Demokrasi memang membutuhkan orang waras. Mereka yang hidup dalam alam halusinasi, memang begitu kelakuannya. Ada semacam skizopren politik yang dideritanya.
Ada orang-orang berjaket kuning, membentangkan sepanduk. Tidak mengakui Jokowi-Maruf sebagai Presiden dan Wapres terpilih.
Ya, gak masalah.
Ada pelarian di Saudi juga berkata yang sama. Gak mengakui Jokowi sebagai Presiden. Tapi mau diakui sebagai imam besar. Besar sekali. Sebesar apa imamnya, tidak ada yang tahu.
Tapi itu derita dia.
Tapi pada saat bersamaan, orang-orang yang pikirannya melintir ini sering teriak-teriak minta Jokowi mundur. Lha, kalau minta mundur, artinya mereka harus mengukui dulu dong, Jokowi sebagai Presiden. Baru bisa diminta mundur.
Kalau gak mengakui sebagai Presiden. Ya, sudah. Gak usah minta apa-apa. Apa yang diminta pada orang yang bukan Presiden.
Mau mereka akui atau tidak, nyatanya Jokowi terpilih sebagai Presiden. Toh, jika di suatu siang matamu merem, lalu bilang, matahari gak ada di siang hari. Masalahnya ada pada dirimu. Bukan pada mataharinya.
Demokrasi memang membutuhkan orang waras. Mereka yang hidup dalam alam halusinasi, memang begitu kelakuannya. Ada semacam skizopren politik yang dideritanya.
Kita hanya diminta memaklumi. Biarkan saja mereka dengan ulahnya. Sebab hidup kadang butuh badut. Buat menyegarkan suasana. Demokrasi butuh pelawak, biar gak terlalu serius dan baper.
Atau begini. Demokrasi itu mirip iklan Detol, yang mampu membunuh 99% kuman. Sengaja disasain 1%, agar kuman itu tetap bisa berkembang biak. Lalu orang tetap membeli Detol.
Kita butuh orang-orang halu itu, bukan karena kita suka. Mereka kita butuhkan, untuk membuktikan ternyata jaket kuning dan sorban tidak menjamin orang terhindar dari penyakit kejang otak.
Kabinet sedang disusun. Komposisi nama-nama sedang dipersiapkan. Bangsa beranjak berjalan ke depan.
Dan para kadal gurun, masih sibuk melahap kebencian.
"Mereka itu sama kayak Luncinta Luna yang merasa hamil ya, mas?" ujar Abu Kumkum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews