Puan Maharani Mempunyai Resistensi atau Penolakan yang Tinggi

Bisa dikatakan nama Puan menjadi kartu mati dalam pilpres 2024 dan pihak lawan malah sangat senang atau beruntung kalau Puan disandingkan dengan Prabowo.

Sabtu, 19 Juni 2021 | 08:47 WIB
0
120
Puan Maharani Mempunyai Resistensi atau Penolakan yang Tinggi
Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto dan Puan Maharani (Foto: detik.com)

Nama Puan Maharani yang merupakan anak dari Ketum PDIP Megawati mempunyai peluang cukup besar untuk dicalonkan sebagai cawapres dari partainya. Hak prerogatif ada pada Ketum partai siapa yang bakal ditunjuk. Dan semua jajaran partai atau petugas partai wajib mematuhinya.

Peluang untuk menjadi cawapres dari partainya berbeda dengan peluang untuk bisa memenangkan pilpres 2024 kelak. Untuk apa menjadi cawapres kalau peluang menang kecil?

Dalam dunia saham ada istilah "resisten atau resistensi" yang kalau diartikan bebas adanya penolakan atau perlawanan atau posisi bertahan. Misal harga saham Rp450 dan harganya naik mau mencapai harga Rp500 tetapi tidak bisa dan selalu gagal atau tertolak karena adanya perlawanan. Dan harga tetap berkisar diharga Rp450 atau kalau naik juga tidak signifikan.

Ini bisa diartikan dengan tingkat eletabilitas Puan Maharani. Dari berbagai rilis lembaga survei, nama Puan selalu menempati urutan bawah atau buncit tingkat elektabilitasnya. Dan untuk menaikkan elektablitas yang bersangkutan sekalipun pilpres masih lama juga tidak akan signifikan atau cenderung stagnan.

Semua itu karena nama Puan Maharani mempunyai resistensi cukup tinggi di mata publik atau masyarakat. Bahkan nama Puan di mata pemilih perempuan yang cenderung setia atau loyal pun juga mempunyai resistensi cukup tinggi. Belum lagi nama Puan juga memiliki resistensi cukup tinggi di luar pulau Jawa.

Di pulau Jawa yang notabene PDIP cukup tingggi suaranya saja juga nama Puan banyak penolakan atau resistensi cukup tinggi terutama di kalangan terdidik atau masyatakat yang mapan. Di kalangan anak muda juga mengalami resistensi yang tinggi.

Bahkan setiap pernyataan atau ucapan Puan sebagai ketua DPR sering mendapat respon negatif dari publik atau masyarakat.

Ada satu lembaga survei Paremeter mengeluarkan hasil surveinya dengan simulasi Puan sebagai cawapres dan dipasangkan dengan Prabowo sebagai capres dan hasil elektabiltasnya 21,8% kalah dengan pasangan Anies Baswedan berpasangan dengan AHY dengan elektabilitas 35,9%.

Padahal nama Prabowo Subianto dari berbagai rilis lembaga survei selalu memuncaki dengan elektabilitas cukup tinggi. Tapi ketika dipasangakan dengan Puan justru mengalami penurunan tingkat eletabilitasnya yang signifikan.

Artinya nama Puan mempunyai resistensi tinggi kalau dipasangan dengan calon lain. Bahkan ketika disandingkan dengan capres yang lain hasilnya juga sama yaitu adanya penolakan atau memiliki resistensi cukup tinggi.

Bisa dikatakan nama Puan menjadi kartu mati dalam pilpres 2024 dan pihak lawan malah sangat senang atau beruntung kalau Puan disandingkan dengan Prabowo. Karena merasa mampu mengalahkan pasangan Prabwo-Puan dalam pilpres 2024. Karena pilpres secara langsung bukan dipilih MPR.

Dalam politik sering mengalami seperti "dejavu politik" atau sesuatu keadaaan atau kejadian  yang seolah sudah pernah terjadi. Seperti nama Megawati yang merupakan ibunda Puan juga pernah mengalami penolakan atau mempunyai resistensi yang tinggi di mata publik. Dan setiap kontestasi pilpres selalu kalah. Pernah juga berpasangan dengan Megawati tapi kalah.

Jadi jangan sampai terjadi lagi atau terulang untuk kedua kalinya mencalonkan capres atau cawapres yang mempunyai penolakan atau resistensi yang tinggi. Hasilnya sudah bisa ditebak atau diprediksi.

***