Jokowi , Mendobrak Cita-cita Anak Menjadi Presiden RI

Kalau politik dibangun dengan narasi baik, perilaku politiknya baik, sosialisasi politiknya baik, maka Jokowi atau pemimpin baik lainnya bisa saja muncul dari anak anak Indonesia .

Selasa, 2 Juli 2019 | 15:21 WIB
0
481
Jokowi , Mendobrak Cita-cita Anak Menjadi Presiden RI
Presiden Joko Widodo dan anak-anak (Foto: Fakta News)

Sebelumnya, saya selaku warga negara Indonesia mengucapkan selamat atas terpilihnya Ir. Joko Widodo (Jokowi) dan Dr.  KH. Ma'ruf Amin  sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2019 - 2024 . Semoga amanah dalam bekerja melayani rakyat . Aamiin. 

Sebagai sosok, yang kini tentu saja diakui banyak negara sebagai tokoh inspiratif. Bahkan masuk ke dalam 100 tokoh yang berpengaruh di dunia. Di Jepang, sosok Jokowi digambarkan sebagai Presiden  Beken dari keluarga miskin tukang kayu.

Saking banyaknya apresiasi negara lain terhadap Jokowi sampai - sampai paradigma  menjadi presiden itu sulit dan hanya orang orang dengan latar belakang super kaya dan bermartabat yang bisa memimpin negeri ini.  Hadirnya Jokowi dengan fenomena strategi blusukannya yang menjadi kajian beberapa universitas baik dalam maupun negeri.  

Kebijakan strategis politiknya berbeda dengan politisi kebanyakan yang ada di negeri ini. Melayani dengan blusukan lekat dengan Jokowi hingga kini. 

Cita - cita Anak Negeri

Saya  paham sejarah dunia banyak menyajikan pemimpin top dunia tidak hanya dari tokoh kalangan Borjuis. Lihat saja Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, kalau di indonesia sosok Sukarno dianggap pemimpin yang berasal dari bawah.

Kisah Jokowi hampir sama dengan tokoh bangsa Amerika Abraham Lincoln yang juga sebagai  tukang kayu dan salah satu tokoh yang progresif revolusioner di jamannya.  

Anak anak Indonesia, kini memiliki referensi baru tokoh tokoh Politik Indonesia yang berasal dari rakyat biasa. Otomatis , ketika ada anak berteriak lantang " Saya mau jadi Presiden Republik Indonesia" Jangan ditertawakan, jangan dibully, jangan dicemooh.  Karena mungkin saja suara yang didengar itu adalah suara Tuhan yang harus didengar oleh seluruh  orang tua di Indonesia. 

Setiap anak pasti akan memberikan surprise atau kejutan di masa depan. Kadang saja, tidak harus di masa yang akan datang , bisa saja esok hari anak anak kita memberikan yang terbaik bagi orang tuanya. 

Kita, hanya memperhatikan, mendukung dan menyiapkan apa yang menjadi kebutuhannya. Karena masa depan adalah hal gaib, maka kita hanya bertugas merencanakan dan berproses mewujudkannya. 

Saya bangga, saat ada anak Indonesia seperti seorang pelajar/ mahasiswa bernama Jerome Polin yang berkuliah  S1  di Jepang  yang mendapatkan beasiswa full  di sana  .

Bangga dengan angga  cita - citan yang selalu diucapkannya " ingin menjadi menteri pendidikan  Indonesia".  Catatan : Orang tuanya bukan dari golongan kaya, tapi kemampuan anak untuk terus  berkembang selalu didukung orang tuanya. 

Saya, sebagai orang tua pun pernah mendapat kejutan saat anak saya, kanda perform saat pelepasan sekolahnya. Padahal dia masih duduk di Taman Kanak - Kanak (TK). Dia menari bersama teman temannya, sesuatu hal yang tidak kami bayangkan sebelumnya.

Begitulah, saat ini politik kita sangat dinamis. Seorang anak bisa saja memberikan dukungan karena melihat orang tuanya setiap hari mendukung salah satu pasangan calon presiden, atau melihat afiliasi politik orang tuanya. Ke depan, apa yang dia lihat, dia dengar dari orang tuanya  akan menjadi aktivitas politik dan pilihan berkarirnya di masa depan. 

Kalau politik dibangun dengan narasi baik, perilaku politiknya baik, sosialisasi politiknya baik, maka Jokowi atau pemimpin baik lainnya bisa saja muncul dari anak anak Indonesia . 

Infrastruktur dibangun, tidak hanya jalan, rumah sakit, namun juga pendidikan sarana dan prasarananya. Sehingga apapun kebijakan pemerintah kalau semua sistem berjalan dengan baik maka hasilnya akan baik. 

***