Tak dimungkiri, kian pesatnya perkembangan teknologi sekarang ini semakin memudahkan manusia dalam melakukan segala hal. Imbasnya, secara bersamaan media juga ikut berkembang dengan semakin modernnya teknologi.
Pada akhirnya perkembangan pesat ini membuat jaringan dunia yang luas ini tidak memiliki sekat sedikit pun.
Hal ini terlihat semakin mudahnya kita mendapatkan catatan peristiwa-peristiwa dunia dari yang paling penting hingga tak bermanfaat sama sekali, dari yang besar hingga yang tak terlihat, dari yang paling benar hingga yang tidak dapat di percaya tingkat kevalidannya.
Karena pada dasarnya, kondisi kemajuan teknologi ini masyarakat tak hanya sebagai komunikan saja, melainkan juga ikut menjadi pelaku dalam menyebar informasi.
Keberadaan media juga bisa disebut sebagai patokan masyarakat dunia termasuk masyarakat Indonesia dalam menentukan kelompok di kehidupan.
Baik kelompok-kelompok yang menyukai komedi, berita tentang kehidupan selebritis, dunia politik, hukum, agama, budaya, ras, dan sebagainya, semuanya komplit.
Artinya, dengan berbagai macam suku, agama, ras, budaya yang berbeda-beda tersebut. Maka isu-isu negatif yang dibuat media dan mengatas namakan SARA dapat menimbulkan gesekan antar berbagai kelompok.
Celah inilah yang diambil para oknum tak bertanggung jawab dalam menyebar berita bohong atau hoaks.
Sebetulnya media hanyalah berperan sebagai jembatan informasi. Namun terkadang penerimaan informasi ini berbeda-beda, sebab setiap individu atau kelompok memiliki sudut pandang yang berbeda.
Hal ini kemudian dimanfaatkan pelaku hoaks agar menimbulkan kesalahpahaman. Sehingga media dianggap sebagai provokator dalam kerusuhan atau gesekan yang terjadi antar kelompok. Padahal pada dasarnya media tidak mengkotak-kotakan berbagai kelompok.
Melihat hal tersebut sungguh riskan bukan? Karena itu, pentingnya peran media ini jangan sampai disalahgunakan oleh oknum tak bertanggung jawab. Sementara pada 20 Oktober 2019 nanti akan dilaksanakan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Sementara masih terdapat berbagai manuver politik yang disertai dengan maraknya berita hoax yang dapat menggangu berbagai agenda nasional.
Langkah pun harus dilakukan, salah satunya adalah mewujudkan peran media massa melalui upaya penyebaran dan implementasi dari nilai-nilai Pancasila. Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan peran media dan komponen lainnya dalam mengawal demokrasi dan program Pembangunan selama lima tahun mendatang. Media harus berperan dalam suksesnya pembangunan nasional dengan jujur menyampaikan juga capaian dan keberhasilan pembangunan yang nantinya akan dilakukan oleh pemerintah, bukan hanya menyajikan kritik atas gagalnya sebuah program pembangunan apalagi ikut menyiarkan informasi hoax yang marak dilakukan oleh oknum tertentu guna mendistorsi hasil pembangunan yang pada ujungnya dapat merusak optimisme bangsa seperti yang terjadi pada periode sebelumnya. Media memang memiliki peran dan fungsi mengontrol atau mengkoreksi serta mengkritisi kebijakan pemerintahan jika dianggap tidak berpihak terhadap masyarakat, dengan kata lain media boleh memberikan ruang bagi kelompok diluar pemerintahan sepanjang dalam koridor demokrasi yang konstitusional dan konstruktif serta tidak berbasis hoax.
Pancasila dengan basis filosofinya yang mendalam sebenarnya mampu untuk menjawab setiap problematika dan perubahan yang ada. Dalam pelaksanaannya saat ini, diperlukan sinergisme untuk bersama-sama mengaktualisasikan Pancasila melalui sistem dan dinamika kekinian.
Sebab itu, media diharapkan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila, dengan 'mempromosikan' atau menyebarkan berita yang menjunjung nilai persatuan. Sehingga media juga berperan sebagai alat pemersatu bangsa dalam menumbuhkan optimisme bangsa.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews