Sebagai pemimpin sebuah Orkestra, Prabowo tidak bisa cuma asyik sendiri dengan pendengarannya, dia pun harus bisa melihat semua ketimpangan yang ada dalam Orkestra.
Koalisi Partai itu saya ibaratkan seperti sebuah Orkestra yang harus memainkan orkestrasi yang harmoni, dimana setiap pemusik yang terlibat didalamnya mampu menjaga harmoni orkestrasi yang dimainkan. Dan Prabowo adalah Conductor-nya.
Disinilah pentingnya posisi conductor, yang mampu merasakan harmonis tidaknya orkestrasi yang dimainkan, mencermati setiap nada yang dihasilkan pemusik sesuai dengan alat musik yang dimainkan masing-masing, sehingga sampai akhir pertunjukan Orkestrasi tetap terus terjaga.
Sayangnya apa yang terjadi didalam Koalisi Adil Makmur tidaklah demikian. Sebagai conductor Prabowo tidak mampu menjaga harmoni dari orkestrasi yang dimainkan Koalisi. Semua bermain sendiri, dan asyik dengan permainannya sendiri.
Pada akhirnya orkestrasi koalisi tidak lagi mampu menjaga harmoni. Sebagai Conductor Prabowo tidak mampu mengembalikan harmoni orkestrasi koalisi, sehingga orkestra menjadi sebuah pertunjukan yang menghasilkan nada-nada yang dis harmoni, alias sumbang.
Siapapun bisa mengambil alih posisi conductor, namun hasilnya tetap saja semakin tidak terkendali. Sebagai Pemegang kendali orkestra, Prabowo tidak lagi mampu menghasilkan sebuah pertunjukan orkestra yang menarik, meskipun orkestrasi terus dimainkan.
Inilah yang terjadi sebetulnya dalam Koalisi Adil Makmur, tidak adanya konsistensi terhadap komitmen bersama. Sehingga ditengah perjalanan, masing-masing Partai sibuk dengan kepentingannya masing-masing, lupa dengan tujuan bersama.
Baca Juga: Di Balik Semangat Titiek Soeharto Pada Aksi 20-22 Mei
Sebetulnya hal seperti itu tidak bisa disalahkan, kalau saja Prabowo mampu mengendalikan Partai Koalisi. Persoalannya adalah, Prabowo juga tidak mampu memfilteri setiap bisikan orang-orang disekitarnya, terlalu reaktif, sehingga kadang terkesan grasa-grusu.
Padahal kalau saja sebagai pemimpin Koalisi oposisi, Prabowo bisa memosisikan sebagai seorang conductor, yang memanfaatkan pendengarannya secermat mungkin, saya yakin dia akan mampu mengendalikan Partai Koalisi sesuai dengan kapasitasnya.
Kekecewaan Partai koalisi terhadap dominasi kelompok diluar koalisi, yakni kelompok non partisan, yang menyodok dan mengambil alih peranan yang belum sempat digunakan oleh Partai koalisi, sehingga pada akhirnya mengarahkan perjuangan kepada kepentingan politik Identitas.
Dan anehnya Prabowo menikmati dan hanyut dalam permainan tersebut. Prabowo terbuai oleh puja dan puji kelompok ini, Prabowo terperangkap dalam harapan semu. Pada akhirnya kegagalan Prabowo pada Pilpres 2014 terulang kembali.
Prabowo kembali sujud syukur hanya atas dasar klaim kemenangan sepihak, yang sama sekali sulit untuk dibuktikan keabsahannya.
Lagi-lagi atas bisikan orang-orang yang kompetensinya sebagai penentu kemenangan tidak diakui secara hukum dan Undang-Undang.
Berat sekali tanggung jawab Prabowo kepada pendukungnya. Sementara orang-orang disekitarnya yang haus jabatan, tidaklah peduli dengan apa yang dirasakan Prabowo. Mereka malah menjerumuskan Prabowo pada tindakan yang inskonstitusional.
Baca Juga: Kabais Pernah Akan Tangkap Prabowo Kalau Macam-macam
Bukan tidak ada orang-orang yang baik disekitar Prabowo, mereka ada disekitar Prabowo hanya memandang dari jauh, karena mereka tidak punya tempat untuk mendekat, karena Prabowo sudah dikelilingi oleh pemujanya, apapun yang akan mereka katakan untuk kebaikan Prabowo, pasti tidak lagi akan didengar.
Jangan salahkan Partai koalisi kalau mereka memilih jalan sendiri-sendiri, karena mereka ada tapi tidak dimanfaatkan secara maksimal keberadaannya. Padahal Koalisi seharusnya seperti sebuah Orkestra, harus mampu menghasilkan sebuah orkestrasi yang harmoni.
Begitulah prinsip perjuangan dalam kebersamaan, semua dipikirkan bersama baik buruknya, semua diputuskan dimusyawarahkan secara bersama, agar keputusan yang dihasilkan bisa dipertanggungjawabkan secara bersama, untuk kebaikan bersama.
Sebagai pemimpin sebuah Orkestra, Prabowo tidak bisa cuma asyik sendiri dengan pendengarannya, dia pun harus bisa melihat semua ketimpangan yang ada dalam Orkestra, dan memperbaikinya agar bisa menghasilkan orkestrasi yang harmoni.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews