Koalisi Adil Makmur yang digawangi Partai Gerindra belakangan ini kerap kali diterpa isu keretakan. Mulai dari jatah kursi wakil gubernur yang dijanjikan kepada PKS sampai dengan menagih janji Demokrat untuk setia dengan kesepakatan mempromosikan Parabowo Sandi sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden yang sama-sama mereka usung.
Tapi, namanya koalisi dalam politik tentu ada hitung-hitungannya. Tidak ada makan siang gratis. Begitu juga jika Gerindra menuntut agar Demokrat ikut berkampanye bagi ketumnya itu. Demokrat dianggap mendukung setengah hati karena ketinggalan momentum.
Meskipun berada dalam gerbong terakhir koalisi. Demokrat masih punya gigi. Tak bisa disepelekan lho sosok jendral bintang empat yang dua kali menduduki kursi empuk istana.
Kata orang SBY bisa memimpin negeri ini selama dua periode hanya kebetulan saja. Hanya kemujuran saja.
Tapi, kalau kita menyimak cerita-cerita Dahlan Iskan di Pepnews.com tentang kesuksesan Rusto's Tempeh si Raja Tempe asal Jepang atau ibu Nurhayati yang menjadi miliyuner karena Wardah, tidak ada yang dibangun karena kebetulan. Kesuksesan mereka dibangun dari mimpi, kerja keras dan pengorbanan.
Saya pun percaya bahwa buah kemenangan selama dua periode SBY bukan soal kebetulan, bukan karena Dewi Fortuna semata, tapi karena kerja keras dan pengorbanannya. Momentum yang tepat itu hanya buah dari doa dan usahanya.
Maka, jika Demokrat benar serius untuk mempersiapkan AHY sebagai pemimpin masa depan tentu bukan hanya pengorbanan saja yang harus diberikan, tapi juga usaha dan kerja keras.
AHY yang rela memupus impiannya tentu harus punya hitung hitungan. Demokrat pun demikian. Melihat seberapa gregetnya koalisi Adil Makmur saat ini, Demokrat pantas untuk menata diri dan berhitung, apanya yang bisa mereka dapatkan?
Prabowo seperti sudah ogah-ogahan menjadi calon presiden. Sudah lelah katanya. Sandiaga sudah habis-habisan mengeluarkan "amunisi" kampanye. Bahkan keduanya seperti berjalan sendiri sendiri. Sampai sampai rakyat menduga kalau yang nyapres itu Sandi, bukan Prabowo.
Jangan tanya PKS apalagi PAN. PKS masih sibuk mengamankan jabatan serta nasib organisasinya yang diambang perpecahan. Kader-kadernya mogok dan membuat gerakan baru.
PAN masih sibuk promo film Hanum dan Rangga demi gengsi tak mau kalah dengan film si penista agama. Sampai sampai mengeluarkan instruksi nobar film Hanum dan Rangga demi mendongkrak jumlah penonton.
Potret koalisi seperti ini agaknya memang bikin baper. Siapa yang kerja, siapa yang kampanye, siapa yang menikmati nanti. Apalagi jika ujungnya dianggap si bungsu, dalam koalisi karena paling akhir bergabung. Bisa-bisa hanya dapat remah-remah rengginang saja.
Demokrat perlu bertanya pada hati sanubarinya sendiri. Koalisi Adil Makmur sudah tak bisa diharapkan. Apalagi kini yang kerap kali disudutkan tak memiliki kontribusi.
Ah, sudahlah. Mending segera move on. Dalam politik harus ada hitung-hitungan cermat dan tepat. Tanpa harus malu mengakui kesalahan. Daripada harus terjerumus dalam lubang yang sama. Tul ndak?
Masih ada waktu mengalihkan dukungan. Bukan hanya demi masa depan partai, tapi demi masa depan AHY, sang putra mahkota, yang disia-siakan koalisi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews