Jangan kau kecewakan aku lagi/Aku nggak mau menderita lagi/Kalau ingkari janji.
Aku nggak mau kebawa emosi/Jangan biarkan aku sakit hati/Karna ingkari janji
--Slank, "Orkes Sakit Hati"
Di luar hujan deras mengguyur. Volume laptop saya kencangi. Mungkin ini saat saya paling menikmati lagu Slank, "Orkes Sakit Hati."
Kaki saya bergoyang-goyang, memukul-mukulkan telapak kepada lantai, kepala mengangguk-angguk seturut ketukan ritmik lagu.
Andai ada cermin di hadapan, mungkin akan tampak kepada saya bayangan diri sendiri serupa hiasan boneka anjing karet dengan kepala bergerak-gerak yang biasanya ada pada dashboard mobil.
"Orkes Sakit Hati" terasa sangat bernyawa jika didengarkan sambil membaca berita pernyataan sejumlah politisi Partai Demokrat. "Feel-nya dapet," meniru komentar Maia "Mussry" Estianty saat menjuri di Indonesian Idol. "Kamu menjiwainya dan bisa menyampaikan pesannya dengan sangat baik, membuat kita turut bergoyang," timpal Ari Lasso.
"Jadi kami Partai Demokrat juga bertanya, kalian Gerindra kan juga pernah berjanji ke kami. Sudah kalian penuhi belum janji-janji kalian itu." Kader Partai Demokrat, Jansen Sitindaon meluapkan keluhan plus kemarahannya.
Wasekjend Partai Demokrat Andi Arief mencicitkan pernyataan serupa, menyinggung banyak janji Prabowo kepada SBY dan Partai Demokrat yang belum dipenuhi. Demikian pula perpanjangan mulut AHY sebagai Ketua Kogasma, Putu Supadma Rudana.
Maka terkuaklah kepada publik skandal janji tak terbayar ini.
Sandiaga Uno boleh-boleh saja mencoba menetralisir keadaan, mengatakan jika janji itu terkait kampanye bareng Sandiaga Uno dan AHY. Namun mana bisa publik percaya?
Bukankah persoalan ini berangkat dari tuntutan Gerindra agar SBY dan AHY ikut berkampanye untuk Prabowo-Sandiaga? Mengapa kini dibalik jadi Partai Demokrat yang mengejar-ngejar Sandiaga agar bisa kampanye bareng AHY.
Apapun alasan Sandiaga Uno dan kader-kader Gerindra, publik sudah terlanjur tahu bahwa ternyata Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno penuh janji yang belum ditepati.
Jangan salahkan Partai Demokrat, menuding mereka sebagai "mulut ember" pembocor rahasia rumah tangga koalisi. Rahasia ini tak akan terbongkar jika Gerindra tidak terus menekan Partai Demokrat.
Pernyataan Sekjed Gerindra Ahmad Muzani yang menyinggung SBY dan AHY belum penuhi janji mengkampanyekan Prabowo dan Sandiaga ternyata menjadi tindakan menepuk air di dulang, wajah belepotan cipratan deh.
Sekarang masyarakat mengerti, Gerindra yang selalu berkoar-koar menuding Presiden Joko Widodo tidak menepati janji kampanye kepada rakyat, ternyata adalah pelanggar janji itu sendiri.
Sungguh saya berempati kepada Partai Demokrat yang selama ini terus dipojokkan, dikesankan tidak punya komitmen dan suka ingkar janji. Saya bisa memahami mengapa mereka akhirnya marah juga.
Tetapi saya harus jujur mengakui juga merasa gembira. Ibarat emak-emak kelompok arisan yang akhirnya tahu jika teman mereka yang senang berdandan glamour, pamer pakaian dan perhiasan ternyata konsumen barang KW kreditan, kerab ditunggak pula cicilannya. Begitu pula yang saya rasakan setelah tahu Partai Gerindra yang senang menuding Joko Widodo ingkar janji ternyata pada dirinya sendiri banyak menempel utang janji.
Demikianlah dampak dari tindakan yang SBY sebut sembrono itu. Bukannya citra Partai Demokrat yang jadi buruk, justru Gerindra yang kelabakan sendiri.
Ungkapan elit-elit Partai Demokrat soal janji Prabowo dan Sandiaga kepada SBY dan Partai Demokrat ini barulah tamparan pertama dari 3 tamparan yang dilayangkan Partai Demokrat kepada Gerindra dalam pekan ini.
Dengan peristiwa ini, mungkinkah luka yang tertoreh pada kedua parpol bisa sembuh dan masing-masing pihak bertindak seolah-olah tak terjadi apa-apa? Bisakah elit-elit Gerindra menuruti saran SBY agar mawas diri dan mengubah perilakunya?
Atau inikah gejala berakhirnya koalisi Gerindra dan Partai Demokrat? Akankah Gerindra masih berharap lebih dari Partai Demokrat selain tanda tangan Ketua Umum dan Sekjend pada berkas pendaftaran capres-cawapres ke KPU dahulu?
Sumber:
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews