3 Mantan Jenderal 1 Kode: "Prabowo is Under Control"

Para pelaku ekonomi tidak perlu mengkhawatirkan investasinya di Indonesia karena situation is under control. Prabowo sudah dirangkul. Amien Rais sudah melunak.

Sabtu, 20 Juli 2019 | 12:22 WIB
0
471
3 Mantan Jenderal 1 Kode: "Prabowo is Under Control"
Sumber: https://nerdist.com/article/the-matrix-code-sushi-recipe/

Siang itu, Jumat 6 April 2018, Prabowo Subianto terlihat melangkahkan kakinya memasuki Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Sesampainya di pintu Sumire Restaurant, mantan prajurit TNI berpangkat letnan jenderal ini disambut Jenderal (Purnawirawan) Luhut Binsar Panjaitan yang telah 1,5 jam menunggu. Setelah ber-say hello barang satu-dua jurus, keduanya lantas memasuki restoran penyaji masakan khas Jepang itu untuk melangsungkan pertemuan empat mata.

Karuan saja pertemuan tertutup yang berlangsung sekitar 1,5 jam itu menyerbakkan bebauan. Mulai dari yang wangi sampai yang anyir. Bebauan itu kemudian melahirkan sejumlah tanda Tanya. Apa yang dimaui Luhut dari veteran dua kali pilpres ini? Begitu juga sebaliknya, apa yang diinginkan Prabowo dari Luhut yang dikenal sebagai orang dekat Jokowi?

Dan, satu pertanyaan yang tidak kalah menggelitiknya, apakah pertemuan empat mata itu terkait Rapat Koordinasi Nasional Gerindra yang dijadwalkan digelar pada 11 April 2018 atau lima hari setelahnya?

Sehari kemudian, barulah Luhut mengungkapkannya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini tidak menyangkal isu yang menyebut pertemuaannya dengan Prabowo terkait Pilpres 2019. Lelaki berkumis ini malah mengaku menyarankan Prabowo untuk kembali nyapres.

"Malah saya bilang, 'Pak Prabowo maju saja'," katanya saat ditemui pewarta seusai menjadi pembicara dalam acara Partai Golkar di Jakarta, pada 7 April 2018 sebagaimana yang diberitakan Kompas.com.

Jika pertemuan itu ingin ditutupi, kenapa dihelat di restoran yang berlokasi di sebuah hotel berbintang lima? Di lokasi itu pastinya ada banyak saksi mata, mulai dari satpam yang berjaga di pintu gerbang hotel sampai pelayan restoran. Belum lagi dengan sejumlah kamera CCTV yang merekam setiap pergerakan keduanya.

Bukankah keduanya bisa menggelarnya di suatu tempat yang hanya diketahui keduanya dan orang-orang tertentu saja?

Artinya, pertemuan “Sumire” sengaja tidak dirahasiakan. Penggagasnya dengan terang-terangan melayangkan sebuah pesan tertentu.

Menariknya, Prabowo sama sekali tidak mengomentari pertemuannya dengan mantan komandannya itu. Tidak sekecap kata pun!

Dua minggu Kemudian, atau tepatnya pada 20 April 2018, Luhut yang kala itu tengah mengikuti pertemuan musim semi (Spring Meeting) Internasional Monetary Fund-World Bank di Washington DC, Amerika Serikat mengabari wartawan kalau Prabowo baru saja meneleponnya.

Luhut pastinya senang dengan telepon yang baru diterimanya itu. Sekalipun demikian, sebenarnya ia tidak perlu mengabarkannya kepada para pewarta. Cukup untuk dirinya dan orang-orang tertentu. Tetapi, dengan menginformasikannya, Luhut ingin publik mengetahuinya dan “membacanya”.

Lewat pengabarannya itu, Luhut seolah menunjukkan superioritasnya atas Prabowo yang pernah menjadi anak buahnya saat keduanya masih berdinas di kesatuan elit baret merah Kopassus.

Luhut yang memiliki pengalaman panjang di dunia intelijen ini seolah mengirimkan kode “Prabowo is under control”.

Dan, sama seperti pertemuan “Sumire”, Prabowo sama sekali tidak mengomentari percakapan jarak jauhnya dengan manta komandannya saat ia masih berdinas di kesatuan elit baret merah Kopassus.

Kehadiran Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Budi Gunawan saat pertemuan Jokowi-Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta pada 13 Juli 2019 juga mengirimkan “bahasa” yang sama: “Prabowo is under control”.

Sebagai KaBIN, Budi yang namanya kerap ditulis BG ini sebenarnya tidak perlu menampakkan dirinya dalam pertemuan kedua mantan capres itu. Bahkan sekalipun ajudan Presiden Ke-5 Megawati ini memiliki andil besar atas terselenggaranya hajat tersebut.

Tetapi, faktanya BG muncul. Bukan hanya itu saja. Sekitar alkhir Juni 2019, beredar gosip jika mantan calon Kapolri itu menemui Prabowo di Bali. Prabowo berkunjung ke Bali pada 7 Juni 2019 untuk merayakan hari ulang tahun adik kandungnya Hasyim Djojohadikusumo yang jatuh pada 5 Juni. Jika gosip ini benar, BG menemui Prabowo sekitar 7 Jun 2019. Dan, koreksi kalau salah, baru kali ini kunjungan Budi Gunawan sebagai KaBIN digosipkan.

Sama seperti kehadirannya dalam pertemuan Jokowi-Prabowo, gosip pertemuan BG-Prabowo di Bali pun tidak perlu menyebar. Tetapi, lewat kedua serial itu, BG mengirimkan pesan Prabowo sudah dalam penguasaannya: Prabowo is under control.

Berbeda dengan cara Luhut dan BG, Marsekal Muda TNI (Pur) Prayitno Ramelan mengirimkan kodenya lewat tulisan yang diunggah di blog pribadinya dan blog-blog keroyokan tempatnya mem-posting artikelnya.

Dengan judul “Prabowo dan Peringatan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI”,  Prayitno menuliskan pengalamannya saat menemani KaBAIS Marsdya TNI Ian Santoso di sebuah hotel Singapura pada 1999.

Ketika itu, Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Luhut Binsar Panjaitan, datang menemui keduanya. Luhut datang bersama Prabowo. Kepada KaBAIS, Prabowo yang meninggalkan Indonesia sejak akhir 1998 meminta izin untuk kembali ke Indonesia.

Permintaan Prabowo itu dijawab tegas Ian Santoso, "Baik kalau itu maksud dan tujuannya, tapi syaratnya satu, jangan macam-macam (bikin kacau) di Indonesia, kamu akan saya tangkap!"

Kode “Prabowo is under control” yang dikirimkan Prayitno pada 13 Juni 2019 ini lebih keras jika dibandingkan dengan kode serupa yang dilayangkan oleh Luhut maupun Budi Gunawan.

Ada kesamaan antara Luhut, BG, dan Prayitno. Bukan saja karena ketiganya sama-sama tokoh yang memiliki kecakapan serta pengalaman dalam dunia intelijen, tetapi juga karena ketiganya sama-sama mengungkapkan peristiwa yang sebelumnya untold story.

Luhut menceritakan isi pertemuannya dengan Prabowo yang disusul dengan membeberkan identitas peneleponnya saat berada di AS. BG melempar gosip pertemuannya dengan Prabowo di Bali dan memamuskasinya dengan menemani Jokowi saat menemui Prabowo. Sementara Prayitno yang mengisahkan kesaksian matanya tentang permohonan Prabowo pada KaBAIS.

Malah, dalam artikel yang diunggah secara serempak, penasihat Menhan Bidang Intelijen di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini juga mengingatkan para mantan perwira yang berniat macam-macam.

“Penulis juga mengetahui dan mengenal beberapa mantan pejabat tinggi TNI yang kini sudah purna, jelas berat resikonya bila terjadi konflik vertikal. Mereka akan ditangkap, lantas siapa yang mau pasang badan melindungi?” tulis blogger yang juga tertarik pada dunia gaib ini.

Jadi bukan saja Prabowo, situasi pun sudah di-under control. Artinya, dinamika politik yang memanas ini sejak beberapa tahun terakhir masih dalam batas takaran.

Seharusnya serentetan kode yang dikirimkan oleh ketiga mantan perwira tinggi ini bisa dibaca oleh pihak-pihak yang masih menyimpan rencana kotornya di bumi Pertiwi ini. Termasuk orang-orang yang mengincar warisan suara pemilih Prabowo yang akan dimainkannya pada Pilpres 2024.

Kode ini pun seharusnya bisa dibaca oleh para pelaku ekonomi. Para pelaku ekonomi tidak perlu mengkhawatirkan investasinya di Indonesia karena situation is under control. Prabowo sudah dirangkul. Amien Rais sudah melunak. Sementara, kelompok-kelompok radikal sudah kehilangan boncengannya.

***