Saya mengapresiasi kesuksesan Kabin Budi Gunawan, yang berpeluang diberi porsi lebih tinggi di Kabinet medatang jadi Menkopolhukam.
Informasi rencana pertemuan dua tokoh utama dua capres Pak Jokowi dan Prabowo sudah bergulir beberapa hari terakhir. Tiupan rekonsiliasi lebih kuat dari kubu Jokowi yang dinyatakan menang oleh KPU dan MK, akhirnya terjadi juga di wilayah netral MRT.
Tidak sulit menduga, arsitek pertemuan adalah Kabin, Jenderal Pol (Pur) Budi Gunawan, yang nampak terekam di belakang dua tokoh saat pertemuan terjadi. Juga nampak Menhub, Sekkab, serta Ketua TKN, Eric Tohir serta Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani.
Sebenarnya pertemuan itu hal yang lumrah, tapi pendukung kubu 02 yang hingga pengumuman MK masih menunjukkan sikap belum puas. Konsep pertemuan lebih kepada damai politik antara PDIP dengan Gerindra dengan mempertemukan dua patron Jokowi dan Prabowo.
Sebagai pemenang pilpres, Jokowi menginginkan bersama membangun dalam 5 tahun ke depan. Sementara ada pendukung Prabowo yang masih berharap sesuatu celah untuk menang, militansi dan fanatisme yang ada tidak bekembang karena aparat keamanan makin tegas dalam bersikap.
Akhirnya kekuatan politik murni kubu 02 yang lebih unggul karena memang ini wilayah politik. Di sinilah peran intelijen (Kabin) mampu menjadi arsitek, melakukan negosiasi dengan pihak Gerindra, khususnya Prabowo.
Pertemuan jelas menurunkan tensi politik karena umumnya yang mewakili 02 tetap keras. Prabowo sebagai mantan TNI jelas faham bagaimana harus bersikap saat memainkan perannya.
Sambutannya saat bersama Jokowi, wise dan menyejukkan, ditegaskannya tidak ada istilah Cebong dan Kampret lagi, yang ada merah putih. Demikian juga pak Jokowi nampak berbahagia saat pertemuan.
Masyarakat gembira, melihat keakraban keduanya, lebih-lebih setelah keduanya berpelukan. Tetapi di lain sisi ada yang tidak faham dengan pragmatisme politik, rasanya kalau sudah jadi lawan seterusnya harus jadi musuh sebelum cita-citanya tercapai. Kepentingan politik jelas berbeda dengan pesaingan untuk mengganti ideologi, Jokowi dan Prabowo sama-sama nasionalis, berpegang pada Pancasila.
Nah, yang tidak puas dengan pertemuan adalah persaudaraan 212, menyatakan tidak akan bersama Prabowo lagi. "Secara pribadi istilah sepakat akhiri cebong dan kampret itu, istilah buat Prabowo sendiri, kami bukan bagian dari apa yang Prabowo atau Jokowi sebut, karena buat kami perjalanan perjuangan ini harus berlanjut," kata juru bicara PA 212 Habib Novel Bamukmin kepada wartawan, Sabtu (13/7/2019).
Baca Juga: Dua Pidato Satu Tujuan
Strategi Kepala BIN cukup ampuh karena berhasil memecah kekuatan antara parpol di koalisi Gerindra dengan pendukung fanatisnya yang bisa menjadi duri di waktu mendatang. Legitimasi pendukung 02 semacam 212 kini menjadi lemah dan akan terbatas ruang geraknya, mudah dinetralisir. Bargaining Habib Rizieq Shihab yang ditiupkan syarat rekonsiliasi dalam dunia politik jadi menurun dan bisa nihil.
Saya mengapresiasi kesuksesan Kabin Budi Gunawan, yang berpeluang diberi porsi lebih tinggi di Kabinet medatang jadi Menkopolhukam. Selamat kepada Pak Jokowi, jaya di Pilpres, jaya di KTT G-20, kini jaya bersama Prabowo. Alhamdulillah.
Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews