Zaiful Bokhari Ambil Langkah Cerdas di Tengah Pagebluk Virus Corona

Di tengah-tengah “pagebluk” (wabah –Jawa) ini, semua elemen masyarakat sebaiknya menahan diri dengan tidak menebar kegaduhan, apalagi membuat manuver politik.

Jumat, 17 April 2020 | 07:07 WIB
0
160
Zaiful Bokhari Ambil Langkah Cerdas di Tengah Pagebluk Virus Corona
Zaiful Bukhori (Foto: Dok. pribadi)

Bupati Lampung Timur Zaiful Bokhari yang secara cepat dan cerdas merespon wabah virus corona (corona virus disease 2019/covid-19) dengan menyiapkan dana tanggap darurat Rp56 miliar bagi warganya banyak yang memujinya.

Alasan warga masyarakat memuji Bang Ipul –sapaan Zaiful Bokhari karena dengan dana tanggap darurat yang disediakan secara cepat berarti dia menunjukkan kesungguhannya dalam melayani dan melindungi keselamatan segenap warganya dari wabah penyakit menular yang belum ada vaksinnya ini.

Dengan menyediakan dana tanggap darurat berarti Bang Ipul telah menunjukkan kepeduliannya akan keselamatan dan kesehatan warganya di atas kepentingan politik, apalagi kepentingan tersembunyi lainnya.

Bang Ipul kelihatannya tidak mau mengambil risiko lebih besar lagi dengan mengambil langkah lamban menyediakan dana tanggap darurat. Apalagi, Lampung Timur yang dia pimpin memiliki potensi besar untuk tertular virus corona mengingat daerah ini menjadi pelintasan manusia dan barang dari kawasan Pelabuhan Bakauheni di ujung selatan Lampung menuju kawasan utara pulau Sumatera.

Lampung Timur juga berpotensi tertular corona secara serius, karena daerah ini memiliki jumlah pekerja migran terbesar di Provinsi Lampung. Menurut data Dinas Koperasi dan Tenaga Kerja Lampung Timur, sampai Mei 2019, jumlah pekerja migran di daerahnya mencapai 5000-an orang.

Pekerja migran ini mayoritas bekerja di sektor rumah tangga dengan negara tujuan seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, Saudi Arabia, Taiwan, Uni Emirat Arab, dan Brunei, yang belakangan juga menjadi korban wabah corona.

Dengan peta pekerja migran yang demikian, Bang Ipul sudah pada jalan yang benar jika memberi atensi serius kepada warganya agar corona tidak mewabah di daerahnya, mengingat wabah corona di Indonesia adalah hasil impor dari luar negeri. Kantung-kantung yang memiliki penduduk dengan mobilitas ke luar negeri berpotensi tinggi membawa penularan.

Langkah Bang Ipul menyiapkan anggaran miliaran rupiah kemudian dilanjutkan dengan gerakan pencegahan melalui gugus tugas sama artinya dengan menyelamatkan nyawa manusia dan kehidupan kolektifnya.

Sungguh sedih jika sampai langkah penanganan virus corona dijalankan terlambat di Lampung Timur yang merupakan kawasan wisata alam dengan Taman Nasional Way Kambas dan satwa gajah Lampung-nya ini. Sektor wisata alam yang juga memberi kontribusi bagi perekonomian bisa mendeg dalam tempo lama.

Apalagi jika sampai virus corona menjangkiti warganya, potensi pekerja migran Indonesia dari Lampung Timur juga bisa terganggu. Padahal pekerja migran Indonesia asal Lampung Timur termasuk paling disukai majikannya, karena mereka rajin, jujur, pekerja keras, dan taat hukum di negeri orang.

Sudah sepantasnya jika warga masyarakat Lampung Timur juga merespon kebijakan Bupati secara positif dengan menaati etika bersosial untuk mencegah virus corona mewabah.

Kalangan politisi juga sebaiknya tidak membuat manuver yang tidak perlu yang tujuannya hanya mengganggu langkah-langkah Bang Ipul dalam melindungi keselamatan warganya dari ancaman penyakit menular.

Bahwa Lampung Timur sedang akan menghadapi gelaran politik pemilihan kepala daerah 2020, bukan berarti wabah virus corona juga dijadikan manuver politik untuk mengganggu kinerja Bang Ipul yang telah menganggarkan puluhan miliar untuk membasmi virus corona ini.

Di tengah-tengah “pagebluk” (wabah –Jawa) ini, semua elemen masyarakat sebaiknya menahan diri dengan tidak menebar kegaduhan, apalagi membuat manuver politik untuk mencari keuntungan politik dalam kesusahan umat manusia.

Mereka yang menghambat penanganan virus corona dengan berbagai manuvernya kelak akan dihukum oleh warga masyarakat dalam pemilihan umum. Rakyat bukan lagi orang bodoh. Mereka akan melihat siapa yang bekerja melayani dan siapa yang hanya berteriak-teriak membuat gaduh politik. 

 Krista Riyanto, Penulis dan anggota Dewan Riset Daerah (DRD)

***