Tanpa persatuan yang juga telah digagas dan diperjuangkan para pendahulu kita atau para pahlawan, mungkin kemerdekaan menjadi suatu ketidakmungkinan.
Sang proklamator Bung Karno sekaligus juga adalah Presiden Republik Indonesia yang pertama telah melahirkan dua ungkapan yang melegenda " Jas Merah " ( Jangan sekali kali melupakan sejarah ) dan juga melahirkan ungkapan " Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya.
Sejarah apa yang tidak harus kita lupakan sebagai generasi sekarang? Dan jasa jasa para pahlawan yang mana yang harus dihargai oleh generasi saat ini?
Kita baru saja menyelenggarakan perhelatan pesta demokrasi yang besar baik Pilpres maupun Pileg dan pesta itu kini telah usai, dan secara umum perhelatan itu berlangsung dengan aman lancar serta kondusif dan semoga demikian sampai pada saat pengumuman resmi dari KPU nanti.
Namun setelah pesta demokrasi itu ada beberapa pandangan ditengah tengah masyarakat yang mengisyaratkan seolah olah terjadi perpecahan diantara sesama anak bangsa karena berbeda pilihan dan dukungan, saling ejek, saling caci dan saling maki dan menjadikan nilai pesta demokrasi itu jauh dari kata mempererat persatuan Indonesia.
Pesta demokrasi sejatinya hanyalah sebuah alat atau mekanisme untuk menentukan siapa yang terbaik dari antara putra - putri terbaik ibu pertiwi untuk memimpin dan menahkodai perjalanan bangsa Indonesia kedepan dan siapapun yang terpilih dialah yang memang dikehendaki oleh rakyat dan semua seharusnya wajib saling mendukung demi kemajuan dan persatuan Indonesia.
Kenapa kita tetap harus bersatu?? Marilah kita ingat kembali sejarah kita darimana kita berasal, Kita ingat berdirinya Budi Utomo yang menjadi salah satu faktor penting bangsa kita bangsa Indonesia bisa merdeka karena Budi Utomo yang berdiri 20 Mei 1908 itu adalah organisasi yg bersifat persatuan nasional (kebangsaaan) pertama yg berdiri di tanah air Indonesia dan menjadi cikal bakal berdirinya organisasi-organisasi persatuan nasional lain yang memperjuangkan kemerdekaan.
Dr. Sutomo dan Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah menjadi sejarah yang tidak bisa kita lupakan yang sudah mengobarkan persatuan Nasional hingga kita merdeka.
Selanjutnya kita harus mengingat kembali Kongres Sumpah Pemuda yang membakar semangat para Pemuda Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan yang pada akhirnya para pemuda indonesia bisa tergabung dalam Jong Java, Jong Sumatra Bond, Jong Celebes , dll.
Dua kongres Sumpah Pemuda dimana yang pertama adalah di Batavia tahun 1926 menghasilkan kesepakatan bersama mengenai kegiatan pemuda pada segi sosial, ekonomi, dan budaya. Beberapa tahun kemudian mereka pun membuat Kongres Sumpah Pemuda kedua yang diadakan di Batavia tgl 28 Oktober 1928 yang menghasilkan“Sumpah Pemuda"
Baca Juga: Dukung Hasil Pemilu 2019 untuk Persatuan dan Kemajuan Bangsa
New line to prevent forcing root class, just delete it if it's not necessary
Sejarah yang paling penting juga yang harus kita ingat adalah Proklamasi 17 Agustus 1945 yang menjadi tonggak awal berdirinya sebuah negara berdaulat yaitu “Republik Indonesia”. Semua mata dunia tertuju pada kita pada hari itu dan menyaksikan serta melihat hasil akhir perjuangan sebuah bangsa selama lebih dari 350 tahun terjajah akhirnya mendapatkan hasil yaitu “Kemerdekaan” dan diraih atas perjuangan sendiri dengan bermodalkan persatuan.
Kini dalam mengisi kemerdekaan, jangan hanya karena dalam pesta demokrasi kita berbeda pilihan dan dukungan akhirnya persatuan kita jadi terancam, kita tidak lagi terjajah tapi yang menjadi lawan kita adalah diri kita sendiri.
Tanpa persatuan yang juga telah digagas dan diperjuangkan oleh para pendahulu kita ataupun para pahlawan kita mungkin kemerdekaan menjadi suatu ketidakmungkinan untuk bangsa kita, begitu juga saat ini Indonesia yang adil, makmur, maju dan sejahtera menjadi ketidakmungkinan jika kita terpecah belah hanya karena perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi.
Merdeka!!
Luber Sitanggang, SE
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews