Siapa pun akan kecewa, marah, dan juga tidak akan dengan mudahnya menerima kenyataan yang ada, bahwa dirinya kalah, termasuk orang sekelas Prabowo Subianto.
Bagaimana mungkin seorang Prabowo begitu saja bisa menerima bahwa dirinya kembali tersungkur kalah dari capres petahana Joko Widodo (Jokowi). Meskipun hanya dari hasil hitung cepat (quick count), kekalahan kedua dari Jokowi ini dirasakannya begitu berat.
Hal ini dikarenakan Prabowo oleh pendukungnya selalu dikondisikan sebagai pemenang perhelatan pilpres 2019 ini. Bahkan, slogan #2019GantiPresiden sudah sejak jauh-jauh hari dikobarkan sekadar untuk "menggulingkan" Jokowi dari kursi pemerintahan melalui proses konstitusional yang dinamakan Pilpres.
Karena itulah, sejak jauh-jauh hari, Prabowo dan juga Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, tidak mempercayai hasil yang dirilis lembaga survei, yang cenderung mengunggulkan Jokowi-Amin. Tentu saja, hal itu sah-sah saja dan merupakan hal yang wajar sebagai bentuk strategi memompa semangat pendukungnya agar lebih militan lagi memenangkan Prabowo-Sandi.
Semua kerja keras para peserta kontestasi Pilpres itu dibuktikan pada tanggal 17 April 2019. Rakyat berbondong-bondong menentukan pilihannya. Kedua pasangan capres dan cawapres, baik Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandi, tentu saja merasa optimis dan yakin bahwa rakyat akan mendukung dan memenangkannya.
Namun, tentu saja Pilpres ini memunculkan pihak yang kalah dan yang menang. Dari hasil hitung cepat, kenyataannya Prabowo kembali dikalahkan Jokowi. Dan, bukanlah hal yang mudah bagi Prabowo menerima kekalahan ini.
Jika akhirnya Prabowo mengklaim bahwa dirinya menang 62% atas Jokowi, tentu saja tak bisa disalahkan, karena KPU sendiri sebagai penyelenggara belum mengeluarkan hasilnya.
Karena itu, kita pun perlu memberikan ruang untuk Prabowo dan pendukungnya, yaitu ruang untuk berduka atas kekalahannya dengan menghormati apa yang dilakukannya, seperti sujud syukur atau deklarasi kemenangan yang dilakukan berulang-ulang.
Bagaimana pun, Prabowo adalah seorang negarawan. Kita semua bisa melihat rekam jejaknya selama ini. Tiga kali mengikuti Pilpres, dan ketiganya berakhir dengan kekalahan. Namun, Prabowo bisa menerima dua kekalahan itu dengan besar hati, setelah keputusan itu sudah dinyatakan sah dan terlepas dari yang namanya unsur kecurangan. Begitupun kita meyakini Prabowo akan legowo menerima sepahit apapun hasil Pilpres 2019 ini.
Jika nantinya Jokowi-Ma'ruf benar-benar dinyatakan KPU sebagai pemenang Pilpres 2019, kemenangan itu pun adalah kemenangan bersama, kemenangan rakyat Indonesia.
Jokowi-Ma'ruf tetaplah akan menjadi pelayan bagi rakyat, bukan saja melayani pendukung kubu 01 melainkan juga harus melayani kubu 02. Dan, sudah menjadi tugas Jokowi-Ma'ruf untuk mengembalikan energi bangsa ini yang telah terkuras dalam sebuah perhelatan politiklima tahunan, dan menggunakan energi itu untuk sama-sama membangun bangsa ini.
Apapun yang terjadi dalam Pilpres 2019, rakyatlah yang harus jadi pemenangnya. Siapapun yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden, mereka berdua adalah pelayan rakyat, karena untuk rakyatlah Pilpres 2019 ini diselenggarakan.
Salam dan terima kasih!
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews