Dikabarkan 31 pekerja PT Istaka Karya tewas karena dibantai oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Tak hanya itu, kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya tersebut juga menyerang pos TNI yang mengakibatkan 1 orang anggota TNI meninggal dunia.
Diketahui, wilayah di Puncak Tabo merupakan tempat dimana KKB membantai para pekerja PT Istaka Karya. Hal ini diketahui oleh korban pegawai PT Istaka Karya yang berhasil menyelamatkan diri.
Setelah insiden tersebut terjadi, Raider Kostrad diturunkan atas instruksi Menkopolhukam Wiranto, untuk memburu Egianus Kogoya yang merupakan otak di balik insiden penembakan tersebut. Selain memburu dan menjaga keamanan di Nduga, pasukan Raider Kostrad juga turut membantu mengevakuasi jenazah korban yang meninggal akibat ditembak oleh kelompok separatis tersebut.
Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata merupakan sebutan yang disematkan untuk fraksi militer gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Egianus Kogoya merupakan pemimpin OPM di Kabupaten Nduga dan sekitarnya.
Diduga kelompok separatis ini membunuh 31 pekerja Istaka Karya karena mereka mengambil foto ketika kelompok separatis tersebut melaksanakan upacara yang diadakan secara sembunyi – sembunyi. upacara tersebut merupakan peringatan pada ulang tahun organisasinya yang diperingati pada awal Desember 2018.
PT Istaka Karya merupakan pihak kontraktor yang sedang menyelesaikan pembangunan jembatan Kalik Aorak dan jembatan Kali Yigi. Proyek tersebut merupakan bagian dari proyek Trans Papua, dimana hal ini akan semakin memudahkan akses transportasi menuju daerah yang terisolir. Namun proyek pembangunan ini membuat organisasi separatis OPM merasa terusik, sebab TNI dan Polri dapat leluasa bergerak ke arah mereka.
Polisi juga memiliki rekam jejak beberapa kasus yang dikepalai oleh Egianus Kogoya diantaranya :
Pada Desember 2017, pekerja Trans Papua diserang oleh kelompok Egianus Kogoya yang mengakibatkan seorang pekerja meninggal dunia akibat serangan tersebut.
Seakan tak punya nurani, pada Oktober 2018 kelompok separatis tersebut pernah menyekap belasan tenaga pengajar yang sedang mengajar di SD YPGRI 1, SMPN 1 dan tenaga medis yang saat itu tengah bertugas di Puskesmas Mapenduma Nduga.
Pada Juni 2018, kelompok Egianus Kogoya menghujani pesawat twin otter Trigana Air yang membawa pasukan Brimob Polri. Pasukan tersebut bertugas untuk mengamankan Pilkada, dalam insiden tersebut 2 orang terluka.
1 – 2 Desember 2018, seakan ingin menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi separatis, kelompok bersenjata yang dikomandoi oleh Egianus Kogoya juga menyerang pekerja Istaka Karya yang saat itu sedang menggarap proyek Trans Papua.
Dari kasus penembakan yang dilakukan oleh organisasi separatis tersebut, kita bisa tarik sebuah hipotesa bahwa OPM merasa terancam dengan adanya proyek Trans Papua yang akan menjadi jalur utama transportasi untuk wilayah Indonesia Timur, khususnya di tanah Papua.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) Basuki Hadimuljono, pihaknya akan terus melaksanakan proyek Trans Papua hingga selesai, pihaknya juga menegaskan bahwa ruas Wamena – Habema – Mugi – Kenyam – Batas Batu – Mumugu sangatlah vital dan masuk ke dalam prioritas program dalam kabinet kerja Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla sebagai penerapan visi nawacita yaitu membangun dari pinggiran.
Pembangunan ini telah lama ditunggu dan didukung oleh masyarakat Papua dimana nantinya masyarakat Papua yang berada di pegunungan tengah akan semakin mudah mengakses jalan menuju Pelabuhan terdekat. Adanya Trans Papua juga berguna untuk mengurangi biaya logistik dan menurunkan angka kemahalan di Pegunungan Tengah Papua.
Penyerangan ini tidak hanya perbuatan kriminal, namun juga ancaman nasional yang mengarah pada gerakan separatisme, sehingga pihak berwenang sudah sepantasnya menghentikan pergerakan OPM sampai pada akar – akarnya.
Wiranto mengatakan, “Saya kira itu satu aksi yang sangat biadab, karena teman kita sedang membangun infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat, artinya mereka sudah berjuang dan berbakti untuk kebaikan Papua, lalu ditembaki, dibunuh, tentu ini merupakan hal yang sangat tidak terpuji,” ujarnya.
Kita harus mengakui bahwa serangan yang terjadi menjelang akhir tahun di Papua, merupakan serangan paling beringas yang terjadi pada beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan perlawanan secara kualitatif dari organisasi separatis tersebut. Kejadian ini bisa dinobatkan sebagai krisis nasional, dimana ketika negara sedang berjuang membangun dari pinggiran, masih saja ada sekelompok orang yang merasa ingin eksis dengan mengangkat senjata.
Entah bagaimanapun caranya OPM harus dilenyapkan dari Bumi Indonesia, Menkopolhukam dan BIN memiliki wewenang penuh untuk melenyapkan OPM sampai ke akar – akarnya, alangkah baiknya jika Egianus Kogoya ditangkap hidup – hidup sehingga kita bisa mendapatkan data berupa jumlah anggota OPM dan darimana mereka mendapat suport senjata api.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews