TNI/Polri gagalkan Skenario Tanah Abang-Petamburan Jadi jalur Gaza

TNI/Polri akan terus membuka tabir dan menyeret para perusuh, teroris, dan anggota ormas mana pun yang terlibat dalam kerusuhan. Sambil menunggu aktor dan dalang kerusuhan diciduk.

Sabtu, 22 Juni 2019 | 08:56 WIB
0
366
TNI/Polri gagalkan Skenario Tanah Abang-Petamburan Jadi jalur Gaza
TNI dan Polri (Foto: Kompas.com)

Ada skenario jahat yang sangat patut dilihat publik. Ini terkait kerusuhan aksi 22-25 Mei 2019. Ada skenario menjadikan Petamburan dan Tanah Abang sebagai Jalur Gaza. Pusat perlawanan berdarah-darah di Jakarta. Mereka hendak memanfaatkan sentimen agama. Mereka akan mengadu domba TNI/Polri dengan rakyat, selain mendiskreditkan Pemerintahan Presiden Jokowi-JK saat ini.

Namun, skenario ini berhasil dipatahkan oleh TNI/Polri. Hebat benar kesatuan TNI/Polri dalam menghadapi rencana kerusuhan 22-25 Mei 2019. Polri/TNI menangkap eksekutor lapangan, penyelundup senjata. Bagaimana TNI/Polri mengendusnya?

Telah dirancang skenario menjadikan korban tewas dan hoaks sebagai mati sahid, martir dan mendiskreditkan Polri dan TNI. Upaya rapi ini digagalkan oleh operasi intelijen yang sangat rapi melibatkan BIN, Bais, dan TNI/Polri secara keseluruhan.

Rancangan aksi kerusuhan 22-25 Mei 2019 untuk menjadikan Petamburan sebagai simbol Islam di Indonesia. Caranya adalah dengan membuat hoaks seolah aparat membunuh mereka. Padahal yang membunuh adalah perusuh dari kelompok mereka sendiri. Kelompok teroris dan Garis yang direkrut oleh pendana yang melakukan kerusuhan.

Bahkan eksekusi terhadap 8 teroris / perusuh dari jarak dekat. Para perusuh ditembak di leher menembus ke samping belakang kepala. Tidak mungkin Polri/TNI menembak karena pada saat kerusuhan, Polri/TNI steril dari peluru tajam. Hanya peluru karet yang dipakai.

Selain itu, penembak dari jarak jauh tidak bisa mengarahkan hanya satu peluru, single bullet, ke leher. Pasti penembakan jarak jauh akan mengenai dada, atau kepala dari arah belakang atau depan. Lebih parah lagi, penembakan diarahkan semuanya di leher. Ini eksekusi terencana yang kejam.

(Begitu skenario gagal, buru-buru para mayat perusuh segera diambil. Padahal, maunya ada arak-arakan mayat seperti di Jalur Gaza. Anies telah menginisiasi dan memulai dengan mengusung keranda mayat. Persis Hamas mengelukan korban demo yang tewas melawan Israel. Skenario jahat yang Polisi harus mendalami keterlibatan Anies Baswedan dalam menglorifikasi mayat teroris dan perusuh.)

Mereka telah siap membuat video kerusuhan yang akan disebarkan. (Pemerintah Indonesia bergerak cepat memblokir media sosial).

Bahkan ada ambulans Gerindra yang mengangkut batu dan mengangkut perusuh. Bahkan jika perlu ACT serta Dompet Dhuafa berperan untuk memberikan kesaksian bombastis. Mereka menunggu moment, saat yang tepat.

Mereka adalah bagian dari skenario untuk merusak nama Polri/TNI dan Indonesia di mata dunia internasional. Mereka akan menyebarkan hoaks sesuai keinginan mereka. Sangat berbahaya organisasi seperti bahkan akan membawa kerusuhan ke peradilan internasional.

Saat bersamaan Prabowo menglorifikasi dan membesarkan perusuh yang tewas. Selain itu, narasi berita hoaks dan video seolah ada penganiayaan di masjid juga disebar. Anies Baswedan pun mengangkat mayat dan membela mereka sebagai martir. Padahal mereka perusuh yang terorganisir. Bahkan para perusuh, penyelundup senjata, eksekutor, dibayar untuk melakukan kerusuhan.

Skenario menjadikan Petamburan sebagai pusat perlawanan, dengan menjadikan diri sebagai korban, dibuyarkan oleh BIN, Bais, TNI/Polri. Padahal skenario awal adalah ingin mengaduk emosi umat Islam. Aktor intelektual, yang menjadi penyandang dana teroris dan perusuh, termasuk penyelundup senjata, adalah menjadikan Petamburan sebagai medan perang.

FPI pun tidak digubris oleh Polri ketika minta penangguhan penahanan terhadap 22 orang FPI yang menjadi tersangka kerusuhan. Teroris dan perusuh dibela. Ini mengidentifikasikan skenario besar untuk mengangkat peran FPI sebagai martir. Selain tentu organisasi terkait teroris GARIS yang sudah disebutkan oleh Polri. Semua tiarap.

Salah satu simpatisan FPI yang tewas Farhan Syafero meninggal di Petamburan. Informasinya simpang siur. (Itu terjadi setelah kegagalan operasi 22-25 Mei 2019.) Untuk Farhan hendak menjaga rumah Rizieq? Farhan adalah korban sia-sia dari nafsu dan semangat membuat Indonesia rusuh. Farhan gagal sama sekali sebagai martir atau sahid. Mati konyol. Korban sia-sia.

Upaya penggiringan opini bahwa aparat menembak, dengan tebaran ratusan selongsong peluru, gagal total. Bahkan Fadli Zon dan Amien Rais pun memegang selongsong peluru yang disebar simpatisannya. Akhirnya penyebar ratusan selongsong peluru ditangkap. (dan juga mustinya polisi menangkap Fadli Zon persis melakukan kapitalisasi hoaks dan penipuan fakta seperti kasus Ratna Sarumpaet).

Bangunan skenario untuk menjadikan kawasan Tanah Abang – Petamburan sebagai Jalur Gaza perjuangan adalah kejahatan luar biasa. Ini cara-cara adu domba. TNI diskenariokan untuk dibenturkan dengan Polri. Polri dibenturkan dengan rakyat. Narasi buruk dibangun oleh Amien Rais, Prabowo, Fadli Zon dan kaum Kampret tentang tewasnya para korban.

Dan, Tanah Abang-Petamburan sebagai Jalur Gaza yang didzolimi, yang dikorbankan, gagal total. Kini justru kedok skenario semakin terkuak lebar. TNI/Polri akan terus membuka tabir dan menyeret para perusuh, teroris, dan anggota ormas mana pun yang terlibat dalam kerusuhan. Sambil menunggu aktor dan dalang kerusuhan diciduk.

Ninoy N Karundeng, penulis

***