Mendukung Vaksinasi Booster Kedua Guna Percepatan Transisi Menuju Endemi

Senin, 8 Agustus 2022 | 21:14 WIB
0
42
Mendukung Vaksinasi Booster Kedua Guna Percepatan Transisi Menuju Endemi
Angsana Outdoor


Oleh : Syafrudin Pratama 

Pemerintah akhirnya mulai membagikan vaksin booster Covid-19 dosis kedua melalui Kementerian Kesehatan RI yang merencanakan vaksin Covid-19 booster kedua atau dosis keempat pada pekan ini.

Namun, dr Maxi Rein Rondonuwu selaku Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian RI menegaskan bahwa saat ini kebijakan baru tersebut hanya berlaku bagi kelompok rentan.


Maxi memastikan pemberian vaksinasi booster kedua atau vaksin Covid-19 dosis keempat belum bisa ditujukan bagi masyarakat umum, namun diprioritaskan untuk kelompok dengan risiko tinggi.

Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) telah memberikan persetujuan untuk dilakukan vaksinasi booster kedua tenaga kesehatan.


Sebagai informasi, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan sebelumnya telah menyiapkan lebih dari 4 juta dosis vaksin Covid-19 untuk booster kedua bagi para tenaga kesehatan.
Kelompok berisiko tinggi selain tenaga kesehatan masih akan dikaji untuk pemberian vaksin booster kedua atau vaksin Covid-19 dosis keempat. Kelompok berisiko tinggi tersebut belum dapat dipastikan apakah termasuk kedalam kloter pertama penerimaan vaksin Covid-19 booster kedua.
Dengan pemberian vaksin booster dosis kedua, Dicky Budiman selaku Epidemiolog menyambut baik pemberian vaksin booster Covid-19 kedua tersebut kepada para nakes. Dicky mengungkapkan bahwa memang penting bagi tenaga kesehatan sebagai kelompok berisiko untuk mendapatkan vaksin booster.
Menurut Dicky, ada tiga alasan pemerintah perlu memberikan vaksin booster Covid-19 dosis kedua untuk para nakes.
Pertama, pemberian vaksin booster Covid-19 yang kedua kepada para nakes untuk memastikan agar layanan kesehatan tidak terganggu. Salah satunya adalah dengan memastikan tenaga kesehatan yang ada tetap sehat dan terlindungi dari paparan Covid-19.
Kedua, tenaga kesehatan termasuk dalam kelompok berisiko tinggi karena selain kemungkinan besar terpapar dengan orang-orang yang membawa virus Covid-19, bisa saja tenaga kesehatan tersebut bekerja di lingkungan berisiko tinggi untuk terpapar dan memaparkan Covid-19. Apabila nakes mendapatkan dosis keempat maka yang diuntungkan bukan hanya nakes, tetapi juga masyarakat karena jika seseorang yang sudah divaksinasi terpapar oleh Covid-19, maka jumlah virus di dalam tubuhnya tidak banyak.
Ketiga, dengan pemberian dosis keempat akan berguna untuk meningkatkan proteksi yang sudah menurun dari vaksinasi dosis ketiga. Dikarenakan vaksin yang ada sekarang ini masih memiliki kelemahan yaitu durasi proteksinya yang pendek, sehingga pemberian dosis keempat tersebut sangat penting untuk para nakes yang sudah mendapat vaksin dosis ketiga lebih dari empat bulan yang lalu.
Berdasarkan ketiga alasan tersebut, penulis berpendapat bahwa dengan disegerakannya pemberian vaksin booster dosis kedua tersebut kepada para nakes akan meminimalisir paparan Covid-19 di lingkungan kesehatan, sehingga persiapan untuk pemberian vaksin booster kedua kepada masyarakat akan segera terwujud, mengingat sudah enam bulan lebih akan membuat imunitas terhadap Covid-19 semakin menurun.
Perlu diketahui bahwa berdasarkan data terkini yang penulis dapatkan, ancaman paparan Covid-19 bukan hanya datang dari subvarian BA.4 dan BA.5 saja, tetapi juga dari BA.2.75 yang merupakan hasil mutasi dari subvarian BA.2. Data tersebut menunjukkan bahwa subvarian BA.2.75 berpotensi dapat menjadi suatu ancaman bagi kesehatan global.
Berdasarkan data tersebut, penulis berharap masyarakat harus lebih waspada dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi bagi yang belum mendapatkannya. Masyarakat yang sudah vaksinasipun harus tetap waspada karena gejala yang ditimbulkan tidak lebih parah dari masyarakat yang belum menerima vaksinasi.
Masyarakat juga harus mematuhi kembali kebijakan pemerintah untuk memakai masker walaupun di luar ruangan sekalipun. Dengan begitu, masyarakat sudah membantu pemerintah dalam mengurangi paparan Covid-19 di Indonesia.
Tanda-tanda Covid-19 subvarian omicron BA.4, BA.5, dan BA.2.75 mirip seperti varian virus Corona lainnya. Tanda-tanda yang paling umum terjadi seperti demam, batuk, kelelahan, dan hilangnya rasa atau bau. Namun, terdapat tanda-tanda yang kurang umum juga seperti sakit tenggorokan, sakit kepala, diare, ruam pada kulit, dan mata merah atau iritasi.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia agar dapat meminimalisir paparan Covid-19. Masyarakat dapat menjaga kekebalan tubuh dengan menjaga pola hidup sehat, seperti konsumsi makanan yang bergizi, perbanyak buah, sayur, dan vitamin serta berolahraga.
Menurut penulis, pemerintah harus tetap memberikan imbauan kepada masyarakat bahwa Covid-19 di Indonesia belum berakhir dan selalu menjaga protokol kesehatan saat bepergian serta melakukan vaksinasi atau booster pertama bagi masyarakat yang belum mendapatkannya.
Penulis sangat mengapresiasi dengan tindakan pemerintah yang cepat dalam memutuskan pemberian vaksinasi booster kedua kepada para nakes dan menimbang kembali untuk pemberian kepada masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian harapannya akan mempercepat proses transisi menuju endemi.
Dengan menjalani protokol kesehatan dan pemakaian masker kembali di ruang terbuka serta melakukan pola hidup sehat yang diikuti dengan program vaksinasi, maka diharapkan dapat menangkal dan memutus rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia sehingga pandemi Covid-19 dapat berubah menjadi endemi.

*Penulis adalah kontributor Trilogi Institute