Ulama Kok Jadi Umaro'...? (2)

Kubu 01 berhasil menarik Kyai Ma’ruf sedang Kubu 02 tidak berhasil menarik UAS dan tidak punya stok ulama lain yang cukup punya nama setenar UAS.

Senin, 15 April 2019 | 22:00 WIB
0
385
Ulama Kok Jadi Umaro'...? (2)
Prabowo dan Ustad Abdul Somad (Foto: Kitakini.com)

Apakah umat Islam Indonesia yang soleh-soleh itu tidak ingin punya pemimpin alias imam negara yang benar-benar alim dan menjalankan syariat agama dengan sungguh-sungguh? Tentu saja mereka ingin. Mosok wong soleh golek pemimpin sing gak soleh. Kan yo ra mungkin toh… 

Tapi bagaimana ceritanya kok para ulama 212 malah mendukung Prabowo sebagai calon presiden Indonesia? Bukankah Prabowo itu, menurut mereka sendiri, bukanlah umat Islam yang taat? Mengapa partai Islam macam PKS yang katanya mau menegakkan syariat Islam di Indonesia juga ikut mendukung Prabowo. Bukankah mereka sendiri mengatakan bahwa Prabowo itu bukan muslim yang taat dan seorang muslim abangan?
Itu memang ada ceritanya…

Mau saya ceritain nggak…?! Cepek dulu dong…! 
Jadi ceritanya begini…

Dulu itu kubu oposisi yang akhirnya menjadi Kubu 02 sebenarnya ingin mengajukan beberapa nama ulama untuk menjadi umaro’. Calon terkuat mereka adalah Habib Riziq Shihab yang mereka anggap sebagai Imam Besar mereka. Tapi HRS menolak (dan bahkan merat ke Arab Saudi gak kembali-kembali sampai sekarang).

Akhirnya HRS mengusulkan Prabowo. Kenapa HRS malah menyorongkan nama Prabowo yang bukan ulama itu? Itu masuk dalam status wallahu a’lam bis showab. Semua di Kubu 02 sepakat tapi tetap berusaha untuk mencari ulama untuk mendampinginya sebagai Cawapres. Jadi sebetulnya sama dengan Kubu 01.

Dua kubu tersebut berupaya untuk mendudukkan seorang ulama sebagai cawapres masing-masing. Tujuannya ya jelas untuk menarik hati umat Islam yang soleh-soleh itu tadi. Jelas semua kubu itu berupaya keras untuk menarik hati para muslimin wal muslimat, mukminin wal mukminat.

Bukankah umat Islam Indonesia semakin hari semakin soleh dan antrian umrohnya masya Allah panjangnya. Kalau perlu kita berumroh dengan duit utangan. Mosok umat Islam segitu banyaknya gak bisa cari calon pemimpin yang ulama. Kan ya aneh… 

Ulama yang diusulkan untuk menjadi cawapres dari Kubu 02 adalah Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri dan pilihan kedua adalah Ustadz Abdul Somad (UAS). Belakangan UAS juga menolak dan tampaknya tidak ada yang benar-benar serius mengusulkan Habib Salim Segaf, termasuk PKS sendiri. Anies Baswedan coba untuk ditawari untuk menjadi cawapres 02. Tapi Anies Baswedan terlalu cerdik untuk bisa diatur kesana kemari dan menolak. Lalu muncullah nama Sandiaga Uno. Eng…ing…eng…! 

Munculnya nama Sandiaga Uno sehingga disepakati oleh Kubu 02 jelas karena ketajirannya dan kesediaannya untuk mengucurkan dana sampai bilangan T.

Kalau ini sudah jelas bukan urusan pertimbangan syariat agama atau berdasarkan aturan fiqih lagi. Money talks. And money talks loudest. Urusan pilpres iki gak iso nggawe fatwa ulama tok. Duit itu numero uno, Sandiaga Uno. 

Untunglah ada Sandiaga Uno, Babang Tamvan nan Tajir, yang mengiming-imingi duit sampai trilyunan. Sayangnya bukan saya yang diiming-imingi. Lha kalau saya yang diiming-imingi ya mesti sudah ndlosor juga. Lha wong para ulama 212 aja pada tiarap semua kok kena uang dengan angka 10 dijit. 

Tapi sebelum ini mereka juga sudah kena gebrak sama Prabowo gara-gara meragukan keislamannya. Prabowo meninju meja di hadapan para Ulama 212 gara-gara katanya diragukan keislamannya. Enak aja lu meragukan keislaman saya.  Silakan meragukan keislaman Cak Nanang Ahmad Rizali. Nah, kalau cerita yang seru ini bisa dibaca di kisah Usamah Hisyam

Usamah Hisyam adalah anggota Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni 212. Dia ini yang paling ngotot memperjuangkan nama imam besar FPI Habib Rizieq Syihab sebagai rekomendasi pertama sebagai capres. Menurutnya, meski Rizieq telah menolak, namun masih ada tiga figur lain yang dianggap lebih cocok seperti Ketum PAN Zulkifli Hasan, Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra (YIM), dan mantan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang Zainul Majid (TGB).

Karena argumentasinya itu, Usamah justru dituding menolak Prabowo karena ingin memenangkan Jokowi. Lha jelas ketiga nama tersebut kagak ada levellah kalau ditandingkan dengan Jokowi. 

Beberapa waktu sebelumnya, Usamah memang sempat berdebat dengan Rizieq soal nama calon yang dianggap memiliki figur pemimpin muslim kaffah.

"Mengapa? Ketika menjatuhkan Ahok dari jabatan gubernur, kita menggunakan standar syariat Islam, pemimpin harus muslim kaffah, mendengungkan kalimat tauhid. Tetapi ketika memilih figur pemimpin negara, kita justru abaikan standar pemimpin muslim kaffah yang memenuhi syariat," gugat arek Suroboyo ini.

Tapi tentu saja Usamah kalah suara pada pertemuan anggota dewan penasihat PA 212 di Hotel Sultan, Jakarta, sekitar satu pekan sebelum Ijtima Ulama 1 digelar. Dalam rapat itu, Ketua Dewan Penasihat Amien Rais lantas mengajukan nama Prabowo Subianto. Amien Rais menjelaskan bahwa tak ada pilihan lain selain mengarahkan dukungan PA 212 kepada Prabowo Subianto. Alasannya, Prabowo adalah pemilik kursi terbesar rencana parpol koalisi. Modal suaranya sekitar 60 juta suara di Pilpres 2014.

Usamah ngeyel. Ia lalu memberikan masukan dengan meminta para kiai membahas tafsir 'pemimpin muslim' sesuai surah Al-Maidah Ayat 51.

"Apakah pemimpin muslim minimalis atau pemimpin muslim kaffah? Kalau pemimpin muslim kaffah, setidaknya kita harus tahu persis bahwa calon pemimpin harus bisa menjadi imam salat, fasih membaca Al Fatihah dan surah pendek, bisa mengaji..” katanya. Saat itu, suasana ruangan langsung hening. Seluruh tokoh dan ulama yang hadir terdiam, menyimak usulan Usamah.

"Jika konteksnya adalah capres yang direkomendasikan oleh PA 212, maka kriterianya harus memprioritaskan figur yang mendekati nilai syar'i, sesuai syariat Islam, sesuai Al-Quran dan Assunah. Kecuali kita tidak menggunakan forum ijtima ulama," paparnya.

Apalagi, menurutnya, figur yang direkomendasikan oleh ijtima ulama harus mencerminkan seorang muslim kaffah yang taat salat, puasa, zakat, dan pernah berhaji serta teguh dalam meyakini rukun iman. Sebab, ia menuturkan, jika salatnya saja lemah, bagaimana bisa menjadi imam bagi Indonesia?

Usamah mengaku sempat bersikeras. Tapi pada akhirnya seperti yang kita ketahui bersama mereka mengeluarkan Ijtima’Ulama 1 dan 2 yang berbeda antara yang diusulkan dan yang disepakati. Jadi kalau ada orang yang sok-sokan ngece dan mencibir Kyai Ma’ruf sebagai ulama yang pingin jadi umaro’ maka sebenarnya semua kubu ingin punya umaro’yang berasal atau punya latar belakang keulamaan.

Bedanya adalah Kubu 01 berhasil menarik Kyai Ma’ruf sedangkan Kubu 02 tidak berhasil menarik UAS dan tidak punya stok ulama lain yang cukup punya nama setenar UAS. Lha daripada menggandeng ulama yang nanggung popularitasnya ya mending tidak sama sekali. Populer kagak, duit juga kagak gablek, ya mending realistis aja, Bro. 

Surabaya, 14 April 2019

***