Entah apa motifnya: kelihatan banget dia itu memang SENGAJA menjadikan DKI seperti ini. Terhadap dampaknya, dia gak peduli.
Jakarta yang banjir parah sejak tahun tahun lalu membuatku berpikir, apakah memang Jakarta harus hancur lebur dulu ya, sebelum warganya mau belajar?
"Sadis banget sih, Fi perkataanmu? Kamu gak punya empati, ya?"
Kalau aku gak berempati, sejak awal aku udah ninggalin FB dengan segala keabsurdannnya, gak akan nulis, gak akan susah payah mengedukasi orang agar punya POLA PIKIR YANG BENAR, dengan risiko aku dibully gak karuan, bahkan diancam akan dibunuh oleh kelompok yang seideologi dengan ISIS, Taliban, dan Al-Qaeda.
Kalau gak berempati, aku gak bakal nulis WARISAN beserta puluhan tulisan lain yang konsisten dengan tema itu, sejak 3 tahun lalu.
Buat apaaa?
Aku tetap menulis kala itu, sebab aku sudah memprediksi betapa bahayanya jika DKI dikuasai orang-orang yang pola pikir dan mentalitasnya jadi antitesis 180° dari Ahok.
Pemimpin yang kalian pilih karena alasan AGAMA pun, ternyata dia sendiri melanggar BANYAK prinsip agama yang paling dasar: dengan sengaja membuat orang menderita, membahayakan nyawa pasien kanker karena alat di RSCM rusak terendam banjir, dan menebang ratusan pohon alias menghancurkan sisa-sisa harapan yang tertinggal agar Jakarta tak makin tenggelam.
Ironis sekali, bukan?
Itulah risiko memilih pemimpin dengan prinsip YANG PENTING ISLAM, perkara dia waras atau gak, kalian pikir belakangan.
Aku lihat postingan teman-teman yang tinggal di DKI, mereka baru nyadar kalau kotanya hancur, kacau balau...
Eh cuyyy, aku dong udah nyadar dari 3 tahun yang lalu: pokoknya kalau sampai orang ini kepilih... Kehancuran tidak akan terelakkan itulah kenapa aku tetap MENULIS. Eh, ternyata, udah diedukasi mati-matian pun... Kalian tetap milih dia (ya sudah, sekarang rasakan akibatnya).
Dia punya rekam jejak menghalalkan segala cara, sering bohong, memanipulasi, sikut sana-sini, pendeknya: dia GAK PUNYA EMPATI... Bahkan terhadap teman-temannya sendiri.
Kok sekarang dituntut untuk punya empati sama rakyatnya yang notabene bukan siapa-siapa dia? Ya gak bisa lah!
Cuy, orangtua si gubernur yang puluhan tahun membesarkan dia aja gak mampu ngubah dia loh, kamu tuh siapaaaaa kok berharap bisa ngubah dia?!
Makanya jangan beli kucing dalam karung. Kamu beli celana satu biji aja selektif banget, dibela-belain muterin mall sampe kaki gempor...
Tapi anehnya giliran milih gubernur kok asal-asalan kayak gituuu.
Itulah kelemahan dan risiko sistem demokrasi: rakyat yang mayoritas kualitasnya "begini", diberi kekuasaan penuh untuk memilih.
Dia itu bukannya GAK BISA mengatasi banjir, tapi GAK MAU. Sebab, dia itu sangat cerdas, teori tersebar di mana-mana, dan contoh real dari gubernur terdahulu, maupun contoh real mitigasi negara tetangga pun, semua tersedia di depan mata.
Jadi, dengan resource hampir tak terbatas itu, MUSTAHIL kalau dia gak bisa.
Entah apa motifnya: kelihatan banget dia itu memang SENGAJA menjadikan DKI seperti ini. Terhadap dampaknya, dia gak peduli.
Aku mencium bau-bau "orang jahat" atau psikopat di sini. Jahat sekali.
Asa Firda Inayah
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews