Mengapa Harus Memaksakan Diri Jadi Presiden?

Fitrah manusia mengimani kekuasaan dan keberadaannya, juga mengimani apa pun yang terjadi dimuka bumi ini tidak terlepas dari campur tangannya.

Sabtu, 29 Juni 2019 | 09:41 WIB
0
521
Mengapa Harus Memaksakan Diri Jadi Presiden?
Foto: Pixabay.com

Nilai manusia itu bukan terletak pada tingginya jabatan, tinggi jabatan tidak memiliki kehormatan, tidak akan memberikan nilai apa-apa. Yang terpenting seberapa besar bisa memberikan manfaat kepada orang lain, maka disitulah nilai kehormatannya.

Aneh kalau ada yang bersusah payah untuk menjadi Presiden hanya atas dasar ingin mengabdi kepada Bangsa dan Negara. Padahal kalau sudah bisa menjadi pengusaha sukses saja akan lebih bisa mengabdi kepada Bangsa dan Negara.

Sejahterkan saja karyawan yang bekerja diperusahaannya, pastinya hal tersebut sudah mengurangi beban negara. Kalau mensejahterakan karyawan saja belum bisa, bagaimana mungkin mau mengemban tugas negara yang tanggung jawabnya lebih berat dari mengurus perusahaan.

Syukuri saja apa yang sudah diperoleh, berikan manfaat kepada orang lain lebih banyak ketimbang pada diri sendiri, dengan Cara itulah Tuhan akan menjaga rezeki yang diperoleh. Berpikir yang realistis, yang sesuai dengan jangkauan dan kemampuan.

Tuhan mengangkat derajat seseorang tentu ada alasannya, bahkan Takdir baik yang kita terima pun atas dasar perbuatan baik yang sudah kita lakukan. Tidak tiba-tiba Tuhan mengangkat derajat manusia, semua melalui proses yang memang sudah sesuai dengan kehendak-Nya.

Manusia boleh saja punya kehendak, tapi Tuhan Maha Berkuasa atas Kehendaknya, tidak satupun manusia bisa memaksakan kehendaknya atas kehendak Tuhan. Yang merasa dekat saja dengan Tuhan tidak serta merta Tuhan harus menuruti Kehendaknya.

Apa lagi yang cuma sok kenal sok dekat dengan Tuhan, yang cuma butuh Tuhan disaat lagi ada maunya. Kenallah sifat-sifat Tuhan, dan fahami keterbatasan manusia, dengan begitu hidup ini tidak banyak menuntut, tahu batas kemampuan dan sadar dan mengimani kekuasaan-nya.

Banyak kok orang-orang yang cuma punya profesi sederhana, tapi pengabdiannya pada bangsa dan negara luar biasa. Tidak harus memaksa jadi Presiden, mereka tetap bisa dengan segenap tenaga menyumbangkan tenaga dan pikirannya pada negara.

Itu kalau benar-benar cuma ingin mengabdikan diri kepada Bangsa dan Negara. Lain halnya kalau ingin menjadi Presiden itu hanya untuk berkuasa. Jabatan itu hanya titipan, yang diposisikan sebagai pengabdian, bukan pemegang kekuasaan.

Menjadi Presiden itu bukanlah menjadi seorang penguasa. Menjadi Presiden itu merupakan pelayan rakyat dan Negara, harus mampu menyediakan waktu dan jiwa sepenuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara.

Sementara kalau cuma untuk mengabdi, dengan berprofesi sebagai apapun kita bisa mengabdi pada bangsa dan negara. Semua kembali kepada niatnya, dengan niat tersebutlah semua dilakukan. Tidak mudah menyelaraskan antara niat dan perbuatan, hanya orang-orang yang dinilai Tuhan mampu mengemban amanahlah dia berikan jabatan.

Tidak semua manusia ditakdirkan Tuhan untuk menjadi Presiden, tapi setiap orang wajib berikhtiar untuk itu, namun tetap saja harus menyadari bahwa Tuhan Maha Mengetahui kepada siapa yang patut menerima Takdirnya sebagai Presiden.

Fitrah manusia mengimani kekuasaan dan keberadaannya, juga mengimani apa pun yang terjadi dimuka bumi ini tidak terlepas dari campur tangannya. Kalau mengimani Tuhan saja tidak, bagaimana mungkin mau berharap atas kekuasaan yang dimilikinya.

***