Ahok, Rizieq, Anies dan Pelajaran Sebuah Kegagalan

Ketiga tokoh itu telah melewati kegagalan. Tinggal seberapa besar mereka mengambil hikmah dari kegagalan- kegagalan yang pernah dilakukan.

Senin, 16 Desember 2019 | 14:07 WIB
0
319
Ahok, Rizieq, Anies dan Pelajaran Sebuah Kegagalan
Anies Baswedan dan Amien Rais (Foto: Poskotanews.com)

Ahok, Rizieq dan Anies adalah orang- orang yang pernah gagal. Mereka manusia biasa yang bisa terpelanting jatuh ketika menapaki kesuksesan. Ahok boleh dibilang sering gagal meskipun dengan cepat bangkit kembali. Gagal ketika pertama kali mencoba peruntungan menjadi bupati, gagal menyelamatkan perusahaan ayahnya, gagal melenggang kembali sebagai gubernur karena serangan masif orang- orang yang mendaku bahwa Ahok adalah penista agama.

Dan karena masifnya berita tersebut membuat Ahok rela mundur untuk menghadapi perkara tersebut dengan jantan. Akhirnya vonis hukuman datang padanya, penjara 2 tahun hadiahnya.

Dalam penjara dan masa – masa refleksinya ia bisa mengambil hikmah dari masalah yang menimpa dirinya. Kata banyak orang Ahok itu hanya korban konspirasi dari penganut- penganut radikal yang memang tidak menyukai sepak terjangnya. Ahok tercatat banyak merugikan mafia- mafia, pengusaha hitam, sindirkat koruptor dan orang- orang yang terlanjut mapan dalam birokrasi yang bisa mengutak- atik anggaran hingga akhirnya bisa memperkaya diri.

Kegagalan di pemerintahan juga berimbas dengan rumah tangganya Ia mesti berpisah dan menceraikan istrinya karena perselingkuhan yang melibatkan istrinya. Itu cobaan . Masalah itu menjadi gorengan netizen. Dan Ahok menghadapinya dengan tenang.

Setelah melewati kegagalan Ahok kemudian bangkit dan sekarang didapuk menjadi Komisaris Utama Pertamina. Jalanpun kemudian menjadi lebar baginya. Rizieq Shihab Iman besar FPI yang disanjung- sanjung pengikutnya sebagai imam besar yang digandrungi dan dihormati setelah peristiwa 212 kena kasus chatting yang membuat ia menepi ke Arab Saudi.

Sejak kena kasus itu selama dua tahun lebih ia belum pernah pulang ke Indonesia. Malah sekarang ia menghadapi masalah di Arab karena statusnya dianggap overstay. Ia harus membayar denda sekitar 110 juta rupiah agar ia bisa pulang ke Indonesia. Di Indonesiapun jika pulang ia masih akan menghadapi perkara hukum yang masih menjadi hutang sebelum ia berada di Arab Saudi.

Kengototannya untuk tidak mengakui pemerintahan Jokowi dan selalu menebarkan seruan kebencian membuat netizen terbelah. Banyak yang mengharap Rizieq Shihab tidak perlu lagi kembali ke Indonesia, sedang para pemujanya dengan spanduk, dan seruan di reuni 212 mendesak pemerintah memulangkan Rizieq Shihab. Tetapi kepulangan Rizieq Shihab tentu saja berat karena ia tidak kooperatif dan cenderung selalu menyerang pemerintah yang sah.

Rizieq Shihab menggunakan taktik keras yang cenderung merugikan diri sendiri. Indonesia merdeka dan bertahan karena berdasarkan Pancasila yang bisa mempersatukan berbagai etnis yang hidup dan berkembang di Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam tapi negara ini dibangun berdasarkan keragaman, berbeda tetapi tetap satu. Indonesia bukan negara agama dan menghargai perbedaan macam- macam agama yang hidup rukun dan mendapat perlindungan untuk bisa berkembang. Kalau ada salah satu ormas ingin memaksakan diri mengingkari keberagaman dan menginginkan penyeragaman dalam hal agama,  berarti mengingkari sejarah dan janji  tokoh pendiri yang menginginkan Indonesia hidup rukun meskipun berbeda agama.

Rizieq seharusnya mempunyai diplomasi cantik untuk meluluhkan pendirian pemerintahan. Dengan politik menebar kebencian dan tidak memberi teladan cinta dan kasih sayang terhadap musuh, Rizieq Shihab akan selalu menghadapi tembok besar dalam mewujudkan cita- citanya.

Rizieq Shihab harusnya cerdas memainkan permainan yang mampu memberi kepercayaan bagaimana sebuah ormas berbadan hukum, tunduk kepada dasar negara Pancasila dan tidak memaksakan kehendak untuk menjadikan Indonesia negara agama. Indonesia sangat menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi perbedaan,  perbedaan itu memperkaya bukan membuat setiap orang menjadi saling bergesekan, saling bersitegang dan saling menjegal.

Rizieq Shihab harus banyak belajar dari Gus Dur, harus lebih banyak dengan Nurcholis Majid. Dengan diplomasi emosi dan marah tidak akan  banyak membantu, maka alangkah baiknya jika diplomasi seorang tokoh bukan pendekatan politis, dan pendekatan kemanusiaan. Pendekatan “Nguwongke” andap asor (rendah hati) bukan memasang muka marah.

Anies Baswedanpun yang kariernya sukses sempat terjerembab ketika ia dicopot atau diresuffle dari jabatannya sebagai Mendikbud. Setelah beberapa saat menepi ia kembali naik untuk bertarung di Kontestasi Pemilihan Gubernur DKI dengan aroma kurang sedap karena terbantu dengan kasus penistaan agama oleh Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Anies seperti memainkan peranan sebagai kontra Ahok. Segala kebijaksanaan Ahok yang baik selalu mendapat cibiran dan sindiran Anies Baswedan.

Banyak pemuja Ahok menganggap bahwa Anies Baswedan gagal sebagai gubernur karena hanya bisa membangun Jakarta di permukaannya saja. Anies gagal membangun sistem dan malah memelihara birokrat- birokrat korup yang anti perubahan. Anies juga menutup akses laporan langsung masyarakat, melakukan kembali rapat tertutup yang susah diketahui masyarakat umum. Dalam istilah Jawa ia menggunakan istilah “Sing penting Beda” atau berarti yang penting berbeda terhadap kebijakan pendahulunya.

Tetapi para pendukung Anies mempunyai argumen lain. Anies berhasil nguwongke atau memanusiakan masyarakat, sehingga jarang mendengar ada pejabat mencak- mencak di depan publik, marah- marah dengan umpatan kasar. Anies bukan Ahok. Anies mengeluhkan bahwa penilaian masyarakat ternyata bukan menilai kinerjanya yang cenderung adem ayem tetapi lebih ke politis arahnya.

Pelajaran Kegagalan penting untuk melangkah menuju kegemilangan dan kesuksesan. Ketiga tokoh itu telah melewati kegagalan. Tinggal seberapa besar mereka mengambil hikmah dari kegagalan- kegagalan yang pernah dilakukan.

Apabila terlalu arogan seperti Riziieq Shihab tidak introspeksi diri maka ia akan menjadi bagian sejarah kelam demokrasi, bagian pembelajaran hidup seperti yang tergambar dalam dongeng- dongeng bahwa sebuah peristiwa bisa mengubah alur hidup. Jika tidak mau berubah dan berbenah siap- siap saja tenggelam dalam sejarah. Bila bisa bangkit ia akan dikenang sejarah. Salam damai Selalu.

***