Salah satu cara untuk menaklukkan corona adalah dengan vaksinasi dan pemerintah berusaha agar seluruh WNI diinjeksi pada tahun 2022. Tak heran vaksinasi massal makin gencar dilakukan agar Indonesia dapat keluar dari fase pandemi secepatnya.
Sudahkah Anda divaksin corona? Di masa pandemi, vaksinasi adalah syarat wajib, ketika akan bepergian dengan transportasi massal, bahkan saat akan tes CPNS juga harus menunjukkan kartu vaksin. Vaksin sudah digratiskan oleh pemerintah sehingga amatlah aneh ketika tidak ada yang mau disuntik dengan alasan ini dan itu.
Pada awal program vaksinasi nasional, injeksi hanya dilakukan di dalam Puskesmas. Hal ini menyebabkan kuota agak terbatas karena kapasitas gedung Puskesmas yang tidak terlalu besar. Antrian pendaftaran pra vaksin juga cukup panjang sehingga harus berhati-hati untuk menjaga jarak.
Untuk mencapai target tersebut maka diadakan vaksinasi massal. Presiden Jokowi memantau vaksinasi massal yang diadakan oleh BIN di Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Beliau ingin agar vaksinasi terus bergulir dan program vaksinasi massal adalah permintaan beliau sendiri, yang dilaksanakan oleh BIN.
Vaksinasi massal akan serentak diadakan di 10 provinsi di Indonesia, yakni di Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Ada 58.000 dosis vaksin yang disuntikkan pada vaksinasi massal ini dan masyarakat siap menyambutnya dengan gembira.
Saat ada vaksinasi massal tentu harus sesuai dengan protokol kesehatan dan jangan sampai menimbulkan kerumunan. Meminimalisirnya dengan cara pendaftaran via online, jadi sampai di tempat peserta tinggal menunjukkan fotokopi KTP dan KK, lalu duduk di tempat yang disediakan. Kursi juga berjarak 1 meter agar tidak berdesak-desakan. Dengan cara ini maka semuanya aman dari corona dan mendapatkan haknya untuk disuntik.
Mengapa harus vaksinasi massal? Pertama, jika hanya dilakukan di dalam Puskesmas, akan lama sekali selesainya. Oleh karena itu lokasi vaksinasi massal yang di aula atau lapangan, akan lebih memuat sampai ribuan orang. Tujuannya agar target vaksinasi selesai hanya dalam waktu 12 bulan (sebelumnya 18 bulan). Sehingga akan terbentuk herd immunity lebih cepat.
Vaksinasi harus berpacu dengan waktu karena virus covid-19 makin bermutasi. Jika awal tahun 2020 hanya ada covid-19 varian Alfa, maka ia bermutasi menjadi varian Beta, Gamma, dan saat ini Mu. Meski varian Mu belum masuk ke Indonesia, tetapi kita harus makin waspada. Ketika banyak yang divaksin dan mematuhi protokol kesehatan maka akan selamat dari ancaman corona varian apa saja.
Kedua, vaksinasi massal akan memulihkan ekonomi nasional. Saat semuanya sudah divaksin maka tidak ada yang kena corona lalu bekerja dengan gembira. Pabrik-pabrik akan beroperasi dengan lancar tanpa takut harus ditutup karena terbentuknya klaster corona di sana. Sehingga roda perekonomian negara bergulir lagi dengan sangat cepat.
BIN juga menyelenggarakan vaksinasi door to door untuk mendukung suksesnya vaksinasi nasional. Dengan metode ini maka akan makin banyak masyarakat yang mendapatkan haknya untuk divaksin, dan mereka yang diuntungkan karena tidak keluar biaya transportasi. Apalagi bagi warga yang menyandang disabilitas, vaksinasi door to door akan menolong mereka yang kesulitan mobilitasnya.
Vaksinasi massal adalah cara pemerintah untuk menghalau corona jauh-jauh dari Indonesia. Masyarakat senang karena makin cepat vaksinasi dilakukan maka makin cepat pula kekebalan kelompok akan terbentuk, sehingga bisa keluar dari status pandemi selekasnya. Mereka antusias mendaftar vaksinasi massal secara online dan mengantri dengan tertib. (Arif Rahman)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews