Mempertanyakan Agama seorang Calon Presiden itu adalah sesuatu tidak Ada korelasinya dengan Kepemimpinan. Pasti pernyataan ini bagi sebagian orang yang menganut pemahaman bahwa sebagai negara yang rakyatnya mayoritas Muslim, wajib hukumnya memilih pemimpin yang Muslim. Walaupun secara konsitusional tidak ada kewajiban itu.
Pada satu situasi akan dikeluarkan dalil bantahannya, Al Qur'an Surat Al Maidah ayat 51. Tapi sebagian lagi, akan memberikan alasan, kita tidak sedang memilih Pemimpin Agama, tapi sedang memilh pelaksana pemerintahan. Itulah yang terjadi saat ini, ketika banyak yang mempertanyakan keyakinan Prabowo, ketika melihat Prabowo hadir diperayaan natal keluarganya.
Untuk apa mempertanyakan keyakinan Prabowo, kan sudah pada tahu apa agamanya Prabowo, dia menikah dengan perempuan Muslim, meskipun latar belakang Agama keluarga Prabowo tidak ada yang Muslim. Itu artinya, di KTP Prabowo pastialah agamanya Islam. Soal apakah dia melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslim, itu adalah haknya secara pribadi, urusannya dengan Tuhan.
Beda kasusnya, ketika seorang Ahok ditolak sebagai pemimpin, saat dia ikut pemilihan Gubernur DKI Tahun 2017 lalu. Apa pun dalih pembelaan terhadap Ahok, tidak akan didengar sama Kelompok yang memang tidak menginginkannya. Kalau saja Ahok mau sekedar ber-KTP Islam pun tetap saja tidak akan diterima, karena persoalan sesungguhnya bukan soal agamanya, tapi soal suka dan tidak suka.
Pada kasus Prabowo, mau dikatakan apa pun oleh pihak yang tidak menginginkannya, tetap saja apapun, dan siapapun dan bagaimana pun kondisi Prabowo, tidak akan bisa dibantahkan. Mau ikut prosesi natal ataupun tidak, bagi kelompok yang menolak Ahok tempo hari, bukanlah persoalan. Bahkan bisa jadi, mempertanyakan keyakinan Prabowo, adalah pelanggaran.
Inilah yang menguntungkan Prabowo, agamanya tidak terlalu dipersoalkan oleh pendukungnya, yang nota bene pembela Islam. Membela Islam bukanlah agamanya, tapi lebih kepada siapa orangnya, bagaimana kekuatannya bisa mempengaruhi ulama 212. Menolak hasil ijtima' ulama saja Prabowo tidak dipersoalkan, karena memang Prabowo punya Hal Istimewa dihadapan Ulama 212.
Pertanyaannya, seperti apa konsistensi para Ulama tersebut dengan komitmen seorang pemimpin terhadap agamanya.? Apakah tetap maklum walaupun secara syariah dia tidak menegakkan keislamannya, ngamuk menggebrak meja saat ditanya kadar keislamannya. Makanya, jangan tanya apa Agama Prabowo, kalau mau sungguh-sungguh mendukungnya.
Seperti itulah kenyataan sekarang ini. Aturan dan dalih Agama bisa saja tidak berlaku, tergantung siapa yang sedang berada dalam proses pemilihan. Penerapan segala dan aturan, hanya dibutuhkan tergantung situasi dan kepentingan kelompok. Keyakinan seseorang bukan menjadi persoalan, ketika kepentingan kelompok lebih dominan dan mengemuka.
Semua dalih yang berlandaskan kitab sucipun bisa begitu lentur, ketika pihak yang berkepentingan lebih dominan, dan menguasai kekuatan Politik Massa. Itulah enaknya bisa membangun kekuatan Politik Massa, kesalahan pun bisa dijadikan sebuah kebenaran, dalih dan aturan dengan mudah dikalahkan kepentingan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews