Rumusnya begini. Kalau suasana Indonesia biasa-biasa saja, adem-adem saja, sebagai petahana Jokowi akan terpilih lagi.
Sedangkan Prabowo hanya punya kesempatan memenangkan Pilpres kalau terjadi huru-hara.
Di Jakarta, teori itu terbukti. Ahok berprestasi. Tingkat kepuasan publik 70%. Cara mengalahkannya harus dengan huru-hara. Setelah emosi rakyat dibakar gak karu-karuan, Gubernur petahana dengan segudang prestasi itu berhasil dikalahkan.
Jadi kita gampang membaca strategi Prabosan untuk memenangkan Pilpres 2019. Peluang hanya tercipta jika terjadi kekacauan. Caranya bisa menunggu nongolnya momentum lalu membesarka api. Bisa juga direkayasa.
Sebetulnya pernah ada satu momentum yang mencuat. Pembakaran bendera HTI. Begitu ada kasus tersebut, mereka mengipasi agar apinya membesar. Demonstrasi besar-besaran dirancang. HTI dan Capres saling tunggang menunggangi. Saling memanfaatkan momentum.
Agama dijajakan lagi seperti Cilok. Dari Saudi, Rizieq ikut mengipasi. Harapannya, terjadi kekacauan atas nama agama. Untung polisi sigap. Apipun padam. Mereka gondok setengah mati.
Kini mereka sedang menunggu-nunggu momentum lain yang bisa dikipas. Sambil menunggu datangnya momentum itu, diciptakan jab-jab kecil. Prabowo melempar keresahan soal selang cuci darah. Gerombolan lain memainkan isu 7 kontainer surat suara.
Semua mudah dipatahkan. Rakyat yang cerdas mulai gerah diadu-domba.
Lalu momentum apa yang mereka tunggu? Ahok!
24 Januari 2019, masa hukuman Ahok selesai. Inilah kesempatan untuk membangunkan laskar 212. Sentimen agama dan rasial akan disulut lagi. Nanti rakyat ikut terbakar. Mereka yakin persoalan Ahok masih bisa untuk memanasi suasana Pilpres yang gerah.
Kini mungkin mereka sedang menyiapkan penggorengan. Minyak sudah dididihkan. Penabuh genderang dan penari hula-hula mulai berlatih. Para pengasong agama menunggu mangsa. Ahok akan jadi sasaran lagi.
Selain Ahok, ada mangsa lain yang sedang ditunggu terpleset : Grace Natalie, Ketua Umum PSI. Kiprah PSI yang garang membela kaum minoritas bisa diputar balik dengan tudingan musuh Islam. Grace diincar untuk di-Ahok-an.
Tapi Grace juga punya tangungjawab besar memperjuangkan ideologi partainya. Ia berjuang untuk melawan diskriminasi. Melawan penindasan pada minoritas. Ia berjuang untuk mengangkat harkat perempuan. Sebagai ketua Partai ia gak bisa berdiam diri.
Dengan kata lain, Grace seperti sedang meniti jembatan gantung. Jika ia terpleset sedikit, buaya dan srigala di bawah jurang siap memangsanya.
Jadi begitu. Prabowo dan tim suksesnya menaruh harapan besar pada Ahok dan Grace Natalie. Tanpa mereka berdua, rasa-rasanya sulit bisa meraup suara rakyat.
"Kum, tumben kamu gak mau komentar?," tanyaku pada Abu Kumkum.
"Gak, mas. Aku mau ngaji dulu. Siapa tahu nanti dicalonkan jadi Capres."
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews