Kalau politik dibangun dengan narasi baik, perilaku politiknya baik, sosialisasi politiknya baik, maka Jokowi atau pemimpin baik lainnya bisa saja muncul dari anak anak Indonesia .
Sebelumnya, saya selaku warga negara Indonesia mengucapkan selamat atas terpilihnya Ir. Joko Widodo (Jokowi) dan Dr. KH. Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2019 - 2024 . Semoga amanah dalam bekerja melayani rakyat . Aamiin.
Sebagai sosok, yang kini tentu saja diakui banyak negara sebagai tokoh inspiratif. Bahkan masuk ke dalam 100 tokoh yang berpengaruh di dunia. Di Jepang, sosok Jokowi digambarkan sebagai Presiden Beken dari keluarga miskin tukang kayu.
Saking banyaknya apresiasi negara lain terhadap Jokowi sampai - sampai paradigma menjadi presiden itu sulit dan hanya orang orang dengan latar belakang super kaya dan bermartabat yang bisa memimpin negeri ini. Hadirnya Jokowi dengan fenomena strategi blusukannya yang menjadi kajian beberapa universitas baik dalam maupun negeri.
Kebijakan strategis politiknya berbeda dengan politisi kebanyakan yang ada di negeri ini. Melayani dengan blusukan lekat dengan Jokowi hingga kini.
Cita - cita Anak Negeri
Saya paham sejarah dunia banyak menyajikan pemimpin top dunia tidak hanya dari tokoh kalangan Borjuis. Lihat saja Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, kalau di indonesia sosok Sukarno dianggap pemimpin yang berasal dari bawah.
Kisah Jokowi hampir sama dengan tokoh bangsa Amerika Abraham Lincoln yang juga sebagai tukang kayu dan salah satu tokoh yang progresif revolusioner di jamannya.
Anak anak Indonesia, kini memiliki referensi baru tokoh tokoh Politik Indonesia yang berasal dari rakyat biasa. Otomatis , ketika ada anak berteriak lantang " Saya mau jadi Presiden Republik Indonesia" Jangan ditertawakan, jangan dibully, jangan dicemooh. Karena mungkin saja suara yang didengar itu adalah suara Tuhan yang harus didengar oleh seluruh orang tua di Indonesia.
Setiap anak pasti akan memberikan surprise atau kejutan di masa depan. Kadang saja, tidak harus di masa yang akan datang , bisa saja esok hari anak anak kita memberikan yang terbaik bagi orang tuanya.
Kita, hanya memperhatikan, mendukung dan menyiapkan apa yang menjadi kebutuhannya. Karena masa depan adalah hal gaib, maka kita hanya bertugas merencanakan dan berproses mewujudkannya.
Saya bangga, saat ada anak Indonesia seperti seorang pelajar/ mahasiswa bernama Jerome Polin yang berkuliah S1 di Jepang yang mendapatkan beasiswa full di sana .
Bangga dengan angga cita - citan yang selalu diucapkannya " ingin menjadi menteri pendidikan Indonesia". Catatan : Orang tuanya bukan dari golongan kaya, tapi kemampuan anak untuk terus berkembang selalu didukung orang tuanya.
Saya, sebagai orang tua pun pernah mendapat kejutan saat anak saya, kanda perform saat pelepasan sekolahnya. Padahal dia masih duduk di Taman Kanak - Kanak (TK). Dia menari bersama teman temannya, sesuatu hal yang tidak kami bayangkan sebelumnya.
Begitulah, saat ini politik kita sangat dinamis. Seorang anak bisa saja memberikan dukungan karena melihat orang tuanya setiap hari mendukung salah satu pasangan calon presiden, atau melihat afiliasi politik orang tuanya. Ke depan, apa yang dia lihat, dia dengar dari orang tuanya akan menjadi aktivitas politik dan pilihan berkarirnya di masa depan.
Kalau politik dibangun dengan narasi baik, perilaku politiknya baik, sosialisasi politiknya baik, maka Jokowi atau pemimpin baik lainnya bisa saja muncul dari anak anak Indonesia .
Infrastruktur dibangun, tidak hanya jalan, rumah sakit, namun juga pendidikan sarana dan prasarananya. Sehingga apapun kebijakan pemerintah kalau semua sistem berjalan dengan baik maka hasilnya akan baik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews