Waspada Radikalisme pada Pilpres 2019!

Sabtu, 12 Januari 2019 | 21:48 WIB
0
284
Waspada Radikalisme pada Pilpres 2019!
Ilustrasi menolak radikalisme (Foto: Unair News)

Lebih  baik mencegah daripada mengobati.

Dahulu, Belanda di jaman penjajahan telah membuat trauma politik di negeri ini. Ya, politik pecah belah telah membuat betah para bule ini bercokol di Indonesia selama 3,5 abad. Luar biasa bukan?

Caranya sederhana, buat isu sedemikian rupa, kemudian kembangkan lalu sebarkan secara terstruktur untuk dikonsumsi seluruh komponen bangsa. Kemudian ditinggal tidur lelap sementara kita berperang dengan bangsa sendiri karena termakan isu.

Dan ingat pelakunya akan siap menjadi kambing hitam alias menanggungnya sendirian bila tertangkap. Mission completed!

Saya suka sekali dengan perkataan Bung Karno bahwa perjuangannya lebih mudah karena melawan bangsa penjajah, tapi perjuangan sesudahnya sungguh sulit karena melawan bangsa sendiri. 

Apa yang dilawan? 

Saat ini provokasi melalui media sudah sangat masif , terstruktur dan terencana. Bak film Mission Imposible nya Tom Cruise strategi dijalankan oleh yang punya berkepentingan.

Sebagai contoh ketika ada isu 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos. Sasarannya jelas delegitimasi KPU yang berakhir pada ketidakpercayaan kepada penyelenggara bila petahana memenangkan kontestasi politik Aptil 2019 nanti. 

Ada yang lebih berbahaya dari itu? 

Jelas ada jawabannya. Ajaran Radikalisme yang berpotensi mengerahkan kekuatan jahat untuk menjadikan indonesia punah!

Kenapa punah, karena akan ada sistem khilafah yang akan menggantikannya sebagai  tujuan dari Organisasi terlarang dunia Islam HTI . Oleh karena tujuan yang mendestruksi kesepakatan bangsa melalui Pancasila dan UUD 1945 maka HTI memang laik dibubarkan. 

Selain HTI, ada satu organisasi yang mempunyai luka kepada penguasa saat ini. Front Pembela Islam atau FPI juga disebut salah satu organisasi yang memiliki rekam jejak radikalisme.

Pemimpinnya yang lari ke Arab Saudi mengindikasikan bahwa ketakutan terhadap proses hukum Indonesia sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap hukum dan pemerintahan Jokowi.

Di mana mereka akan bertindak? 

Sebelum mengarah ke sana,  Peserta pemilu 2019 harus memperhatikan aturan perundang-undangan selama masa kampanye. KPU RI menetapkan waktu kampanye mulai dari 23 September 2018-13 April 2019.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu Pasal 280 ayat 1 huruf h mengatur bahwa "pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang: menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan".

Nah, kubu yang sering menyerang petahana bersumber dari tempat ibadah. Mushola, masjid adalah tempat yang mudah disusupi kajian kajian radikalisme . 

Ketika saya menghadiri acara launching 1.000 spanduk yang menolak tempat ibadah dijadikan kampanye politik menyebarkan isu hoaks, SARA dan radikalisme, Junat kemarin (11/01/2019) di Masjid Al Amanah Jakarta Barat. Semua pemuka agama, tokoh masyarakat dan pemuda mendukung gerakan ini agar tempat ibadah kembali kepada fungsinya. Kecuali berbicara tentang kebangsaan yang membangun maka masjid, pura, wihara, geraja menjadi tempat tafakur kebangsaan. 

Gerakan Pengerahan Masa Islam 

Kita sudah sama sama paham, gerakan 212 yang membuat Ahok dipenjara karena ucapannya sudah selesai. Ahok mendapat ganjarannya dan umat islam sudah mendapat apa yang diinginkannya.

Dalam kenyataanya, gerakan ini masih mendapat tempat bagi kepentingan elit politik dengan memakainya sebagai alat mencapai kekuasaannya. Siapa yang berkepentingan? Lagi lagi bisa kita lihat dalam acara reuni 212 tim 02 , HTI,FPI yang menjadi aktor utamanya. Dilihat dari sisi politiknya loh, bukan terhadap yang lainnya.  

Netralitas TNI 

Komponen yang menjadi sumber kekuatan terakhir adalah Tentara Nasional Indonesia. Di sinilah peran besar para petinggi TNI agar tetap menjaga kondusifitas keamanan negara ini.

Potensi chaos dalam pemilu nanti bisa saja terjadi. Tapi apa yang akan dilakukan TNI dalam mencegahnya patut dipikirkan. Sebagian pasti pro 02, tapi percayalah kehormatan TNI pasti berpihak kepada pemerintahan yang sah. 

Sudah saatnya, mata dan telinga kita berfungsi dengan baik. Paham radikalisme seperti kulit bawang, ada tapi sulit diprediksi.

Banyaknya masjid yang terpapar radikalisme berpotensi menjadikan Indonesia perang sesama bangsa sendiri.

Maka Waspadalah! 

***