Kegantengan Sandiaga Yang Kian Luntur

Senin, 14 Januari 2019 | 19:34 WIB
0
1787
Kegantengan Sandiaga Yang Kian Luntur
Sandiaga Uno (Foto: Wowkeren.com)

Sejak tahun 2005 sosok ganteng ini mulai wara-wiri di halaman media cetak dan online. Menurut saya, secara fisik menurut bolehlah dia disejajarkan dengan ikon ganteng yang sudah ada seperti Arie Wibowo, Nicholas Saputra atau Iko Uwais walau mungkin kharismanya belum selevel figur-figur terganteng luar negeri seperti Brad Pitt, Keanu Reeves atau Shah Rukh Khan. 

Selain ganteng dia juga pengusaha sukses yang pastinya tajir melintir. Dialah Sandiaga Uno, pengusaha muda anak pemilik Sekolah Kepribadian Mien R. Uno. Versi majalah Forbes, Sandi dinobatkan sebagai orang terkaya ke-37 di Indonesia dan versi majalah Globe Asia, Sandi diberi urutan ke-85 orang terkaya di Indonesia. 

Sebagai pengusaha muda, dia juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2005 hingga 2008. Bayangkan, ganteng, keren, kaya raya pulak..! Sungguh sebuah figur yang layak diidolakan, tapi bukan oleh saya loh ya, hehe...

Sayangnya, sejak 'nyemplung' ke ranah politik sejak tahun 2015, kegantengan seorang Sandiaga berangsur terkontaminasi oleh pro kontra atas sikap dan gaya politiknya sendiri.

Sandiaga bergabung dengan Partai Gerindra di tahun 2015, tak tanggung-tanggung, begitu bergabung langsung diberi jabatan sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina.

Jelas saja, pengusaha bermodal besar seperti beliau dengan sepak terjang pendidikan dan pekerjaan di luar negeri sayang sekali jika hanya diberi jabatan di level pemula. Disinyalir sejak awal Sandi bergabung dengan Gerindra dia sudah menjadi salah satu penyokong dana partai. 

Sebelum bergabung dengan Gerindra, Sandi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai salah satu direktur di PT. Adaro Energy, Tbk. Sandi juga diketahui beberapa kali menjual saham perusahaan-perusahaan miliknya demi kepentingan politik Prabowo dan Partai Gerindra. Pada tahun 2017 Anies Baswedan dan Sandiaga berhasil memenangkan pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.

Tak bisa dipungkiri bahwa kemenangan Anies dan Sandi di pilkada DKI juga sebenarnya 'terbantu' oleh kasus Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama dalam hal penistaan agama. Sederetan aksi masa yang digerakkan oleh Habib Rizieq Shihab mengawal terpilihnya mereka berdua di kursi pemimpin DKI Jakarta. 

Seorang Ahok yang elektabilitasnya jauh di atas kandidat lainnya harus tenggelam di kertas suara pemilih. Kemenangan Sandi pun semakin 'lengkap' dengan dijebloskannya Ahok ke penjara pada vonis kasusnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Februari 2017.

Sepuluh bulan Sandi menjabat sebagai Wakil Gubernur, pada Agustus 2018 hal mengejutkan terjadi, Sandi mengundurkan diri dari Partai Gerindra untuk maju sebagai Cawapres mendampingi Prabowo. Wow! Sebesar itukah kepercayaan diri seorang Sandiaga Uno yang baru 10 bulan merasakan kursi birokrat di level propinsi untuk maju sebagai cawapres?

Menjelang penetapan capres cawapres pada kubu Prabowo sebenarnya sudah ada beberapa nama lain yang digadang-gadang maju sebagai cawapres. Nama-nama tersebut diklaim diambil dari unsur ulama. Ijtima ulama pun mereka gelar untuk menentukan nama tunggal cawapres. Ternyata Sandilah yang Prabowo pilih. Memaksa Sandi mundur dari Gerindra pun jadi pilihan kala terjepit.

Perseteruan yang sempat terjadi antara Demokrat dengan Gerindra sempat mewarnai penetapan Sandi sebagai cawapres. Isu jenderal kardus dilemparkan seorang Andi Arief yang mengetahui bahwa Sandi datang ke koalisi sungguh tidak dengan tangan kosong. Satu trilyun digelontorkan seorang Sandiaga untuk masuk ke kantong dua partai koalisi Prabowo yaitu PAN dan PKS. 

Andi Arief yang cemburu mewakili 'bigboss'nya karena tidak naiknya AHY sebagai cawapres kubu manapun seolah sedang membongkar aib. Ia mengatakan bahwa Prabowo adalah jendral yang selalu minta mahar. Sandi pun dicecar media dan tak bisa berkutik selain mengakui. Sandi mengatakan bahwa dana itu untuk logistik kampanye kubu Prabowo dan ia akan konsultasikan sendiri ke KPK.

Selama sepuluh bulan Sandi jadi wakil gubernur DKI Jakarta sudah banyak blunder ucapan seorang Sandi yang viral di media. Di masa kampanye saja ia menjanjikan akan membuat Kartu Jakarta Jomblo untuk penduduk DKI Jakarta yang masih lajang. Saya sampai geleng kepala saking bingungnya apa faedah kartu yang Sandi tawarkan itu. 

Namanya cukup nyeleneh, mungkin ia pikir itu akan menarik simpati kaum milenial yang masih lajang. Faktanya selama ia menjabat sebagai wakil gubernur, program kartu ini tak pernah terealisasi. Sandi juga menggagas program OKE OCE dengan kepanjangan One Kecamatan One Center of Enterpreneurships yang sampai ia meninggalkan kursi wakil gubernur realisasi program tersebut tidak jelas. 

Ia menjanjikan UKM akan dibantu modal usaha, diberikan pelatihan yang sesuai dan didampingi sampai usahanya maju. Jangankan UKM, gerai OKE OCE yang dibuatnya saja malah bangkrut dan tutup karena kalah saingan dengan jaringan mini market kecil lainnya. Program pendampingan UKM ini pun mandeg, tak seindah yang pernah digambarkan seorang juru kampanyenya, Neno Warisman.

Setelah masa kampanye pilpres 2019, kebohongan Sandi semakin menjadi-jadi. Menurut saya, pengakuan bahwa seorang Sandi bisa sukses dan kaya raya bukan karena faktor nama besar dan kekayaan orang tuanya juga termasuk kebohongan. Ia mengaku pernah menjadi pengangguran dan pernah dengan susah payah merintis usahanya sendiri. Yuk coba kita tilik perjalanan hidupnya lagi mulai dari masa sekolah. 

Sandi bersekolah dasar di SD PSKD Jakarta yang merupakan salah satu sekolah bertarif super mahal di Jakarta dan teman sekolahnya tentu saja rata-rata kalangan atas. Ia memang sempat bersekolah negeri saat di SMP. Tetapi, masa SMA dihabiskan di sekolah Pangudi Luhur yang juga sekolah bertarif mahal. 

Sandi lalu melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah di Wichita State University, Amerika Serikat. Bayangkan, berapa besar biaya kuliah S1 di Amerika Serikat belum lagi biaya hidupnya di sana. Siapa lagi yang menanggung kalau bukan orang tuanya?

Sandiaga sempat bekerja di beberapa perusahaan hingga sampai pada posisi Wakil Presiden Eksekutif di perusahaan NTI Resources Ltd, Canada tahun 1997. Posisi itu pula akhir masa karirnya di perusahaan tersebut karena perusahaannya gulung tikar akibat krisis moneter di tahun 1997. Sandi pun mengaku sempat menganggur dan mencari kerja ke sana kemari hingga pada tahun itu juga ia bersama rekannya mendirikan perusahaan Recapital. 

Berbekal jaringan pertemanan dari sekian sekolah kalangan atas yang ia lalui, track record kerjanya dan tentunya nama besar orangtua, Sandi pun akrab dengan pengusaha William Soerjadjaya, pendiri PT. Astra Internasional. Pengusaha inilah yang menjadi mentor Sandi di bidang bisnis. 

