Dalam pasar modal atau saham ada yang namanya sentimen negatif atau sentimen positif yang akan mempengaruhi pasar atau market.
Sentimen negatif akan membuat pasar saham menjadi turun atau merah atau jenuh beli (bearish). Sentimen negatif dalam pasar modal atau saham biasanya dipengaruhi di antaranya: inflasi yang tinggi, dana asing keluar dari market atau pasar saham, cadangan devisa menurun, defisit transaksi berjalan yang makin membesar, atau dipengaruhi oleh faktor global yang negatif.
Sentimen positif kebalikannya dari sentimen negatif yaitu pasar saham makin bergairah dan saham-saham naik atau menghijau (bullish). Sentimen positif juga dipengaruhi oleh: inflasi terkendali,dana asing mengalir atau masuk ke pasar saham, cadangan devisa naik dan faktor global juga positif.
Jadi dalam pasar modal atau saham sentimen negatif atau positif adalah hal yang wajar atau biasa. Pasar atau market bisa naik dengan cepat dalam hitungan detik dan menit karena dipengaruhi isue sentimen positif. Tetapi market atau pasar juga bisa turun atau jatuh dengan cepat karena dipengaruhi isue sentimen nagatif.
Nah, dalam pilpres 2019 pasangan capres-cawapres juga dipengaruhi oleh isue-isue positif dan negatif. Sentimen negatif akan mempengaruhi elektabiltas capres-cawapres yang bisa merugikan. Karena elektabilitasnya akan turun. Begitu juga sebaliknya, sentimen positif bisa merimbas dengan naiknya atau meningkatnya tingkat elektablitas bagi capres-cawapres.
Capres yang banyak mendapat isue-isue sentimen negatif adalah Jokowi atau petahana.
Kenapa tingkat elektabilitas Jokowi-Makruf Amin susah naik atau cenderung stagnan atau kalau dalam pasar saham namanya bearish atau jenuh beli, padahal Jokowi sang petahana?
Karena Jokowi lebih sering atau banyak mendapat serangan isue-isue sentimen negatif. Seperti: Anti Ulama atau Islam, Isue PKI, tenaga kerja asing atau china membanjiri Indonesia, atau berita-berita hoax lainya. Dan isue-isue negatif itu manjur atau cespleng untuk menggerus elektablitas petahana atau minimal elektablitasnya menjadi tersendat atau stagnan.
Sebenanrnya isue-isue itu sudah ada dari pilpres 2014. Dan masyarakat percaya terhadap isue-isue sentimen negatif tersebut. Bahkan bukan masyarakat yang pendidikan rendah saja,tetapi malah yang berpendidikan tinggi seperti: guru, dosen dan profesi lainnya. Berita hoax menjadi santapan atau sarapan di pagi hari, tanpa mau melakukan check and re-check atau tabayyun terlebih dahulu. Akal sehatnya dikalahkan oleh perasaannya atau kebenciannya.
Capres Jokowi atau petahana juga rentan atau tidak kebal terhadap isue atau sentimen negatif. Kalau diibaratkan, capres Jokowi ini imun tubuhnya atau penangkal kekebalan tubuhnya sangat lemah. Dan klarifikasi-pun juga tidak bisa meredakan isue atau sentimen-sentimen negatif itu,justru virus itu makin liar dan menggerogoti dirinya.
Hampir mirip dengan penyakit,kalau sudah akut atau stadium tertentu susah untuk diobati, malah menjalar kemana-mana. Yang bisa dilakukan capres Jokowi hanya dengan bertahan dengan sesekali melakukan serangan balik. Atau dengan counter berita-berita positif supaya sentimen negatif itu tidak semakin liar.
Sedangkan capres Prabowo Subianto termasuk kebal terhadap isue-isue atau sentimen negatif. Berita atau isue se-negatif apapun tidak akan mempengaruhi elektabilitas capres Prabowo. Ia seakan kebal dengan virus atau sentimen negatif. Malah berita-berita negatif yang menyerang yang bersangkutan itu bisa berubah menjadi positif. Seakan capres Prabowo mempraktekan ilmu matematika yaitu negatif (-) x negatif (-) menjadi positif. Dan bisa dikonversi dengan naiknya elektablitas capres Prabowo.
Pendukung pasangan 02 ini terkenal dengan militansinya. Berita-berita negatif kepada capresnya tidak akan merubah pilihannya. Malah menjadikan mereka semakin kuat dan melekat satu sama lain.
Beda dengan pendukung capres Jokowi yang mudah terpecah-pecah kalau sudah kecewa atau dikecewakan. Justru terkadang saling serang atau saling olok-olok diantara mereka sendiri. Pendukung capres Jokowi yang sangat militan justru dari kalangan wanita atau perempuan. Mereka berani serang menyerang di medsos, yang laki pada ngaciir.
Itulah sekilas gambaran kenapa capres Jokowi elektabilitasnya cenderung stagnan/bearish atau malah turun. Cara terbaik untuk memenangkan Jokowi dengan bertahan sampai hari H atau pencoblosan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews