Kalau Jokowi melepas begitu saja, percuma upaya yang dia lakukan untuk Indonesia. Karena kalau pengantinya kelas biasa saja, sudah pasti yang kita dapat ya hancurnya.
Pasukan lemah syahwat politik, para manusia rendah akal dan akhlak ini masih terus bermanuver. Kata pak Mahfud ini resiko berdemokrasi. Tapi yang kita alami ini, caci maki dan kelakuan bak hewan ini sudah melampaui urusan demokrasi.
Kita tau bahwa sarang musuh ideologi ini sudah menyebar kemana-mana, mereka masih terus bergerilya walau lembaga naungannya sudah tiada.
HTI dan FPI boleh tak ada, tapi PKS sebagai pendukung mereka masih ada, sehingga kita tidak boleh lengah. Dengan alasan demokrasi persatuan kita bisa dibuat disintegrasi, karena alasan demokrasi mereka bebas memaki bahkan kepada kepala negara sekalipun.
Kelas manusia seperti EM misalnya, sudah begitu jelas kemana arahnya, RR dan sejenisnya. Isu IKN itu cuma sumbu mercon saja buat mereka, tapi rencana untuk membuat negara ini ke arah yang getas lebih prioritas bagi mereka. Buktinya negara sedang dibuat baik mereka mengembik.
Ingat tagar ganti presiden yang didengungkan mereka pada 2019 begitu membahana, artinya Jokowi akan dijegal dengan segala cara, dalam artian Jokowi harus bisa di batalkan, Alhamdulillah Tuhan masih membuat Indonesia aman, kalau tidak kita bisa jadi Yaman.
Tensi politik mulai memanas, kampanye terselubung sudah jalan, deklarasi calon bunglon mulai dijual bak balon, banyak warna dan bisa mengudara, tapi tak ada jaminan membumi.
Sejak awal kita sudah bersuara bahwa kita masih butuh Jokowi, tapi Senayan cuma bau kemenyan, bahkan PDIP bergeming seolah amandemen UU itu tabu, tapi yang kita tau ada kepentingan lain bahwa sang ratu ngelus Berutu.
Saya sudah beberapa kali menulis bahwa China dan Rusia lebih dulu mengamandemen UU pemilunya menjadikan Xi Jin Ping presiden seumur hidup, dan Putin sampai 2036.
Kita sudah ada Jokowi yang teruji, malah mau diganti. Kenapa bisa terjadi karena negarawan kita banci. Senayan itu isinya orang yang punya kepentingan dan menaikkan level kekayaan saja, mikir negara tinggal seujung kuku itupun kalau masih ada.
Tidak gampang menyambut masa transisi andai 2024 benar dilepas Jokowi. Waktunya tanggung karena calon muda yang bisa kerja belum ada. Ada Sri Mulyani, Ahok, Erick Thohir, semua bukan orang partai. Apa PDIP mau nyalonkan Ahok, yang pasti lebih milih Puan walau kurang rupawan sebagai negarawan. Harapan kita ada Gibran, tapi gak cukup usianya.
Resiko Indonesia setback besar sekali kalau Jokowi tak mau lagi, jalan satu-satunya Jokowi harus jadi king maker dan memilih calon pengganti yang mumpuni. Bukan calon yang mengelabui.
Kalau Jokowi melepas begitu saja, percuma upaya yang dia lakukan untuk Indonesia. Karena kalau pengantinya kelas biasa saja, sudah pasti yang kita dapat ya hancurnya. Masak indonesia diurus kelas Anis, RK, Airlangga, dan sejenisnya. Mikir kata Cak Lontong.
Siapa kuda hitamnya tanya teman saya, tidak ada kuda hitam, kalau kuda lumping banyak yang kelihatan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews