Demonstrasi Kenapa Harus Berakhir Rusuh?

Polisi, aparat pun punya batas kesabaran, batas toleransi, jika kelelahan melanda emosi juga mudah tersulut. Jadi mari bersama jaga kota, jaga negeri ini agar tidak terpecah belah.

Rabu, 2 Oktober 2019 | 20:26 WIB
0
247
Demonstrasi Kenapa Harus Berakhir Rusuh?
Kerusuhan akibat demonstrasi (Foto: Kompas.com)

Negara ini menjamin kebebasan berpendapat, membebaskan kalian menyalurkan aspirasi dengan menghargai perbedaan. Kalian juga bebas mengkritik pemerintah sebatas tidak menghina dina secara fisik. Silahkan berdemo tetapi dengan catatan tidak destruktif dengan tujuan merusak.

Kenapa setiap demonstrasi cenderung berakhir rusuh, dimata kalian polisi itu siapa? Apakah penghalang bagi kebebasan kalian ataukah penghalang bagi hasrat untuk menyalurkan kekesalan dengan melempari fasilitas umum dengan batu. Dari mana mendapatkan ilmu bahwa demo harus rusuh, demo harus merusak dan membenci aparat.

Sebagai masyarakat saya merasa sedih, anak- anak negeri ini yang sebetulnya cerdas.luar biasa kreatif tetapi mendapat asupan pendidikan yang salah. Saya yakin bahwa demonstrasi ini tidak sepenuhnya salah mahasiswa, atau ana- anak STM yang tumben sekali mau turun ke jalan untuk demonstrasi.

Saya menyangsikan apakah mereka tahu agenda sebenarnya dari demonstrasi bergelombang ini. Apakah kalian tahu isi RKUHP. Apakah tahu apa sih yang sudah dilakukan DPR selama ini.

Negeri ini kaya raya, beragam, dan lahir dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Dari dulu Indonesia juga dikenal dengan bangsa yang ramah. Apakah semua ini akan tercoreng dengan aksi bergelombang demonstrasi yang berujung rusuh.

Saya melihat mata demonstran memandang penuh kebencian kepada aparat, begitu bencinyakah sampai senjata- senjata untuk tawuran dikeluarkan semua, mereka seperti sedang dihipnotis untuk  membenci padahal sesungguhnya aparat juga sesama saudara yang sama sebagai warga negara.

Mari membangun negeri ini bersama, bukan dengan kekerasan, bukan dengan teriak- teriak histeris. Mungkin kalian merasakan betapa berat hidup di zaman sekarang. Tetapi kalian masih bisa sekolah, tiap orang memegang multi fungsi, berangkat sekolah mengendarai motor matic, yang kalian mungkin ada yang jarang merasakan bagaimana makan di restoran atau di kafe.

Tetapi hidup khan pilihan, kalau tidak mampu di kafe ada starling alias penjual kopi keliling, rasanya sama cuma yang beda gengsi saja.

Menurut saya demonstrasi memang hak warga dan dijamin kebebasannya tetapi jika sudah merusak, mengganggu ketertiban umum, merugikan negara dengan melempari fasilitas umum yang dibangun dari uang masyarakat bagaimana sense of belonging anda.

Paling tidak jaga saja fasilitas umum agar tidak terinjak- injak teman- teman kalian, lindungi fasilitas umum dari lemparan benda- benda tajam dan bawa sampah kembali setelah selesai demonstrasi.

Lihat demonstrasi di Hongkong, mereka sering turun ke jalan bertahun- tahun tetapi tidak ada fasilitas umum yang rusak. Apakah memang sengaja merusak ataukah ada agenda lain yang tersembunyi dari demonstrasi bergelombang ini. Saya tidak berani menuduh apalagi menyebutkan institusi, bisa bernasib seperti Ninoy Karundeng yang tiba – tiba diculik dan pulang dengan muka babak belur.

Kebebasan di era reformasi ternyata harus ditebus dengan mahal, demokrasi kebablasan itu yang bisa saya tangkap dari melihat, merenung, merasakan dan menyaksikan yang terjadi saat ini. Orang - orang pintar dengan begitu mudahnya bicara kasar, memaki, membully tanpa basa- basi.

Sampai saat ini saya masih meyakini bahwa pemerintah terutama presiden terpilih masih dalam rel yang benar, cuma karena banyak yang meyalahgunakan kekuasaan dan masih terninabobokan dengan perilaku birokrasi yang tidak efektif untuk menertibkan kesimpangsiuran birokrasi itu butuh kerja keras dan ternyata kendalanya banyak pejabat yang masih enggan merubah tingkah lakunya dari birokrat bergaya bos ke birokrat yang dituntut menjadi pelayan masyarakat.

Kembali membahas demonstran, kadang saya bisa saja salah menilai tingkat pengetahuan anda tentang demokrasi dan isi RKUHP tetapi yang menjadi kekhawatiran bahwa demo yang seharusnya berjalan damai dan santun mendadak rusuh karena ada yang ikut menjadi provokator, ada yang menjadi pendengung atau buzzer yang memanaskan situasi.

Situasi media sosial saat ini seperti terbelah. Masih dengan kubu- kubuan 01 dan 02. Buzzer yang mengaku sebagai sebagai pengikut setia Jokowi begitu gencar mencari kelemahan - kelemahan para pembenci Jokowi, sedangkan pembenci Jokowi sangat giat mencari titik lemah Jokowi. Siapa yang benar? Media mainstream pun terbelah ada majalah nasional yang sangat detail mengupas titik lemah pemerintahan sekarang (lebih kurang dengan gaya jurnalistik investigatif ).

Baca Juga: Seorang Dosen IPB Mau Membuat Kerusuhan

Pembaca akan digiring untuk membaca narasi dengan detail dari sumber- sumber yang akurat menurut media tersebut. Dengan rajin majalah itu menguliti dosa- dosa para buzzer yang membuat wartawan, media mainstream merasa kerepotan karena membuat job wartawan resmi terpangkas. Rajinnya para buzzer disinyalir membuat suasana politik awet panasnya karena keseruan  bacaan di media sosial yang membuat media mainstream merasa ditinggalkan.

Para buzzer, blogger, netizen mari ajak demonstran berpikir dingin, tidak lagi terpancing demonstrasi anarkis. Bawa keperluan demonstrasi seadanya, jangan bawa senjata tajam, bubar tepat waktu agar tidak tergiring oleh provokasi tangan-tangan gelap yang ikut mengeruhkan situasi.

Polisi, aparat pun punya batas kesabaran, batas toleransi, jika kelelahan melanda emosi juga mudah tersulut. Jadi mari bersama jaga kota, jaga negeri ini agar tidak terpecah belah, sayang khan jika negara rusak gara gara ulah masyarakatnya sendiri.

Salam damai selalu.

***