Dulu Kritik Ahok Soal Rendahnya Serapan Anggaran, Kini Anies Kena Batunya

Selasa, 13 November 2018 | 09:03 WIB
0
295
Dulu Kritik Ahok Soal Rendahnya Serapan Anggaran, Kini Anies Kena Batunya
Anies Baswedan (Foto: Tribunnews.com)

Rendahnya serapan alokasi belanja DKI Jakarta tahun 2018 menjadi berita. Total alokasi belanja DKI Jakarta 2018 Rp75 trilyun, yang terserap baru Rp41 trilyun atau 54,7%.

Padahal dulu dalam debat pilkada DKI, Gubernur Anies Baswedan menjadikan serapan alokasi belanja yang rendah pada era gubernur Basuki Tjahaja Purnama menjadi senjata atau kritikan kepada petahana.

Akan tetapi setelah Anies Baswedan menjadi gubernur, masalah serapan alokasi belanja yang rendah terulang kembali dan seakan Anies Baswedan sekarang mengkritik dirinya sendiri.

Anies Baswedan sekarang bukan dalam tataran teori tetapi harus bisa melaksanakan atau merealisasikan janjinya terkait masalah rendahnya serapan alokasi belanja DKI Jakarta. Tidak bisa lagi ngeles-ngeles lagi, apa bedanya dengan gubernur sebelumnya kalau hanya pintar ngeles atau berdalih.

Anies Baswedan berdalih, rendahnya serapan alokasi belanja disebabkan berbelit-belitnya proses pembayaran. Dan kontraktor sering menagih pembayaran di akhir tahun daripada menagih tiap termin tiga bulan.

"Kenapa bisa terjadi? Rupanya untuk mengurus pembayaran itu prosesnya berbelit, sehingga yang mengerjakan memilih menagihnya di ujung saja, sekaligus, daripada menagih tiap tiga bulan," dalih Anies Baswedan menanggapi rendahnya serapan anggaran,di kawasan Sungai Ciliwung, Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (11/11/2018).

Padahal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sekarang adalah SKPD di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Dan dulu kinerjanya sangat bagus. Sebagai contoh Dinas Sumber Daya Air, era gubernur Ahok serapan anggaran mencapai 96%, sekarang serapan Dinas Sumber Daya Air paling rendah di antara Dinas yang lain. Apalagi serapan antisipasi banjir sepertinya tidak ada. Baru terserap 29,9%.

Apalagi sekerang sudah musim hujan dan sebagian wilayah DKI Jakarta ada yang banjir. Dan gubenur Anies Baswedan memberikan solusi membuat drainase vertikal.

Drainase vertikal tidak akan sanggup untuk menampung atau menyerap luapan banjir. Drainase vertikal itu bukan program seorang gubernur, tapi program RT/RW atau setingkat kelurahan.M asak level gubernur programnya drainase vertikal.

Terus apa gunanya gubernur Anies Baswedan membentuk Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) kalau ternyata serapan alokasi rendah? Bukankah tujuan dibentuknya TGUPP adalah untuk membantu kerja gubernur dan membenahi masalah-masalah atau kendala-kendala rendahnya serapang alokasi belanja?

Harusnya gubernur Anies Baswedan bisa menekan atau memberikan solusi kepada SKPD untuk bisa menyerap alokasi belanja tersebut. Programnya harus jelas.Sudah bukan waktunya lagi berteori.

Ini daftar dari Dinas yang serapannya paling rendah:

Dinas Sumber Daya Air (SDA): 29,9%
Dinas Pemuda dan Olahraga: 41,8%
Dinas Bina Marga: 44,4%
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan: 46,6%
Badan Pengelola Aset Daerah: 50,4%
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan: 54,2%
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo: 55,3%

Dulu kau mengkritik terkait rendahnya alokasi belanja atau anggaran, sekarang baru kau rasa, ternyata tidak mudah menjadi seorang gubernur.

Tapi kursi gubernur sangat empuk memang.

***