Akhir-akhir ini, banyak media publik yang gencar memberitakan wabah Covid-19. Baik media sosial, media massa daring, atau media cetak baik berskala internasional maupun nasional. Perlu kita ketahui, bahwa Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada awal bulan Maret 2020. Artinya, sampai hari ini Covid-19 sudah memasuki bulan ketiga dan diperkirakan masih berlanjut hingga beberapa bulan kedepan.
Hal ini menjadi sorotan bagi banyak media untuk terus memberitakan tentang perkembangan Covid-19. Berbagai berita di stasiun televisi, media cetak seperti koran dan majalah, internet, dan media lainnya, terus menampilkan perkembangan Covid-19. Tak hanya itu, mereka juga menyosialisasikan bagaimana langkah antisipatif atas dampak dari Covid-19.
Sementara itu masyarakat terus mengikuti perkembangan dari Covid-19, bahkan turut menyebarluaskan informasi yang didapat melalui akun media sosialnya masing-masing. Ada yang mengunggah melalui instagram, facebook, dan ada pula yang membuat status ataupun menyebarkan melalui grup medsos.
Boleh jadi ini merupakan bentuk kesadaran masyarakat terhadap bahaya Covid-19. Mereka saling berbagi informasi karena merasa peduli satu sama lain. Namun apakah yang dilakukan oleh masyarakat ini sudah sepenuhnya benar?
Banyaknya pemberitaan dari berbagai media membuat penyaringan akan benar-tidaknya informasi menjadi sangat sulit. Bisa dilihat, ketika membuka media sosial milik kita, maka kita akan menemui banyak versi tentang berita Covid-19. Contohnya, ketika membuka akun instagram A, disebutkan bahwa di Indonesia, Covid-19 telah menyerang 140 nyawa. Sedangkan di akun instagram B, disebutkan bahwa covid-19 telah merenggut 150 nyawa. Berbeda bukan?
Belum lagi kalau kita membuka aplikasi WhatsApp. Status milik seorang dokter mengungkapkan bahwa virus Covid-19 bisa mati ketika berada di suhu 50 derajat. Berbeda lagi ketika melihat status milik satpam sekolah, virus Covid-19 bisa mati ketika berada di suhu kisaran 20 derajat. Ketidakhati-hatian dalam menyebarluaskan informasi yang kita lakukan bisa membahayakan orang lain.
Upaya Mencegah Penyebarluasan Hoax
Menyikapi hal ini, WHO menyatakan akan bekerja sama dengan berbagai platform media sosial. Harapannya agar seluruh masyarakat yang ingin mendapatkan informasi perihal Covid-19 agar mengakses situs resmi milik WHO ataupun milik pemerintahnya masing-masing.
Begitu pula pemerintah, melalui Kemenkominfo, selain bekerja sama dengan platform media sosial untuk menghapus situs yang menampilkan dan menyebarluaskan hoax, mereka juga bekerja sama dengan pihak kepolisian, sehingga ada sanksi hukum yang tegas bagi para penyebar berita bohong (hoax).
Lantas apa langkah kontribusi nyata kita sebagai masyarakat dalam menangkal hoax?
1. Bertabayyun sebelum menyebarluaskan berita
Tabayyun itu apa sih? Menurut bahasa tabayyun berarti meneliti terlebih dahulu. Tabayyun menjadi sebuah tradisi bagi umat Islam khususnya, dan umumnya bagi kita semua agar berhati-hati dalam menyebarluaskan suatu berita. Suatu ketika kita mendapatkan berita yang belum jelas kabarnya, maka alangkah baiknya untuk mengecek dan mencari sumbernya terlebih dahulu. Sehingga ketika kita menyebarluaskan sebuah berita bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Saling mengingatkan
Suatu ketika kita mengetahui bahwasannya, salah satu teman kita menyebarkan informasi salah/hoax tentang langkah-langkah antisipasi Covid-19. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengingatkan agar segera menghapus postingan yang telah ia kirim, sehingga langkah-langkah antisipasi yang salah tentang Covid-19 tidak diikuti oleh banyak orang.
3. Posting informasi bermanfaat
Selain melakukan pencegahan, kita juga perlu terjun melawan informasi hoax dengan menyebarluaskan kebenaran/fakta sebenarnya yang berasal dari sumber yang jelas. Dengan hal itu, kita juga ikut membantu meningkatkan literasi masyarakat untuk sehat dalam ber-sosial media.
Beberapa langkah di atas perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran hoax. Mari bersama cegah penyebaran hoax demi Indonesia Maju.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews