Anggota DPR kalau di apresiasi karena kinerjanya baik, pasti partainya juga akan di apresiasi, begitu juga sebaliknya.
Ribka mendadak viral, dan masuk trending topic, dibicarakan dimana-mana. Stigma sebagai anak PKI hilang begitu saja, para oposisi dan pembenci Ribka dan PDIP, tiba-tiba mengidolakannya.
Ribka dianggap menyuarakan aspirasi mereka. Inilah uniknya rakyat 62+, yang sangat mudah berubah sikapnya, asal dianggap satu suara dengan mereka, pasti dijadikan idola.
PDIP pun ketiban pulung akibat ulah Ribka, yang secara frontal berani menolak vaksinisasi yang dilakukan Pemerintahan Jokowi. PDIP yang tadinya di cap sebagai partai yang menampung anak PKI, tidak lagi dibenci oleh pembenci PKI.
Ribka yang sangat arogan saat berhadapan dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR, yang dianggapnya bukanlah dari dunia kedokteran, dan kurang memiliki kapasitas sebagai Menkes, seakan-akan dia ingin mengatakan dirinya lebih layak di posisi itu.
Karena itulah pada akhirnya Ribka menjadi idola baru para pembenci Pemerintah, yang idolanya gagal di Pilpres. Mereka tidak lagi mempersoalkan Ribka anak PKI atau bukan, yang penting Ribka sudah mewakili mereka untuk menolak Vaksin.
Lihatlah mereka yang congornya suka celamitan, riang gembira menerima kehadiran Ribka dipanggung politik Nasional, dan Ribka pun menjadi Jumawa karena pujian. Padahal sekian lama dia didera caci-maki sebagai anak PKI.
Anggota Fraksi PDIP DPR RI, TB Hasanuddin, mengatakan bahwa pernyataan Ribka itu bukan sikap atau pendapat fraksi maupun partai. Melainkan merupakan pernyataan dan sikap yang bersangkutan secara pribadi.
Gimana mau di bilang pendapat pribadi, kehadirannya di DPR itu mewakili Partai, terlepas dia menyuarakan kepentingan rakyat, tapi tetap saja sikap dan perilakunya tidak bisa di lepaskan dari partai yang mendukungnya.
Anggota DPR kalau di apresiasi karena kinerjanya baik, pasti partainya juga akan di apresiasi, begitu juga sebaliknya. Partai jangan cuma terima baiknya saja, buruknya kader partai di DPR pun adalah buah pendidikan partai.
Baca Juga: Gara-gara Ribka Seorang Rusak Susu Sebelanga
Ribka tidak pernah pusing dengan stigma Anak PKI, dan bahkan dia bangga sebagai anak PKI, buktinya dia menuliskan itu dalam bukunya, "Aku Bangga Jadi Anak PKI". Setelah masalah vaksin ini selesai, dia kembali dibenci oleh para idola barunya, dia pun tidak akan mempersoalkannya saya rasa.
Atau bisa jadi orang-orang yang dulunya membenci dia sebagai anak PKI, malah sadar kalau Ribka memang pantas diidolakan, sehingga mereka tidak lagi peduli pada akhirnya dengan siapa Ribka.
Selamat deh buat Ribka yang sudah menjadi idols baru para oposisi, dan para pembenci pemerintah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews