Mbak Hanum, Mengapa Harus Mengaku "Dokter"?

Kamis, 8 November 2018 | 21:20 WIB
0
434
Mbak Hanum, Mengapa Harus Mengaku "Dokter"?
Hanum Rais/ Diolah dari HarianJogja.com

Ternyata Hanum Rais bukanlah seorang Dokter. Hanum Rais bukan pula seorang Dokter Gigi. Meskipun dia lulusan Fakultas Kedokteran Gigi UGM, bukan berarti dia begitu dengan mudahnya menyebut dirinya sebagai seorang dokter.

Lantas buat apa dia mengatakan bahwa dirinya seorang dokter ketika menyampaikan pesan ke khalayak ramai di jagat maya yang tak berbatas ini bahwa orang di sampingnya, yakni Ratna Sarumpaet telah mengalami kekerasan fisik. Menurut Hanum, wajah lebam Ratna akibat dikeroyok sekelompok orang tak dikenal.

Saya memberikan keyakinan kepada Anda semua bahwa putri Amien Rais ini, bukanlah orang yang dikenal karena kedokterannya. Selepas pendidikan di Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Hanum terjun menjadi presenter berita Reportase di Trans TV, termasuk juga pernah menjadi kontributor Detik.com ketika dirinya menemani sang suami menempuh pendidikan di luar negeri. 

Jadi, Hanum tak pernah menggunakan ilmu yang didapatkan dari FKG UGM untuk membuka praktik sebagai dokter gigi.

Dengan kata lain, ketika dia menggunakan "ijazah kedokterannya" untuk memperkuat diagnosa bahwa wajah lebam Ratna Sarumpaet benar-benar diakibatkan tindakan kekerasan (pukulan), maka saya bisa mengatakan hal itu telah mencederai profesi seorang dokter yang sebenarnya.

 

Foto: Sreenshot video Hanum Rais bersama Ratna Sarumpaet/Detik.com

Hanum Salsabiela Rais, putri kedua dari pasangan politikus Amien Rais dan Kusnasriyati Sri Rahayu ini lebih dikenal orang dengan dengan novel-novelnya yang ditulisnya bersama sang suami Ragga Almahendra. 

Di antara buku dan novel-novelnya, antara lain berjudul Menapak Jejak Amien Rais (2010), 99 Cahaya di Langit Eropa (2011), Berjalan di Atas Cahaya (2013),  Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014), Faith and The City (2015), Di Balik Bulan Terbelah: Menapak Jejak Film Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015), dan I am Sarahza (2018). Bahkan, di antara novelnya itu sudah ada yang diangkat ke layar lebar.

Klaim yang dilakukan Hanum Rais bahwa dirinya seorang dokter bertujuan meyakinkan netizen terkait luka lebam yang dialami Ratna Sarumpaet. Hanum meyakinkan netizen bahwa luka lebam yang diderita Ratna Sarumpaet adalah luka akibat dari pukulan, terkait pengeroyokan, bukan luka akibat operasi plastik (Oplas).

Analogi yang digunakan Hanum, mungkin meniru dokter yang dipilih sebagai model iklan. Dengan model iklannya seorang dokter, konsumen akan mudah dibuat percaya  untuk menggunakan atau mengkonsumsi sebuah produk.

"Percayalah, kan yang mengatakan seorang dokter," membatin saya.

Jika Hanum mengaku seorang dokter, dimana letak tanggung jawab profesionalismenya sebagai dokter, jika praktik saja belum pernah. 

Bagaimana pula orang bisa yakin akan menyerahkan masalah penyakitnya bahkan "nyawanya" kepada Anda jika Anda sendiri tidak berpengalaman.

Dalam akun twitternya, penyanyi Tompi yang juga seorang dokter bedah, sudah bisa melihat bahwa apa yang terjadi pada Ratna Sarumpaet adalah bekas Oplas. 

Bahkan, Tompi mengklaim kejadian yang disebarkan Putri Amien Rais terkait kebohongan Ratna Sarumpaet ini paling mengkhawatirkan.

Alasannya, kata Tompi, sebelum kebohongan Ratna Sarumpaet ini terbongkar, Putri Amien Rais itu mengklaim telah menyaksikan dan meneliti cedera dari Ratna Sarumpaet. 

Artinya, menurut Tompi kesimpulan yang diutarakan putri Amien Rais itu dilaksanakan secara sadar. Tentu saja, pernyataannya ini oleh polisi bisa dinilai sebagai tindakan ikut menyebarkan hoax.

 

Infografis Drama Ratna Sarumpaet/ sumber: Liputan6.com

Apa Keuntungan Hanum Rais Menyebarkan Hoax?

Apa keuntungannya? Pernyataan Hanum yang membawa-bawa profesi dokter, jelas sebagai upaya melegitimasi bahwa Ratna Sarumpaet benar-benar korban kekerasan. 

Tentu saja, posisi Ratna Sarumpaet di Tim Prabowo Sandi yang menjadi korban aksi kekerasan akan merugikan kubu Jokowi-Maruf Amin. 

Dengan kata lain, masyarakat akan mempertanyakan bahwa sebagai inkumben, Jokowi tidak mampu memberikan jaminan keamanan warga negaranya, apalagi Ratna yang sudah berusia 70 tahunan. 

Selain itu, masyarakat juga dibuat semakin curiga adanya teror yang dilakukan Petahana ke kubu Prabowo-Sandi.

Kini, semuanya sudah terbuka. Polisi sudah mengetahui bahwa semua itu hanyalah kebohongan Ratna Sarumpaet. Soal ada tidaknya unsur rekayasa, polisi bisa terus menindaklanjuti lebih dalam.

Mbak Hanum, tahukah engkau kode etik kedokteran? Mengapa engkau menggunakan "ijazah kedokteran"-mu itu untuk menutupi kebohongan? Bisa jadi,  Anda telah melacurkan profesionalisme seorang dokter untuk kepentingan politik tertentu. 

Kalau soal Ratna Sarumpaet itu adalah kebohongan, lantas bagaimana dengan buku dan novel-novel  yang Anda tulis selama ini? Ceritamu di dalam novel begitu menginspirasi banyak pembaca, apa itu semua juga bohong?

Mbak Hanum, apa yang engkau lakukan itu, Jahat!

Sumber: TribunNews.comViva.co.id

***