Selama masih ada Megawati, Demokrat akan tetap menjadi "orang luar tanpa karakter dan wibawa" dalam pelataran politik nasional Indonesia. Itu adalah kenyataan.
Pak SBY akhirnya turun gunung di tengah isu KLB di partainya sudah mulai reda. Namun mantan presiden itu melihat ada gerilya politik yang semuanya berbau uang. Untuk pertama kalinya, dia menuding Moeldoko sebagai pihak yang aktif mendongkel anaknya AHY sebagai ketua umum.
Pernyataan Pak SBY sangat wajar dalam kontek mempertahankan partai keluarga dinasti Cikeas. Meski orang bilang SBY bukan pendiri Demokrat namun sejarah membuktikan bahwa Partai Demokrat dibentuk oleh SBY dan untuk SBY.
Sama dengan PDIP yang sejarahnya dibentuk untuk dan oleh bu Mega hingga dalam perjalanannya, PDIP adalah partai dinasti Megawati.
Persoalannya sekarang yang menghinggapi Demokrat adalah karena partai ini tidak ketahuan juntrungannya. Dukung pemerintah tidak. Jadi oposisi pun setengah-setengah. Beda dengan PKS.
Kelangsungan hidup Demokrat hingga mencetak prestasi bagus di Pilkada bukan semata karena kepemimpinan AHY. Kemenangan itu lebih ditentukan pada permainan kartel politik lintas partai untuk segenggam kekuasaan. Dan sumber uang tentunya.
Jadi boleh dibilang Demokrat bertahan sampai sekarang adalah kondisi politik daerah yang sama sekali tidak terkait dengan konstelasi politik di tingkat nasional. Di mana Demokrat menjadi partai paria.
Parahnya lagi, alih-alih menonjolkan langkah taktis dan cepat untuk memadamkan aksi kudeta, baik AHY maupun SBY bersikap defensive bukan ofensif. Malahan pak SBY dan AHY terlihat mengemis simpati yang berujung pada pelecehan dan hinaan.
Meski demikian,walaupun terlihat menghiba-hiba merasa di zholimi, ada keberhasilan yang diperoleh Demokrat lewat maneuver AHY dan pak SBY.
Yakni, besar kemungkinan pak Moeldoko tidak lagi berminat mengambil alih Demokrat. Bukan karena tidak mampu, namun semata untuk menjaga nama baik pak Jokowi.
Presiden telah menempatkan Pak Moeldoko yang dikenal sebagai "Gang of Solo" di lingkaran satu istana. Yang pendapat mereka didengar oleh pak Jokowi yang mempengaruhi aneka kebijakan presiden.
Jadi ambisi Pak Moeldoko menjadi ketua partai Demokrat untuk tujuan apapun besar kemungkinannya pupus.
Karena adalah menjadi aib Presiden Joko Widodo jika pak Moeldoko jadi Ketua Umum Demokrat.
Baca Juga: Politik Upik Abu dan Kudeta di Demokrat
Sekarang, tinggal bagaimana AHY dan pak SBY mengatasi prahara di Demokrat lewat mengubah strategi dengan meninggalkan strategi bertahan dan bermain di wilayah abu-abu.
Tegas. Oposisi. Atau pro pemerintah.
Bukan jadi bunglon. Berlagak seperti partai tengah. Namun tidak punya bargaining dan kekuatan politik yang memadai.
Artinya, AHY dan pak SBY harus mau turun harga.
Misalnya, AHY nyalon jadi walikota Depok atau wilayah yang pasti dia menang, dengan mencontoh langkah politik Gibran yang bertaruh kecil-kecilan dulu.
Karena sudah kelihatan bahwa ambisi AHY untuk menggapai jabatan menteri atau presiden, adalah seperti punguk merindukan bulan.
Gak bakal kesampaian.
Sebab selama masih ada Megawati, Demokrat akan tetap menjadi "orang luar tanpa karakter dan wibawa" dalam pelataran politik nasional Indonesia.
Itu adalah kenyataan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews