Ternyata Hanum Rais bukanlah seorang Dokter. Hanum Rais bukan pula seorang Dokter Gigi. Meskipun dia lulusan Fakultas Kedokteran Gigi UGM, bukan berarti dia begitu dengan mudahnya menyebut dirinya sebagai seorang dokter.
Lantas buat apa dia mengatakan bahwa dirinya seorang dokter ketika menyampaikan pesan ke khalayak ramai di jagat maya yang tak berbatas ini bahwa orang di sampingnya, yakni Ratna Sarumpaet telah mengalami kekerasan fisik. Menurut Hanum, wajah lebam Ratna akibat dikeroyok sekelompok orang tak dikenal.
Saya memberikan keyakinan kepada Anda semua bahwa putri Amien Rais ini, bukanlah orang yang dikenal karena kedokterannya. Selepas pendidikan di Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Hanum terjun menjadi presenter berita Reportase di Trans TV, termasuk juga pernah menjadi kontributor Detik.com ketika dirinya menemani sang suami menempuh pendidikan di luar negeri.
Jadi, Hanum tak pernah menggunakan ilmu yang didapatkan dari FKG UGM untuk membuka praktik sebagai dokter gigi.
Dengan kata lain, ketika dia menggunakan "ijazah kedokterannya" untuk memperkuat diagnosa bahwa wajah lebam Ratna Sarumpaet benar-benar diakibatkan tindakan kekerasan (pukulan), maka saya bisa mengatakan hal itu telah mencederai profesi seorang dokter yang sebenarnya.
Hanum Salsabiela Rais, putri kedua dari pasangan politikus Amien Rais dan Kusnasriyati Sri Rahayu ini lebih dikenal orang dengan dengan novel-novelnya yang ditulisnya bersama sang suami Ragga Almahendra.
Di antara buku dan novel-novelnya, antara lain berjudul Menapak Jejak Amien Rais (2010), 99 Cahaya di Langit Eropa (2011), Berjalan di Atas Cahaya (2013), Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014), Faith and The City (2015), Di Balik Bulan Terbelah: Menapak Jejak Film Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015), dan I am Sarahza (2018). Bahkan, di antara novelnya itu sudah ada yang diangkat ke layar lebar.
Klaim yang dilakukan Hanum Rais bahwa dirinya seorang dokter bertujuan meyakinkan netizen terkait luka lebam yang dialami Ratna Sarumpaet. Hanum meyakinkan netizen bahwa luka lebam yang diderita Ratna Sarumpaet adalah luka akibat dari pukulan, terkait pengeroyokan, bukan luka akibat operasi plastik (Oplas).
Analogi yang digunakan Hanum, mungkin meniru dokter yang dipilih sebagai model iklan. Dengan model iklannya seorang dokter, konsumen akan mudah dibuat percaya untuk menggunakan atau mengkonsumsi sebuah produk.
"Percayalah, kan yang mengatakan seorang dokter," membatin saya.
Jika Hanum mengaku seorang dokter, dimana letak tanggung jawab profesionalismenya sebagai dokter, jika praktik saja belum pernah.
Bagaimana pula orang bisa yakin akan menyerahkan masalah penyakitnya bahkan "nyawanya" kepada Anda jika Anda sendiri tidak berpengalaman.
Dalam akun twitternya, penyanyi Tompi yang juga seorang dokter bedah, sudah bisa melihat bahwa apa yang terjadi pada Ratna Sarumpaet adalah bekas Oplas.
Bahkan, Tompi mengklaim kejadian yang disebarkan Putri Amien Rais terkait kebohongan Ratna Sarumpaet ini paling mengkhawatirkan.
Alasannya, kata Tompi, sebelum kebohongan Ratna Sarumpaet ini terbongkar, Putri Amien Rais itu mengklaim telah menyaksikan dan meneliti cedera dari Ratna Sarumpaet.
Artinya, menurut Tompi kesimpulan yang diutarakan putri Amien Rais itu dilaksanakan secara sadar. Tentu saja, pernyataannya ini oleh polisi bisa dinilai sebagai tindakan ikut menyebarkan hoax.
Apa Keuntungan Hanum Rais Menyebarkan Hoax?
Apa keuntungannya? Pernyataan Hanum yang membawa-bawa profesi dokter, jelas sebagai upaya melegitimasi bahwa Ratna Sarumpaet benar-benar korban kekerasan.
Tentu saja, posisi Ratna Sarumpaet di Tim Prabowo Sandi yang menjadi korban aksi kekerasan akan merugikan kubu Jokowi-Maruf Amin.
Dengan kata lain, masyarakat akan mempertanyakan bahwa sebagai inkumben, Jokowi tidak mampu memberikan jaminan keamanan warga negaranya, apalagi Ratna yang sudah berusia 70 tahunan.
Selain itu, masyarakat juga dibuat semakin curiga adanya teror yang dilakukan Petahana ke kubu Prabowo-Sandi.
Kini, semuanya sudah terbuka. Polisi sudah mengetahui bahwa semua itu hanyalah kebohongan Ratna Sarumpaet. Soal ada tidaknya unsur rekayasa, polisi bisa terus menindaklanjuti lebih dalam.
Mbak Hanum, tahukah engkau kode etik kedokteran? Mengapa engkau menggunakan "ijazah kedokteran"-mu itu untuk menutupi kebohongan? Bisa jadi, Anda telah melacurkan profesionalisme seorang dokter untuk kepentingan politik tertentu.
Kalau soal Ratna Sarumpaet itu adalah kebohongan, lantas bagaimana dengan buku dan novel-novel yang Anda tulis selama ini? Ceritamu di dalam novel begitu menginspirasi banyak pembaca, apa itu semua juga bohong?
Mbak Hanum, apa yang engkau lakukan itu, Jahat!
Sumber: TribunNews.com, Viva.co.id
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews