Fitrah manusia mengimani kekuasaan dan keberadaannya, juga mengimani apa pun yang terjadi dimuka bumi ini tidak terlepas dari campur tangannya.
Nilai manusia itu bukan terletak pada tingginya jabatan, tinggi jabatan tidak memiliki kehormatan, tidak akan memberikan nilai apa-apa. Yang terpenting seberapa besar bisa memberikan manfaat kepada orang lain, maka disitulah nilai kehormatannya.
Aneh kalau ada yang bersusah payah untuk menjadi Presiden hanya atas dasar ingin mengabdi kepada Bangsa dan Negara. Padahal kalau sudah bisa menjadi pengusaha sukses saja akan lebih bisa mengabdi kepada Bangsa dan Negara.
Sejahterkan saja karyawan yang bekerja diperusahaannya, pastinya hal tersebut sudah mengurangi beban negara. Kalau mensejahterakan karyawan saja belum bisa, bagaimana mungkin mau mengemban tugas negara yang tanggung jawabnya lebih berat dari mengurus perusahaan.
Syukuri saja apa yang sudah diperoleh, berikan manfaat kepada orang lain lebih banyak ketimbang pada diri sendiri, dengan Cara itulah Tuhan akan menjaga rezeki yang diperoleh. Berpikir yang realistis, yang sesuai dengan jangkauan dan kemampuan.
Tuhan mengangkat derajat seseorang tentu ada alasannya, bahkan Takdir baik yang kita terima pun atas dasar perbuatan baik yang sudah kita lakukan. Tidak tiba-tiba Tuhan mengangkat derajat manusia, semua melalui proses yang memang sudah sesuai dengan kehendak-Nya.
Manusia boleh saja punya kehendak, tapi Tuhan Maha Berkuasa atas Kehendaknya, tidak satupun manusia bisa memaksakan kehendaknya atas kehendak Tuhan. Yang merasa dekat saja dengan Tuhan tidak serta merta Tuhan harus menuruti Kehendaknya.
Apa lagi yang cuma sok kenal sok dekat dengan Tuhan, yang cuma butuh Tuhan disaat lagi ada maunya. Kenallah sifat-sifat Tuhan, dan fahami keterbatasan manusia, dengan begitu hidup ini tidak banyak menuntut, tahu batas kemampuan dan sadar dan mengimani kekuasaan-nya.
Banyak kok orang-orang yang cuma punya profesi sederhana, tapi pengabdiannya pada bangsa dan negara luar biasa. Tidak harus memaksa jadi Presiden, mereka tetap bisa dengan segenap tenaga menyumbangkan tenaga dan pikirannya pada negara.
Itu kalau benar-benar cuma ingin mengabdikan diri kepada Bangsa dan Negara. Lain halnya kalau ingin menjadi Presiden itu hanya untuk berkuasa. Jabatan itu hanya titipan, yang diposisikan sebagai pengabdian, bukan pemegang kekuasaan.
Menjadi Presiden itu bukanlah menjadi seorang penguasa. Menjadi Presiden itu merupakan pelayan rakyat dan Negara, harus mampu menyediakan waktu dan jiwa sepenuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara.
Sementara kalau cuma untuk mengabdi, dengan berprofesi sebagai apapun kita bisa mengabdi pada bangsa dan negara. Semua kembali kepada niatnya, dengan niat tersebutlah semua dilakukan. Tidak mudah menyelaraskan antara niat dan perbuatan, hanya orang-orang yang dinilai Tuhan mampu mengemban amanahlah dia berikan jabatan.
Tidak semua manusia ditakdirkan Tuhan untuk menjadi Presiden, tapi setiap orang wajib berikhtiar untuk itu, namun tetap saja harus menyadari bahwa Tuhan Maha Mengetahui kepada siapa yang patut menerima Takdirnya sebagai Presiden.
Fitrah manusia mengimani kekuasaan dan keberadaannya, juga mengimani apa pun yang terjadi dimuka bumi ini tidak terlepas dari campur tangannya. Kalau mengimani Tuhan saja tidak, bagaimana mungkin mau berharap atas kekuasaan yang dimilikinya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews