Begitu pentingnya infrastruktur di luar Jawa karena prasarana jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, penggerak roda kehidupan, memperpendek distribusi.
Lupakan keinginan meneguk kopi ditemani pisang goreng di puncak bukit Hutan Nanggala. Bisa sampai Palopo tepat waktu pun harus disyukuri karena perjalanan Toraja Utara-Palopo dibayangi kabar jalan longsor akibat hujan deras.
Tak ada jalan pintas? Tidak! Jalan itulah satu-satunya menuju Lagaligo, Bua, Palopo. Alternatif lain? Jalan darat langsung ke Makassar dengan jarak tempuh tercepat 8 jam. Ah... mana mungkin, waktu tersisa tinggal 6 jam.
Bisa tetap melintas jalan trans Nanggala Palopo, tapi harus mau berjalan kaki di jalan longsor, kemudian melanjutkan dengan mobil berbeda. Usulan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Toraja Utara, A. Sesa itu masuk akal. Anggap saja hiking di pagi hari.
Memikirkan diri sendiri memang begitu enaknya. Kalau tidak begini, bisa begitu.
Melintasi jalan longsor hampir nangis rasanya. Ini bukan hiking seperti yang dibayangkan sebelumnya. Mana lumpur mana batu tak ketahuan. Batu yang diinjak pun tajamnya minta ampun. Tak terbayang bila jarak tempuh lebih dari 20 meter. Mungkin bukan air mata yang menetes tapi luka di telapak kaki.
Cengeng. Jalan longsor bukan hanya berdampak pada mereka yang akan terbang meninggalkan Palopo. Beberapa kilometer dari jalan itu berjejer mobil-mobil angkutan penumpang, sayuran, sembako, sampai bahan bakar minyak.
Aktivitas terhenti. Sayuran terancam busuk. Begitu juga ikan hasil tangkapan yang tak bisa dipasarkan. Bus-bus pariwisata parkir, menorehkan kesal di wajah penumpangnya. Sudah bisa dihitung kerugian yang diderita para pelaku usaha. Belum lagi kedongkolan yang bisa berdampak wisatawan enggan ke Toraja.
Ingatan pun terlempar pada percakapan dengan Bupati Toraja Utara, Kalatiku Paembonan. Andai Bandara Buntu Manik di Tana Toraja selesai dibangun, wisata budaya di Tana Toraja dan Toraja Utara cepat bertumbuh. Begitu juga bila poros jalan Bua tembus ke Toraja Utara, waktu perjalanan dari Palopo bisa dipercepat.
Ini yang mungkin kurang dipahami saudara-saudara kita para pemakan semen, aspal, batu koral, dan material bahan bangunan lainnya. Begitu pentingnya infrastruktur di luar Jawa karena prasarana jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, dan sebagainya, adalah penggerak roda kehidupan, memperpendek distribusi, mengurangi ekonomi biaya tinggi.
Toraja Utara bisa menunggu, saya pun masih bisa mengikuti penerbangan sesuai jadwal meski bersusah payah. Sekali-sekali berjalan-jalanlah ke pelosok Aceh, Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sampai ke Papua. Indonesia itu luas.
Masih mau makan aspal? Gak usahlah... kita ngopi aja di Toraja, negeri di atas awan! Tak perlu menunggu sampai ada bandara baru. Sekali-sekali melintasi lumpur dan batu-batu yang tajam asik juga kok.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews