Jangan karena Tempe, Pedagang Pasar Tradisional Dibuat Resah

Rabu, 31 Oktober 2018 | 06:31 WIB
0
281
Jangan karena Tempe, Pedagang Pasar Tradisional Dibuat Resah
Sandiaga Uno/Tempo.co

Siapa sih yang tidak senang dan mengerumuni seorang lelaki muda, ganteng, dan kaya raya. Apalagi, dia adalah calon wakil presiden di Pilpres 2019. Meskipun hanya sebatas melihat, berjabat tangan, dan sesekali melakukan swafoto, kehadiran Sandiaga Uno membuat ibu-ibu rumah tangga atau yang beken disebut emak-emak mendekati mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini.

Apa yang dirasakan emak-emak, justru sebaliknya yang dirasakan para pedagang pasar tradisional. Mereka resah dengan cara berkampanye Sandiaga Uno. Karena di setiap kampanyenya, Sandi seringkali memainkan emosi pendukungnya bahwa harga-harga di pasar terus naik. Ada "tempe setipis atm", "belanja 100rb cuma dapat bawang" sampai "makan di Indonesia lebih mahal dari Singapura".

Keresahan juga disampaikan Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP) Abdul Rosyid, yang menyatakan kampanye Sandiaga Uno yang keluar masuk pasar justru membuat mereka merasa dipojokkan. Mereka jadi khawatir apa yang dilakukan Sandi, membuat masyarakat meninggalkan pasar tradisional dan akan beralih belanja ke pasar modern yang harganya sudah pasti.

Sebagai politisi, keluar masuk pasar tradisional adalah hal biasa, apalagi di tahun politik seperti sekarang ini. Pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak orang, sehingga merupakan wadah yang cocok untuk berkampanye.  Namun, apakah Sandi begitu memahami apa yang dikampanyekan seputar apayang keluhan emak-emak.

Mungkin tidak semua emak-emak memahami gejolak US Dollar terhadap Rupiah yang dampaknya  membuat bahan baku tempe melonjak naik. Namun, adakah solusi jitu dari Prabowo-Sandi yang bisa diberikan kepada ibu-ibu di pasar, bukan sekadar menakut-nakuti mereka.

Kalau sekadar menakut-nakuti ibu-ibu dan akhirnya mengalihkan pilihannya kepada pasangan Prabowo-Sandi, apakah akan ada jaminan Rupiah kembali perkasa, mungkin menjadi Rp.5000/USD.

Sepertinya sulit diwujudkan. Karena jika Rupiah kuat pun, dampaknya akan bisa lebih buruk, karena masyarakat kita yang terbiasa tinggi tingkat konsumerismenya, akan lebih memilih mengimpor segalaya dari luar  daripada harus memproduksi sendiri.

Jadi, jangan karena tempe semata, pedagang di pasar tradisional jadi semakin resah karena ditinggalkan pembelinya yang mayoritas ibu-ibu. Sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Sandiaga tak elegan jika justru membuat pedagang pasar tradisional menjadi resah. 

***