Politik Akal Sehat di Luar Kewarasan

Selasa, 12 Maret 2019 | 11:57 WIB
0
625
Politik Akal Sehat di Luar Kewarasan
Ilustrasi akal sehat (Foto: NU Online)

Siapakah yang mempunyai akal sehat saat ini? Siapakah yang lebih rasional saat ini saat menghadapi politik pecah belah?

Kalian memilih A dan mereka memilih B sama-sama mengusung jargon akal sehat lalu siapakah yang lebih waras menghadapi pembelahan yang tidak menguntungkan sama sekali bagi rakyat Indonesia?

Politik telah menenggelamkan akal sehat pada titik nadirnya hanya membuat masyarakat menjadi tercerai berai dalam pilihan-pilihan sulit, pilihan dilematis. Anda untung ruginya fanatik terhadap satu kelompok. Menyukai satu tidak disukai oleh yang lain. Dan parahnya semua mengusung agama, sebagai keyakinan yang dijualdagangkan untuk meraup suara orang yang tengah mabuk pengakuan keimanan

Coba orang-orang ditanya siapakah yang paling berdosa di antara kalian? Tentu tidak ada yang mengaku. Semua mengaku paling taat beragama, paling rajin beragama, lalu menunjukkan diri bahwa sayalah yang paling rajin berdoa dan beramal.

Kalau akal sehat saya mengatakan yang sombong tidak perlu dipilih yang merasa paling beragama itu berarti ciri-ciri orang yang berwatak adigang-adigung adiguna (mengandalkan kekuatan, kekuasaan dan Kepandaian).

Ia akan lebih menonjolkan diri sendiri daripada membela kepentingan umum. Sebab yang dibutuhkan untuk dirinya adalah identitas, topeng untuk menyatakan bahwa ialah yang paling didukung orang-orang suci, ialah orang yang paling bisa memakmurkan dan menjunjung kaum mabuk pujian itu dengan derajad jabatan dan kekuasaan.

Siapakah yang bersahabat dengan rakyat? Yang masih merasa banyak dosa atau mereka yang sudah merasa sempurna. Jika harus memilih mereka yang  masih merasa kekurangan, banyak dosa dan masih perlu banyak belajarlah yang akan dipilih.

Yang merasa sempurna tentu gengsi jika harus belajar. Ia akan menempatkan diri sebagai pucuk pimpinan tetinggi. Duduk di menara gading kekuasaan. Pada orang yang masih merasa kekurangan ia akan selalu belajar pada  siapapun untuk menyempurnakan hidup yang tidak pernah sempurna sebab kesempurnaan hanya milik Tuhan.

Lalu siapakah pimpinan yang mendekati kriteria akal sehat saya? Entahlah. Dalam politik akal sehat sangatlah bias. Sebab semua orang sedang haus akan pujian dan dukungan. Politik seperti menghilangkan kewarasan dan hampir semua orang gila kehormatan. Maka muncullah dukung mendukung, saling show of untuk menegasikan bahwa merekalah yang didukung alam, didukung rakyat dan pemuka agama.

Para pemuka agamapun terbelah dalam sekat kekuasaan. Tetapi setiap warga negara memang harus memilih. Golput itu bukan pemecahan, hanyalah lepas tanggungjawab. Mereka abu- abu. Lebih baik memilih hitam atau putih karena dua kemungkinan itu yang akan membawa perubahan menang atau hancur lebur.

Akal sehat telah digadaikan. Akal sehat telah terpecah sehingga keutuhan itu hanya mimpi. Boleh jadi Rocky Gerung mengklaim akal sehat. Banyak orang kagum dengan narasi nalarnya dan filsafat politiknya. Mereka terkagum dengan pola pikir yang luar biasa brilian untuk  menyeret pemikiran banyak orang untuk membenci pemimpin yang sedang berkuasa.

Boleh jadi itu hanya semacam sodomi pikiran atau entahlah apa istilahnya. Akal sehat nyatanya telah diabstrakkan oleh politik. Semua teori menjadi kabur sebab kepentingan itu lebih terdepan dari sekedar rasionalitas. Semua membela kepentingannya tetapi tidak pernah bertanya pada nuraninya siapakah yang lebih layak dipilih.

Politik akal sehat begitulah istilah yang kupungut dari ruang bathin ini. Yang lahir dari kemuakan menyaksikan drama yang terus berkembang dan hampir memuncak ketika masa pemungutan suara berlangsung. Bagi saya banalitas pikiran beradu akal sehat telah menenggelamkan kewarasan.

Yang penting keuasaan dan masa bodoh dengan kewarasan. Kegilaan ya. Ah rasanya getir mendengan akal sehat dipertetangkan. Tetapi begitulah zaman. Jika tidak ikut gila malah dipertanyakan kewarasannya. Edian tenan. Salam