Benarkah bagi Partai Koalisi Jokowi PSI Itu Ibarat Duri dalam Daging?

Selasa, 18 Desember 2018 | 07:40 WIB
0
492
Benarkah bagi Partai Koalisi Jokowi PSI Itu Ibarat Duri dalam Daging?
Jokowi dan PSI (Foto: Eramuslim)

Keberadaan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI dalam koalisi besar partai pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin seperti duri dalam daging bagi partai lainnya. Benarkah demikian? Soalnya sering kali pernyataan PSI menyulut ketegangan di antara partai koalisi yang lebih senior.

Seperti yang baru-baru ini ketua PSI Grace Natalie mengeluarkan pernyataan terkait kebijakan partai yang menolak PERDA SYARIAH.Kontan saja menjadi perdebatan bukan hanya di partai koalisi tetapi juga partai oposisi.

Apalagi dalam partai koalisi ada partai Islam, seperti: PKB dan PPP. Tentu mereka tidak setuju dengan penolakkan PERDA SYARIAH yang dilontarkan oleh PSI.

Belum berhenti soal PERDA SYARIAH, PSI membuat kebijakan lagi atau mengeluarkan pernyataan yang membuat banyak orang atau masyarakat, mau tidak mau akan menanggapinya. Yaitu soal POLIGAMI.

PSI menolak POLIGAMI, terutama untuk pejabat negara atau PNS. Khusus untuk kader PSI dilarang POLIGAMI, dan bagi yang melanggar dipersilakan untuk mengundurkan diri dari partai.

Belum lagi PSI pernah mengatakan partai-partai lama sumber daripada KORUPSI. Tentu pernyataan itu membuat gerah partai koalisi yang nobabene partai lama atau senior yang juga mengusung Jokowi sebagai presiden.

Golkar dan PDIP pernah menanggapi pernyataan itu dan meminta PSI untuk tidak menyalahkan partai lama dan mengambil keuntungan untuk membangun citra sebagai partai baru.

Karena dalam pemilu 2019 adalah pemilu serentak: pilpres, pileg DPR, DPRD I, DPRD II dan DPD.

PSI sebagai partai baru yang berharap atau berjuang untuk lolos dari ambang batas, maka PSI membuat pernyataan-pernyataan yang membuat publik terhenyak untuk menanggapi, bahkan ada yang melaporkan ke pihak berwajib,terkait PERDA SYARIAH.

Bagi partai koalisi pengusung pasangan Jokowi-Makruf Amin keberadaan PSI seperti duri dalam daging. Seandainya bukan karena faktor Jokowi, PSI mungkin tidak mau bergabung dalam koalisi.

PSI sebagai partai baru tentu ingin mencari jati diri atau menarik perhatian publik atau masyarakat. Apalagi PSI berisi anak-anak muda yang secara pendidikan rata-rata sarjana.

PSI kalau berhasil lolos ambang batas bisa menjadi partai harapan anak muda, tetapi kalau PSI tidak lolos ambang batas, maka sebutan partai GUREM akan disandangnya atau PARNOKO alias partai nol koma. Sejarah dan waktulah yang akan menjawab tantangan itu.

***