Ketika Kita Dibelah

Sadar dan lihatlah rentetan kejadian, dari Papua, Kebakaran Hutan, Demo Bergelombang, semua itu adalah gelombang buatan yang punya tujuan.

Senin, 30 September 2019 | 09:34 WIB
0
281
Ketika Kita Dibelah
Demo mahasiswa (Foto: detik.com)

Ketika mahasiswa bisa menurunkan paksa Soeharto, kita euforia seolah keberhasilan itu begitu luar biasa. Walau harus diakui itulah awal demokrasi di Indonesia yang sesungguhnya. Namun kita lupa ibarat mengangkat tumor, kita tidak bisa membersihkan akarnya. Doktrin orba membudaya sampai ke syaraf dan otot sosial begitu kenyal.

Ada tiga presiden disela-sela sebelum Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa, Habibie, Gusdur dan Mega, mereka hanya insentif semata. Sejujurnya orba kembali berkuasa dengan sedikit ganti gaya, namun tetap sama di tangan SBY.

Hadirnya Jokowi baru benar-benar membawa nutrisi perubahan kearah perbaikan, karena ditangannyalah Indonesia dipresideni oleh orang yang penuh dedikasi dan pengabdian. Tapi justru sekaligus Jokowi menjadi ancaman bagi warisan orba yang masih belum meregang nyawa.

Ingat Jokowi dihajar Obor Rakyat, demo berjilid 411, 212, di mana roh Orba di sana semua, SBY dengan  lebaran kudanya, Fahri, Fadli, dgn orasinya, Zulhas dengan rencana mahasiswa diberi penginapan di gedung MPR, Rizieq sebagai motor bercorong agama seolah mewakili ulama. Lucu, kita bisa merasakan mereka mau apa, dan semua di tekuk Jokowi hanya dengan dia naik ke panggung di tengah hujan, semua selesai mereka terkesima serak bersuara, dan sia-sia.

Berhenti, tentu tidak karena targetnya menghabisi Jokowi, kelompok pengkhianat bangsa dan mau mengganti ideologi ini berkolaborasi dengan HTI yang jauh hari diberi hati oleh SBY yang bermimpi membuat politik dinasti. Dia lupa dimanfaatkan HTI, PKS dan FPI. Badan boleh besar namun sebagai pemimpin dia dijadikan Upin Ipin oleh kelompok pemimpi khilafah yang tak pernah lelah ini.

HTI boleh bubar, tapi akarnya terlanjur menjalar dan lumayan besar. Secara financial mereka menguasai emosi umat dalam mencari dana, mereka membangun jaringan mengumpulkan dan berkelanjutan. Kita baru terbelalak dengan Buka Lapak, ternyata Tokopedia sama saja. Total mereka punya 31 lembaga sosial yang dananya menghisap dari dan atas nama umat islam Indonesia, sekaligus untuk membantai kita untuk kepentingan jangka panjang ideologi mereka.

Kita dijajah sekaligus dibelah sambil dijarah dari saudara sedarah.

Mau tau cara kerjanya, salah satunya lihat kelakuan mahasiswa sekarang, mereka bukan cerdas, tapi beringas. Belum lagi mereka sangat mudah disusupi sekaligus dimodali.

Kita boleh marah dan kesal kepada DPR yang memang "ember", tapi telanjur mendewakan KPK juga kebablasan juga. Kita lupa keberadaannya hanya bisa dijadikan pemadaman kebakaran, karena mereka tidak menyiapkan rencana pencegahan, malah yang terjadi jadi sarang kepentingan.

Walau tidak bisa ditampik bahkan agama sudah dijadikan alat dan diperalat, sehingga kalau KPK dipakai dengan pola yang sama tak usah terkesima, karena hal itu menjadi biasa, hanya saja bagaimana kita tidak menjadikannya dewa yang bisa membawa malapetaka sehingga harus diawasi cara kerjanya.

Sadar dan lihatlah rentetan kejadian, dari Papua, Kebakaran Hutan, Demo Bergelombang, semua itu adalah gelombang buatan yang punya tujuan. Mari kita arungi dan terjang gelombang didepan dengan kapal kesatuan dan persatuan karena kita juga punya landasan tujuan Indonesia berkemajuan.

Kapal aman di pelabuhan, tapi bukan itu tujuan kapal dibuat agar ia bermanfaat. Indonesia akan terus di goyang, namun justru itu yang membuat kita kuat.

Air beriak memang tak dalam, namun kita harus tau siapa yang sedang menyelam.

***