Pada tahun 1997 juga Sandi bersama dengan Edwin Soerjadjaya, anak dari William Soerdjajaja, mendirikan PT. Saratoga Investama Sedaya yang besar hingga hari ini.

Mekanisme bisnis yang dijalankan Sandi di PT. Saratoga ini adalah menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Kemudian, perusahaan sandi membenahi dan mengembangkan kinerja perusahaan-perusahaan tersebut hingga sehat kembali. Setelah kembali sehat, aset perusahaan-perusahaan tersebut dijual lagi dengan nilai yang jauh lebih tinggi. Bahkan, hingga tahun 2009 saja sudah ada 9 perusahaan yang diambil alih oleh PT. Saratoga dan beberapa di antaranya telah dijual kembali termasuk PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional.

Kubu Prabowo Sandi menjadikan perjalanan Sandiaga Uno yang seolah bermula dari nol, mengalami susah dan bangkit sendiri sebagai modal mencari simpati publik. Padahal, apa yang dinikmati Sandi masih jauh dari level masyarakat bawah. 

Sejak kuliah Sandi sudah memiliki modal berjaringan dan bekerja pun tidak dimulai dari posisi pemula selayaknya posisi awal para pencari kerja. Yang dikatakan bahwa Sandi sempat menjadi pengangguran adalah pengangguran pasca menjadi eksekutif perusahaan di Kanada dan itu pun tak berlangsung lama seperti yang dihembuskan oleh timsesnya. Pada tahun yang sama setelah Sandi berhenti bekerja ia telah membuat perusahaan bersama rekannya.

Pemahaman Sandi di bidang UKM juga wajar saja tidak sedalam itu karena bisnis yang Sandi rintis sejak awal bukan bisnis menyangkut UKM. Beliau belum pernah merasakan mengelola UKM dari titik nol. Bisnis Sandi adalah lebih ke membenahi dan mengembangkan perusahaan berbasis jaringan luas yang sudah Sandi miliki. 

Jadi pantas saja ruh UKM belum masuk dalam jiwa seorang Sandiaga Uno. Makanya saya tak heran kalau program OKE OCE gagal karena memahami usaha kecil perlu merasakan iklimnya secara langsung.

Tak heran juga dalam masa kampanye Sandi berulang kali menyampaikan kebohongan mengenai kondisi pasar. Ia yang mencoba bolak balik blusukan pasar beberapa kali mengatakan hal yang tak sesuai fakta demi mendongkrak simpati rakyat kecil.

Mulai dari ucapan "tempe saat ini sudah setipis atm", " uang seratus ribu hanya dapat cabe dan bawang", "harga nasi ayam di Jakarta lebih mahal dari yang di Singapura", "pasar Aceh yang mulai sepi pembeli" hingga soal katanya nelayan sudah mendapatkan izin melaut yang akhirnya semua itu terbantahkan. Ia mencoba masuk ke ranah rakyat kecil dengan ucapan serampangan, jadi terjebak dalam kebohongan.

Di awal masa seorang Sandiaga menyeburkan diri ke dunia politik, Saya masih melihat ada kharisma baik dari beliau. Tapi sejak menjejak kursi wakil gubernur DKI Jakarta tingkah seorang Sandi mulai di luar wajar. Saya yakin sebenarnya ia orang baik, tapi pusara politik menyeretnya berkata bohong lagi-lagi bohong. Lama-lama koq kegantengannya pudar ya?

Berpolitik itu juga seni, tak bisa dipaksakan, harus dari hati. Pendekatan ke rakyat juga tak bisa dipaksakan harus seolah merakyat. Mau komentar soal pasar ya harus paham betul kondisi pasar sehari-hari bagaimana. Ke pasar aja gak pernah koq mau berkomentar?

Saran saya sih seorang Sandiaga kembali lagi fokus ke dunia bisnisnya, dunia yang telah membesarkan namanya. Bisnisnya bukan bisnis kalangan kecil jadi gak perlu lagi lah beliau merambah ke UKM. Semoga saja aura kegantengan seorang Sandi bisa kembali lagi di kemudian hari... hehe...

***

Sumber: Wikipedia, detik.com, kompas.com, tribunnews.com