Sepertinya dibukanya kasus ini ke publik, untuk memberi sinyal, bahwa sekuat apapun tekanan, aparat akan tetap konsisten. Hukum harus sama kepada semua orang.
Di balik penangkapan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie, saya harus angkat topi buat kepolisian. Khususnya buat Polres Jakarta Pusat.
Begini. Nia itu bukan sekadar artis. Seperti Anji atau Jedun. Ia adalah lingkaran keluarga jetset. Lapisan paling puncak dari masyarakat Indonesia.
Nia artis tapi juga istri seorang anak konglomerat. Suaminya Ardi adalah direktur TVOne, media massa yang bisa menggiring opini publik. Ardi punya banyak perusahaan. Dan yang pasti punya selautan relasi.
Aburizal Bakrie, mertua Nia, sendiri bukan orang sembarangan. Konglomerat Melayu yang juga tokoh politik. Ia pernah menjadi ketua Golkar. Sampai saat ini juga pengaruhnya masih kenceng di partai beringin itu. Dan, ingat. Golkar adalah partai pendukung pemerintah.
Artinya ketika menangkap dua orang ini lalu ditampilkan ke publik, polisi begitu berani menentang resiko. Mungkin bisa saja saat digrebek, dilakukan 'damai' lalu perkara menghilang. Tanpa harus woro-woro di masyarakat. Itu jika aparat mau main kotor.
Tapi ini gak. Justru wajah kedua tersangka itu ditampilkan. Dihadapkan ke masyarakat. Diperlihatkan. Seperti juga para tersangka lainnya.
Tidak ada yang dibedakan.
Ada kesan bahwa kali ini pihak aparat mau mendeliver sebuah pesan : di mata hukum, semuanya setara. Sama!
Bahkan tokoh sekelas Ardi dan Nia, yang punya kerajaan media. Punya pengaruh politik besar. Tetap diperlakukan sama saja.
Ada yang bilang, bahwa nanti juga kasusnya hanya akan selesai di rehabilitasi.
Lha, soal rehabilitasi itu perintah UU, jika diidentifikasi mereka hanya sebagai pengguna. Tapi sebelum itu butuh assesment untuk memastikan. Rehabnya juga bukan urusan kepolisian, tetapi urusan BNN, psikiater, dokter, kejaksaan dan lainnya.
Meskipun menjalankan rehabilitasi, perkaranya tetap jalan. Itu yang kita dengar dari pernyataan Kapolres Jakarta Pusat, saat memberikan konfrensi pers.
"Kami akan terus lanjutkan. Biar nanti hakim yang akan memutus perkaranya, " ujarnya yakin.
Bukan hanya itu. Bersamaan kasus ini ditampilkan juga bandar yang khusus memasok narkoba ke kalangan jetset. Bandara inilah yang sebetulnya menjadi incaran.
Menyatakan secara terbuka bahwa perkara ini akan jalan terus, padahal tersangka punya segudang power dan koneksi, saya rasa butuh kenekatan sendiri. Menampilkan dan membuka informasi ke publik tentang tertangkapnya Nia dan Ardi saja. Itu saja butuh keberanian yang luar biasa.
Saya yakin justru pernyataan terbuka itu untuk menangkis tekanan yang mungkin saja dilakukan orang-orang kuat terhadap Polres Jakpus, misalnya. Orang-orang kuat itu, biasa main di belakang layar. Bisa menekan dengan keras. Bisa menggunakan tentakel kekuasaan dan uang untuk mengatur hukum.
Dengan dinyatakan perkaranya secara terbuka, sinyal bahwa perkara ini jalan terus lebih kuat. Sebab publik akan memelotinya dengan seksama.
Sepertinya dibukanya kasus ini ke publik, untuk memberi sinyal, bahwa sekuat apapun tekanan, aparat akan tetap konsisten. Hukum harus sama kepada semua orang.
Dan kita sebagai masyarakat diharap ikut memonitornya terus.
"Siap 86, break, break... Kkkrrrrkkkkk, "
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews