Politik Getar Anies Baswedan

Sebagaimana yang sudah sudah, Anies Baswedan akan lakukan kebijakan drastis termasuk kemungkinan menutup jalur transportasi masuk dan keluar Jakarta.

Rabu, 1 April 2020 | 22:13 WIB
0
300
Politik Getar Anies Baswedan
Anies Baswedan (Foto: tribunnews.com)

Anies Baswedan tanggal 30 Maret 2020 suaranya bergetar saat umumkan 283 warga DKI Jakarta dimakamkan dengan protokol Covid 19.

Kata dia dengan suara menahan tangis, "283 itu bukan angka statistik. Itu adalah warga kita yang bulan lalu sehat... Yang bulan lalu bisa berkegiatan..."

Dilansir Kompas, data itu dicatat dalam kurun waktu tak sampai sebulan, yakni pada rentang 6-29 Maret 2020.

"Ini menggambarkan bahwa situasi di Jakarta terkait dengan Covid-19 amat mengkhawatirkan. Karena itu saya benar-benar meminta kepada seluruh masyarakat Jakarta, jangan pandang angka ini sebagai angka statistik," ujar Anies dalam konferensi pers di Bakaikota, Senin (30/3/2020).

Menurut Anies, 283 itu meninggal sebelum hasil test C19. Semuanya PDP dan ODP.

Pernyataan Anies ini menyiratkan bahwa sistem penanganan rumah sakit terhadap pasien C19 sangatlah tidak siap menghadapi lonjakan pasien. Fakta ini diperkuat oleh BBC yang menceritakan seorang meninggal karena C19 di Jakarta karena rumah sakit ramai-ramai menolaknya.

Parahnya penanganan rumah sakit juga menimpa sobat medsos saya mas AE Priyono yang terinfeksi C19 dan rumah sakit juga menolaknya.

Semoga mas Pri bisa sembuh seperti sedia kala.

Adakah anda bergetar menyimak fakta ini?

Suara bergetar Anies Baswedan yang mengumumkan kematian yang begitu besar segera ditangkap media dan netizen dengan nyonyoran dan nyinyiran. Dan juga tanggapan simpati.

Anies tahu ini bakal terjadi. Dan seperti biasa dia membiarkan ini. Bahkan bermanuver di gelombang cacian dan pujian.

Yang penting dapat perhatian publik.

Termasuk Istana.

Karena saat menyampaikan data kematian itu, Anies berkirim surat agar pemerintah pusat menyetujui rencana karantina Jakarta. Yang menutup akses ibukota dari luar.

Kenapa ibukota tidak diperbolehkan?

Padahal Maluku dan Papua boleh. Penutupan perbatasan juga dilakukan oleh beberapa propinsi di Sulawesi. Tegal dan Semarang juga menutup akses di dalam kota.

Mereka diperbolehkan. Kenapa DKI tidak boleh. Demikian kira-kira alasan Anies.

Istana menyimak permintaan Anies. Namun tidak setuju Jakarta dikarantina. Sebab jika diperbolehkan, maka provinsi lain akan mengikuti. Dan yang terjadi adalah lock down nasional yang konsekuensinya sangat besar. Negara tidak bakal kuat menanggung beban ekonomi, sosial dan politik.

Namun di sisi lain, tidak dapat dinafikan fakta bahwa Jakarta adalah pusat penyebaran virus dengan angka kematian dan infeksi tertinggi. Jadi harus ada kebijakan yang lebih keras untuk mengatasi penyebaran wabah ini.

Akhirnya setelah Anies bergetar, Presiden keluarkan maklumat bahwa Indonesia dalam keadaan darurat kesehatan.

Beliau memerintahkan langkah social distancing measures skala besar tapi tidak menjelaskan secara rinci apa maksud skala besar itu.

Tapi Peraturan Pemerintah yang beliau tandatangani menyebutkan bahwa pemerintah pusat membolehkan pemerintah daerah memberlakukan pembatasan pergerakan manusia secara ketat dengan merumahkan lebih banyak penduduk.

Pemerintah daerah harus mendapatkan persetujuan dari pusat akan langkah-langkah memberlakukan social distancing skala besar.

Dampak ekonomi ditanggung pemerintah sebagian. Seperti aneka dana bantuan untuk orang miskin dan juga diskon serta pengratisan listrik.

Dan itu dikeluarkan dua hari setelah Anies bersuara getar dan pemerintah pusat bereaksi dengan menolak karantina wilayah di Jakarta..

Mungkin penolakan Istana itu tidak dianggap penting oleh Anies. Tapi lewat suara bergetarnya dia berhasil mendorong Presiden mengeluarkan kebijakan drastis yang mengakibatkan turunnya pertumbuhan ekonomi sampai 2,3 persen nyaris setengah dari target 5,2 persen untuk menyelamatkan hajat orang miskin yang terpukul oleh wabah ini.

Artinya apapun yang dilakukan pemerintah daerah menangani wabah C19, wong cilik terlindungi.

Dan banyak orang tergetar dengan keputusan Presiden. Bergetar dengan nada suara haru akan begitu besar perhatian Presiden terhadap kemaslahatan orang banyak. Wong cilik.

Banyak orang yang kemudian lupa bahwa suara bergetar massal itu awalnya berangkat dari suara Anies yang nyaris berubah tangis.

Dan itulah politik Anies.

Sebagaimana yang sudah sudah.

Dia akan lakukan kebijakan drastis termasuk kemungkinan menutup jalur transportasi masuk dan keluar Jakarta.

Dengan beban ditanggung pemerintah pusat.

Sebagian besarnya.

Ayo bergetar lagi...

***