Dalam Diam Pun Jokowi Terus Saja Digugat

Manusia modern selalu mengangkat isu-isu yang membangkitkan permusuhan. Padahal rakyat sebetulnya sudah menerima apapun, kalah menang dalam pemilu.

Jumat, 31 Mei 2019 | 06:17 WIB
0
558
Dalam Diam Pun Jokowi Terus Saja Digugat
Joko Widodo (Foto: BBC.com)

Apakah anda pernah mendengar bahwa Jokowi akan melibas pendengkinya, memenjarakan orang yang mengolok- oloknya dan memecat PNS atau ASN yang tidak setia dengannnya. Ia bahkan diam dan tetap bekerja memastikan negara tetap hadir menjaga Ibu Pertiwi.

Hampir semua kepala negara di luar negeri memberi semangat pada Presiden yang selalu tersenyum atas segala hinaan yang mampir pada dirinya. Ia menerima segala caci maki atas kekacauan politik yang seolah- olah semua bersumber dari dirinya.

Apakah pernah terlihat bahwa Jokowi marah hingga semua yang yang menentangnya diciduk satu persatu dengan pasal ITE, pasal penghinaan terhadap kepala negara atau simbol- simbol negara lainnya.

Jokowi Sasaran Tembak Ujaran Kebencian

Ia bahkan tidak pernah berucap untuk menyakiti rakyatnya tetapi banyak pembencinya selalu mengarahkan kebenciannya pada sosok Jokowi yang selalu menyapa rakyatnya entah yang memilihnya dan tidak memilihnya. Akhir- akhir ini bola liar terus bergulir. Bahkan terang- terangan pihak lawan menganggap Jokowi tidak layak menjadi presiden karena mereka merasa sumber kekacauan negara ada pada diri Jokowi.

Baca Juga: Alasan Masyarakat Bawah Indonesia Harus Berterimakasih pada Jokowi

Nama harum Jokowi di luar negeri ditampik sebagian rakyat negeri ini. Mereka yang pernah merasa nikmat dengan kekayaan melimpah negeri ini terus mengompori para pecundang, begal, preman, golputer, ulama radikal, ulama fanatik, tokoh tokoh elite yang kecewa karena dihengkangkan dari kursi jabatannya oleh Jokowi.

Isu referendum bergema cuma gara- gara daerahnya menang dan ingin berpisah dengan NKRI. Modale opo! Isu- isu basi, berita- berita lama sengaja dimunculkan kembali untuk memperkeruh suasana. Saya sebal, muak atas berita simpang siur saat ini bahkan Ramadanpun tidak berpengaruh banyak terhadap perilaku dan akhlak masyarakat yang terbawa dalam cerita- cerita hoaks yang masif di media sosial.

Manusia modern selalu mengangkat isu-isu yang membangkitkan permusuhan. Padahal rakyat sebetulnya sudah menerima apapun, kalah menang dalam pemilu. Toh mereka tetap harus berjuang untuk bisa bertahan di tengah ujian kehidupan yang akan dihadapi sehari- hari.

Hanya orang pandai, elite politik terus memasang wajah, sikap, suasana tetap panas. Yang kalah tetap terus mengumandangkan kata curang. Kecurangan dilakukan secara Masif, Sistematis dan Terstruktur. Berat! Berat benar kata- kata yang dilontarkan.

Ada Sengkuni  Sengkuni yang terus berkeliaran menggemakan kata Kedaulatan Rakyat, People Power seakan- akan rakyat kecewa atas penyelenggaraan pemilu yang tidak fair. Padahal layaknya politik yang menggunakan cara- cara ganjen dan curang adalah politisi dengan ambisi lebih untuk duduk di parlemen. Partai- partai tidak terkecuali oposisi terus melestarikan politik uang untuk membeli suara rakyat.

Siapa yang curang ya semuanya, politisi yang berambisi menang tanpa perlu susah- susah merawat kepercayaan pada rakyatnya. Mereka tentu yang mempunyai segepok uang untuk menyogok rakyatnya. Tidak usah menuding siapa partainya dari oposisi atau pemerintah semua andil. Jadi siapa yang curang sebetulnya ya elite politik yang ingin duduk kembali sebagai wakil rakyat.

Kalau akhirnya yang tanpa modal bisa melenggang itu karena mereka dipilih oleh kesadaran rakyatnya yang muak dengan perilaku norak wakil rakyat sebelumnya, tidak bekerja, bergaji tinggi tetapi tidak banyak karya yang dihasilkan.

Ada sebagian rakyat yang penting memilih karena mereka tidak tahu siapa sih sebenarnya yang ingin dipilih.

Jokowi cuma ingin menegakkan konstitusi sesuai undang- undang. Kalau ada yang merasa dirugikan karena ada aturan, hukum yang dilanggar. Jika melanggar hukum ya ditindak, jika lepas kendali ya diarahkan, jika menghina dan mempermalukan lambang negara memang salah pantas dong kena semprit undang- undang.

Di jalanan Jakarta dan di manapun lampu merah itu tandanya kendaraan berhenti jika tetap berjalan tentu melanggar peraturan jika tetap nekat resikonya jalan menjadi macet bahkan bisa saja ada kendaraan yang melindasnya karena pelanggarnya memang sengaja menantang diri. Jokowi diam tetapi apa yang terjadi oleh sebagian orang yang kena pasal makar itu sebenarnya karena ulah Jokowi.

Baca Juga: Jokowi-Amin Juara!

Jangan di gebyah uyah seakan-akan semuanya bersumber dari Jokowi. Jokowi diam Jokowi yang digugat. Bingung saya jadinya. Saya bukan fanatik pada Jokowi tetapi hanya mengingatkan kalau berpikir ya yang sewajarnya.  Presiden juga manusia yang masih bisa salah. Kita semua yang harus mengingatkan untuk selalu dalam aturan main yang jelas untuk terus berjuang demi rakyat yang adil dan makmur. 

Tidak Ada Untungnya Saling Menuduh

Kalau boleh usul sebaiknya semua yang membuat kekacauan negeri ini merenunglah. Tidak ada untungnya saling menuduh, perhelatan sudah usai, pemenangnya sudah jelas tetapi masih terus diperkarakan. Kalah ya kalah… saatnya mereka meneliti diri bagaimana bisa kalah.

Apakah dalam pemilu mereka berkata- kata baik, mengenalkan visi dan misinya untuk meyakinkan bahwa ia memang layak dipilih. Kekalahan hanya kemenangan tertunda. Bisa jadi dari kekalahan itu bisa diambil hikmah bahwa ia perlu meruwat, merawat diri di masa akan datang untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Tulislah sebuah pantun Kalau ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi kalau ada umur panjang boleh kita berjumpa lagi.

Salam Damai Selalu.

***