Pada hari Rabu, 20 Maret 2019 Harian Kompas membuat kejutan menarik terkait survei pilpres. Pada hari Rabu (20/3/2019), Litbang Kompas merilis hasil survei elektabilitas paslon yang berlaga di Pilpres 2019, sebulan sebelum hari "H". Hasilnya, elektabilitas paslon 01 (Jokowi-Ma'ruf) 49,2 persen dan paslon 02 (Prabowo-Sandi) 37,4 persen.
Survei digelar antara 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Pemred Harian Kompas, Ninuk Pambudy, memberikan penjelasan posisi Litbang Kompas yang ada di bawah redaksi tapi tetap independen, menentukan metodologi hingga hasil survei itu dan menyatakan yg membiayai Kompas sendiri.
Greget Survei Kompas
Di saat beberapa lembaga survei masih menyatakan Paslon 01, elektabilitas dalam tiga bulan berkisar antara 53 s/d 58 persen, sementara paslon 02 berkisar antara 30 s/d 37 persen, Litbang Kompas menyampaikan Jokowi-Ma'ruf masih walau lebih unggul dari Prabowo-Sandi, elektabilitasnya kini berada dibawah 50 persen dan terdeteksi terjadi penurunan.
Disebutkan jarak elektabilitas keduanya semakin tipis, sebesar 11,8 persen. Menurut peneliti Litbang Kompas Bambang Setiawan, "Selama enam bulan, elektabilitas Jokowi-Amin turun 3,4 persen dan Prabowo-Sandi naik 4,7 persen," katanya. Penurunan kepuasan masyarakat ini terjadi terhadap kinerja bidang politik-keamanan, hukum, dan sosial, di samping beberapa hal lainnya.
Survei ini bisa dibandingkan dengan survei LitbangKompas sebelumnya pada Oktober 2018 yang mengumumkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf, 52,6 persen, Prabowo-Sandi, 32,7 persen dan Undecided Voters 14,7 persen.
Nah, hasil yang juga disebut survei oleh Litbang Kompas tersebut jelas mengundang pro dan kontra. Pendukung Prabowo dengan gembira menyebut bila petahana di bawah 50 persen akan kalah, bahkan ada yang menyebut "game over". Pendukung Jokowi dan TKN low profile, menyatakan menerima tiap hasil survei dan akan lebih giat berusaha. Sementara Denny JS dari LSI mempertanyakan keabsahan survei tersebut, yang menurut saya justru tidak perlu, salah satu penulis teman saya menyebutnya seperti jeruk makan jeruk.
Pertanyaan yang timbul, apa pengaruh survei kompas ini?
Walaupun masih banyak yang meragukan keampuhan survei, tapi inilah satu-satunya sarana ilmu untuk mengukur level keterpilihan paslon. Harian Kompas dengan nama besarnya jelas membuat greget tersendiri, menyebut elektabilitas 01 dibawah 50 persen. Sebenarnya sah-sah saja, untuk mendukung akurasi jurnalismenya. Banyak yang kemudian percaya dan bisa saja terpengaruh, minimal menambah semangat dan meningkatkan kepercayaan diri BPN dan pendukung paslon 02 .
Memang dari survei ini, saya mencermati apa yang dikatakan oleh Pemred Kompas, Ninuk Pambudy, "Saya tidak mau dibandingin dengan lembaga survei lain. Kompas kan bukan lembaga survei, survei yang dilakukan Kompas ini untuk mendukung jurnalismenya Kompas sehingga menjadi lebih akurat dan presisi. Jadi kalau mau dibandingin dengan lembaga survei lain, ya kita sebetulnya bukan lembaga survei," ungkapnya sebagaimana dikutip Detik.com pada hari di mana hasil survei dimuat.
Survei Pilpres dan Pemenangnya
Menuju ke hari "H" pilpres dan pileg tanggal 17 April 2019, Pray pada tanggal 7 Maret 2019 telah membuat analisis yang di posting di website pribadi. Selain itu juga di posting di website Kompasiana dan website PepNews.
Dari pulbaket, tentang survei menjelang hari "H", mengacu penelitian sel intelijen AS pada 2004, tiga bulan menjelang pilpres menyatakan SBY sebagai pemenang. Kini saya membuat persepsi pada 40 hari menjelang pilpres, terlihat gambaran jelas dari elektabilitasnya, paslon mana yang bakal menang.
Hasil survei bulan Januari-Maret 2019 dari sembilan hasil survei yg di publish, menggambarkan elektabilitas capres dengan urutan dan dan persentase : Jkw-Ma'ruf vs PBW-Sandi dan UndecidedVoters sebagai berikut :
Nilai Positif untuk Paslon 01, hasil survei enam lembaga dalam persen :
Indikator (54,9 - 34,8 - 10,3)
Populi (54,1 - 31,0 - 14,9)
Charta Politica (53,2 - 34,1 - 12,7)
Lingkaran Survei (58,7 - 30,9 - 10,4)
Cyrus (57,5 - 37,2 - 5,3)
SMRC (57,6 - 31,8 - 10,9)
Nilai Ragu, Survei diabaikan :
Median (47,9 - 38,7 - 13,4)
Pollmark (40,4 - 25,8 - 33,8)
Kompas (Maret) (49,2 - 37,4 - 13,4)
Kesimpulan :
Pro dan kontra terhadap survei Litbang Kompas suatu hal yang wajar dalam suasana hiruk pikuknya suhu politik saat ini. Seperti diakui oleh Pemred Kompas, Litbang Kompas bukan lembaga survei. Oleh karena itu, dengan nama besarnya, walau gregetnya besar tetapi saya tidak pergunakan sebagai dasar dalam menyusun prediksi. Tetapi survei ini baik bagi TKN agar lebih berusaha, bagus ditanggapi dengam low profile. Bagi BPN dan pendukung paslon 02 bagus dalam memperbaiki keraguan dan semangat, tidak perlu over confident.
Untuk lembaga survei Median dan Pollmark juga tidak dipergunakan, perbedaan dengan enam lembaga lainnya terlihat nilai kontra. Dalam tiga bulan menjelang pilpres, dari enam lembaga survei, terbaca elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada direntang 53 - 58 persen, Prabowo-Sandi pada rentang 30 - 34 persen. Undecided Voters pada rentang 5 - 14 persen.
Dengan fakta-fakta dan analisis, disimpulkan sebulan menjelang pilpres, dari sudut pandang intelijen belum berubah, pasangan Jokowi - Ma'ruf masih lebih unggul dan di prediksi yang bakal menang. Semoga bermanfaat.
Marsda Pur Prayitno Ramelan,
Pengamat Intelijen
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews