasem Bali.

Beruntunglah Jokowi masih memiliki orang-orang tersebut. Tanpa mengecilkan peran siapa pun. Yang akhirnya rakyat Indonesia mengikuti aturan. Melihat kesungguhan mengatasi Corona wabah Covid-19.

Dengan strategi awal social distancing dan PSBB yang tidak membangkrutkan, namun menenangkan rakyat Indonesia. Indonesia kini melihat wujud asli Jusuf Kalla dan Susilo Bambang, hanya politikus dan bukan negarawan sama sekali. Kalau Presiden Habibie masih ada pasti telpon-telponan dengan Jokowi, memberi dukungan.

Beruntung. Indonesia punya Jokowi. Bukan Bolsonaro. Bukan Trump. Relawan dan rakyat Indonesia yang waras mendukung kepemimpinan Jokowi.

Ninoy Karundeng, penulis.

***