Siapa sih yang tidak senang dan mengerumuni seorang lelaki muda, ganteng, dan kaya raya. Apalagi, dia adalah calon wakil presiden di Pilpres 2019. Meskipun hanya sebatas melihat, berjabat tangan, dan sesekali melakukan swafoto, kehadiran Sandiaga Uno membuat ibu-ibu rumah tangga atau yang beken disebut emak-emak mendekati mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini.
Apa yang dirasakan emak-emak, justru sebaliknya yang dirasakan para pedagang pasar tradisional. Mereka resah dengan cara berkampanye Sandiaga Uno. Karena di setiap kampanyenya, Sandi seringkali memainkan emosi pendukungnya bahwa harga-harga di pasar terus naik. Ada "tempe setipis atm", "belanja 100rb cuma dapat bawang" sampai "makan di Indonesia lebih mahal dari Singapura".
Keresahan juga disampaikan Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP) Abdul Rosyid, yang menyatakan kampanye Sandiaga Uno yang keluar masuk pasar justru membuat mereka merasa dipojokkan. Mereka jadi khawatir apa yang dilakukan Sandi, membuat masyarakat meninggalkan pasar tradisional dan akan beralih belanja ke pasar modern yang harganya sudah pasti.
Sebagai politisi, keluar masuk pasar tradisional adalah hal biasa, apalagi di tahun politik seperti sekarang ini. Pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak orang, sehingga merupakan wadah yang cocok untuk berkampanye. Namun, apakah Sandi begitu memahami apa yang dikampanyekan seputar apayang keluhan emak-emak.
Mungkin tidak semua emak-emak memahami gejolak US Dollar terhadap Rupiah yang dampaknya membuat bahan baku tempe melonjak naik. Namun, adakah solusi jitu dari Prabowo-Sandi yang bisa diberikan kepada ibu-ibu di pasar, bukan sekadar menakut-nakuti mereka.
Kalau sekadar menakut-nakuti ibu-ibu dan akhirnya mengalihkan pilihannya kepada pasangan Prabowo-Sandi, apakah akan ada jaminan Rupiah kembali perkasa, mungkin menjadi Rp.5000/USD.
Sepertinya sulit diwujudkan. Karena jika Rupiah kuat pun, dampaknya akan bisa lebih buruk, karena masyarakat kita yang terbiasa tinggi tingkat konsumerismenya, akan lebih memilih mengimpor segalaya dari luar daripada harus memproduksi sendiri.
Jadi, jangan karena tempe semata, pedagang di pasar tradisional jadi semakin resah karena ditinggalkan pembelinya yang mayoritas ibu-ibu. Sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Sandiaga tak elegan jika justru membuat pedagang pasar tradisional menjadi resah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews