Mengapa Presiden Jokowi Mudah Sensitif Akhir-Akhir Ini?

Tekanan demi tekanan bisa menyebabkan kelelahan mental dan mudah sensitif apabila ada permasalahan yang dirasa tidak segera diselesaikan.

Rabu, 7 Agustus 2019 | 08:16 WIB
0
308
Mengapa Presiden Jokowi Mudah Sensitif Akhir-Akhir Ini?
Presiden Jokowi (Foto: CNBC Indonesia)

Akhir-akhir ini Presiden Jokowi mudah sensitif, mudah marah atau merasa kecewa yang ditunjukkan kepada publik. Tentu, marahnya Presiden RI tidak dengan suara yang meledak-ledak atau dengan suara meninggi, apalagi sambil gebrak-gebrak mimbar meja. Presiden Jokowi mempunyai gaya sendiri kalau lagi marah atau kecewa terhadap bawahannya. Suaranya tetap datar tapi sedikit nyelekit sindirannya.

Seperti kasus padamnya listrik di pada hari Minggu 4 Agustus 2019 yang lalu, Presiden Jokowi kecewa dan sedikit marah kepada  pejabat PLN yang dirasa kurang antisipasi atau tidak ada perencanaan kalau terjadi mati lampu.

Ternyata dalam sidang kabinet kemarin Presiden Jokowi juga sangat kecewa atau sedikit marah terkait kebakaran hutan yang mendapat protes dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Bahkan, Presiden Jokowi juga mengancam kepada Kapolda dan Pangdam yang tidak bisa mengatasi kebakaran hutan akan dicopot. Tentu pencopotan tidak bisa dilakukan langsung oleh Presiden, tapi melalui Kapolri dan Panglima TNI.

Mengapa akhir-akhir ini Presiden Jokowi sangat sensitif dan uring-uringan terkait permasalahan negeri ini?

Bisa jadi yang menyebabkan Presiden Jokowi sensitif dan uring-uringan adalah permasalahan politik terkait penyusunan jatah menteri. Tidak bisa dipungkiri masalah ini sangat menguras tenaga dan pikiran karena menyangkut pembagian kue-kue kekuasaan di antara partai pendukung. Belum lagi partai oposisi yang ingin bergabung dan merasakan manisnya kue kekuasaan.

Tekanan demi tekanan bisa menyebabkan kelelahan mental dan mudah sensitif apabila ada permasalahan yang dirasa tidak segera diselesaikan.

Penyusunan menteri memang tidak mudah, banyak pertimbangan-pertimbangan dan terkadang bukan lagi unsur profesional yang dikedepankan tapi unsur akomodatif. Seperti suku-suku diluar pulau Jawa yang ingin putra daerahnya menjadi menteri. Belum lagi desakan dari partai-partai pengusung yang minta posisi ini dan itu. Wis pokoke mumet!

Hal-hal inilah bisa juga menjadi Presiden Jokowi lebih sensitif dari biasanya.

Kata Dahlan Iskan, ada tiga orang yang tidak boleh dilawan dan kalau melawan bisa menjadi masalah dikemudian hari, yaitu: atasan atau bos yang lagi marah, orang kaya dan orang gila.

Melawan atau membatah atasan atau bos  yang lagi marah bisa berakibat hilang jabatan. Melawan orang kaya bisa berakibat urusan dengan penegak hukum dan bisa berakhir dibalik jeruji besi, bahkan nyawa bisa hilang. Melawan orang gila ya sama saja jadi orang gila.

***