Beban Berat Jokowi, Ma’ruf Amin Bakal Diganti Ahok?

Rabu, 19 Desember 2018 | 06:24 WIB
0
1074
Beban Berat Jokowi, Ma’ruf Amin Bakal Diganti Ahok?
Ma'ruf Amin dan Ahok (Foto: Suratkabar.id)

Kabar yang beredar di kalangan terbatas di internal Koalisi Petahana, kini sedang terjadi tarik ulur antara perlu tidaknya mengganti cawapres Ma’ruf Amin dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang akan bebas pada 24 Januari 2019 mendatang.

Cawapres Ma’ruf Amin, sebagaimana diberitakan Liputan6.com membantah spekulasi yang disebutnya sebagai "menyesatkan" itu. Apalagi dikatakan dirinya dijadikan alat akan diganti Basuki Tjahaja Purnama di tengah jalan jika terpilih sebagai pada Pilpres 2019.

“Itu pernyataan salah dan menyesatkan umat, belakangan ini memang sering bergulir isu demikian, ini harus diluruskan,” katanya di Ponpes Alfalah, Desa Kresek, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin 19 November 2018.

Menurutnya, sebagai Rais Aam PBNU dan Ketua Umum MUI, maka ia tak pantas dijadikan alat untuk perjuangan merebut suara umat ya. Ia yakin tak mungkin diperalat Jokowi, karena pemilihannya sudah melalui pertimbangan matang.

Berdasarkan survei internal, cawapres Ma’ruf Amin yang menjadi pendamping Jokowi belum mampu mengerek popularitas paslon ini di Banten. Tempo edisi 15 Desember 2018 menulis, popularitas Ma’ruf yang rendah di Banten berakibat pada hasil survei paslon Jokowi – Ma’ruf.

Menurut Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional Jokowi – Ma’ruf, Maman Imanulhaq, hasil sigi internal menunjukkan paslon nomor urut satu itu hanya meraup 39 persen suara responden. Sedangkan lawannya, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, mendapat 58,7 persen. Sisanya tak menjawab.

Banten memang basis pemilih Prabowo. Pada Pilpres 2014, Prabowo, yang berpasangan dengan Hatta Rajasa saat itu, mengantongi 57,1 persen suara. Adapun Jokowi – Jusuf Kalla dipilih oleh 42,9 persen warga. Dalam pemilihan presiden tahun depan, jumlah pemilihnya 8,1 juta, naik 200 ribu dibanding Pilpres 2014.

Beratnya pertarungan di Banten dibahas khusus dalam Rapat Kerja Nasional Bravo-5, tim bentukan Luhut Binsar Pandjaitan yang berisi purnawirawan TNI, di Hotel Golden Boutique, Jakarta, pada 8-10 Desember lalu.

Menurut Ketua Bravo-5 Wilayah Banten Irsyad Djuwaeli, dalam pertemuan tersebut, seperti ditulis Tempo, Ketua Dewan Pengarah Bravo-5 LBP memaparkan daerah-daerah yang masih rawan, seperti Banten, Jakarta, dan Jawa Barat.

Meski di Banten kalah, di Jakarta dan Jawa Barat sebenarnya Jokowi – Ma’ruf unggul. Tapi selisihnya tipis. Berdasarkan hasil survei Bravo-5, Jokowi – Ma’ruf menang dengan 54,4 persen suara di Jakarta.

Adapun di Jabar, provinsi dengan pemilih terbanyak, yakni 32 juta, elektabilitasnya hanya 48,3 persen. Bandingkan dengan di Jawa Tengah dan Jogjakarta serta di Jawa Timur. Survei yang sama mencatat, di Jateng dan Jogja, suara Jokowi – Ma’ruf di atas 75 persen, sedangkan di Jatim mencapai 61,8 persen.

Menurut Irsyad, saat memaparkan data tersebut, LBP bahkan menyebut namanya secara khusus. “Ustad Irsyad, ini Banten mau kalah. Kita harus bekerja keras. Nanti saya ajarkan cara khusus untuk di Banten,” ujar Irsyad, menirukan Menteri Koordinator Kemaritiman itu.

Ketua Bravo-5 Fachrul Razi menambahkan, LBP juga berpesan agar tim Bravo-5 menjual keberhasilan pemerintahan Jokowi – JK saat bertemu dengan masyarakat.

Sehari setelah pemaparan LBP tersebut, giliran mantan Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto, memberikan pengarahan. Isinya, menurut Irsyad Djuwaeli, menekankan agar Bravo-5 bekerja lebih keras melakukan serangan darat di tiga provinsi tersebut.

Andi adalah Ketua Cakra 19, yang juga dibentuk LBP bersama sejumlah purnawirawan untuk memenangkan Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang.

Sekjen Cakra 19 Eko Wiratmoko juga memberikan saran kepada LBP agar meminta Ma’ruf berfokus di Banten. “Ma’ruf tidak berdampak signifikan. Kalaupun naik, paling cuma satu strip,” ujarnya

Ma’ruf Amin masih percaya diri meski medan di Banten gawat. Ia akan mendekati ulama dan jawara. Dalam waktu dekat, ia akan mengumpulkan kiai dan pengurus cabang NU di ponpes miliknya, An-Nawawi Tanara, di Serang. Apalagi Ma’ruf lahir di Banten.

Soal turunnya elektabilitas Jokowi menjelang Pilpres 2019 nanti diakui capres petahana itu dalam Rapat kerja daerah (Rakerda) Tim Kampanye Daerah Koalisi Indonesia Kerja (TKD-KIK) Provinsi Riau, di Hotel Prime Park Pekanbaru, Sabtu (15/12/2018).

Dalam Rakerda yang dipimpin Presiden RI Jokowi itu, disepakati beberapa agenda. Salah satunya adalah target suara 60 persen oleh relawan dan parpol koalisi paslon nomor urut 01 tersebut. 

“Saya sampaikan apa adanya, survei terakhir yang saya lakukan, sekarang kita baru mendapat 42 persen. Yang di sana (paslon dua) 54 persen. Hati-hati, tapi jangan pesimis. Saya yakin dengan militansi yang ada di Riau,” ungkap Jokowi.

Apalagi sudah adanya program strategi Tol Sumatera. “Di sini yang paling diuntungkan Riau. Kita selesaikan 2024,” janjinya seraya mengharapkan kepada masyarakat Provinsi Riau untuk meng-counter isu-isu seperti PKI, antek asing, isu agama. Karena hal ini tidak benar.

Ungkapan jujur Jokowi soal survei yang dilakukannya itu, jelas menjadi tantangan tersendiri bagi paslon Jokowi – Ma’ruf. “Sekarang kita baru mendapat 42 persen. Yang di sana (paslon dua, Prabowo Subianto – Sandiaga Uno) 54 persen,” katanya.

Jika itu dibiarkan, bukan tidak mungkin Jokowi – Ma’ruf akan mengalami kekalahan, seperti diprediksi CEO Polmark Indonesia Eep Saifulloh Fatah. Hasil Pilpres, Rabu, 17 April 2019: Jokowi – Ma’ruf 47,27%, Prabowo – Sandi: 52,73%. Prabowo – Sandi menang!

Hitungan Polmark tentunya tidak sembarangan. Ingatlah saat Pilkada DKI Jakarta pada 2017. Saat sebagian besar lembaga survei mengunggulkan paslon Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat, Eep justru memenangkan Anies Baswedan – Sandiaga Uno.

Dan, bukan tidak mungkin pula, hal ini akan berulang pada Pilpres 2019 nanti seperti prediksi Eep itu. Makanya, tidak salah jika belakangan ini di internal Tim Kampanye Nasional (TKN) paslon Jokowi – Ma’ruf bergulir wacana mengganti Ma’ruf Amin.

Apalagi, setelah Ma’ruf Amin kakinya sakit sehingga tidak bisa aktif berkampanye. Namun, kabarnya, upaya itu ditentang habis-habisan oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan Ma’ruf Amin sendiri. Konon, calon penggantinya adalah Ahok.

Pasalnya, mantan Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta itu akan bebas dari hukuman pada 24 Januari 2019 mendatang. Bahkan, Ahok sendiri pernah menyatakan akan memberi kejutan saat bebas nanti. Apakah mau mengganti Ma’ruf Amin?   

Melansir Tribunpontianak.co.id, Selasa (11/12/2018), Ahok sudah ditahan sejak 9 Mei 2017. Ia harus menjalani vonis 2 tahun penjara dalam kasus penodaan agama. Kini, masa hukuman Ahok akan segera berakhir. Ia diperkirakan bebas pada 24 Januari 2019.

Ahok akan keluar dari balik jeruji besi pada 24 Januari 2019 jika mendapatkan remisi satu bulan pada hari Raya Natal 2018. Ahok telah diusulkan untuk mendapatkan remisi tersebut. Surat keputusan (SK) soal usulan remisi akan terbit pada 25 Desember 2018.

Pada 25 Desember 2018 ini diusulkan untuk mendapat remisi Natal sebulan. Ahok diusulkan mendapatkan remisi karena masa hukumannya sudah lebih dari enam bulan. Selama ini Ahok juga berkelakuan baik dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam 6 bulan terakhir.

Pengurangan menjalani masa pidana yang akan diusulkan kepada Ahok bisa diberikan jika Ahok sampai waktu yang telah ditetapkan konsisten menaati segala peraturan selama masa pidananya (berkelakuan baik).

Pemotongan masa tahanan pada Natal 2018 merupakan remisi ketiga yang diperoleh Ahok. Ia sebelumnya pernah mendapat remisi Natal 2017 selama 15 hari dan remisi pada 17 Agustus 2018 selama dua bulan.

Sehingga, total remisi yang diperoleh Ahok yakni 3 bulan 15 hari. Dengan total remisi itulah, Ahok diperkirakan akan bebas pada 24 Januari 2019. Menurut Ima Mahdiah, salah satu staf Ahok, Ahok tengah menyiapkan kejutan yang akan ia berikan setelah bebas nanti.

Ima tidak mau merinci kejutan yang disiapkan Ahok. Ima menyebut Ahok memintanya tidak membocorkan kejutan itu. “Tunggu kejutannya aja,” ujar Ima. Akankah mengganti Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi?

Bersamaan dengan kejutan yang diberikan, kata Ima, Ahok akan menyampaikan rencana jangka panjang yang akan dilakukan pasca-bebas, termasuk soal keputusan apakah akan kembali berkecimpung di dunia politik atau tidak sama sekali.

Figur seperti Ahok sangat dibutuhkan Jokowi, seperti saat mereka sama-sama memimpin Jakarta. Makanya, wajar jika muncul kabar, lantaran Ma’ruf Amin tidak bisa diharapkan untuk menaikkan elektabilitas Jokowi, Ahok sangat dibutuhkan.

Tidak hanya itu. Kabarnya, amunisi Jokowi sekarang ini mulai “sekarat”, sehingga figur Ahok bisa menarik bantuan pendanaan dari China kembali. “Jokowi sudah habis-habisan, sehingga perlu dana segar dari China,” ungkap sebuah sumber.

Satu-satunya figur yang masih bisa dipercaya China adalah Ahok. “Jokowi tidak butuh ia harus menang. Yang dibutuhkan Jokowi sekarang ini support dana sehingga kampanyenya tetap bisa jalan,” lanjut sumber di kalangan Istana tadi.

***